5
[Normal POV]
"Hoi, minna!" Pintu dibuka dengan kasar. Dan pelakunya adalah Mirai. Kalau dia datang dengan heboh begini, bisa ditebak bahwa dia membawakan berita enggak jelas. Kek di chapter satu itu.
"Kuy isi profil!"
Semua yang ada di ruangan memasang wajah datar. "Loh, loh? Kenapa? Ini perintah Kanjeng Scathach loh." Begitu Mirai membawa-bawa nama shishou, mereka langsung gercep ambil lembar profil satu-satu.
Percayalah, Scathach lagi istirahat di ruangannya dan enggak memerintahkan apa-apa.
Akhirnya, mereka bersiap-siap mengisi kolom-kolom kosong pada profil dengan pulpen warna-warni koleksinya Mirai.
"Bentar, bentar," interupsi Mephis, "terus nasib mbak Gudako kemarin bagaimana?" Begitu pertanyaan tersebut dilontarkan, semua yang ada di ruangan kompak menatap Shuten, sebagai orang yang terakhir kali mengontak Gudako.
Iya, pelanggan kemarin cuma Gudako.
Tapi tenang, Sherlock sudah memeras uang tabungan Mirai. Katanya, biar Mirai enggak khilaf. Jadi, masa depan kafe ini terselamatkan.
"Ya ... gitu, kami transaksi dan tring! Selesai," jawab Shuten enteng, sambil minum sake pula. Berhubung dia oni, yang namanya transaksi pasti tidak pernah berjalan lancar. Otomatis, semua yang mendengar jawabannya tidak langsung percaya.
"Pasti enggak semudah itu, kan?" Sakata menuntut jawaban. "Hm? Mudah kok. Totalnya kan, 88 ribu. Terus aku bulatin jadi 100 ribu."
Jauh banget?!
Mirai mendelik, rahang Sakata menganga, Sherlock mengangguk-angguk, Mephis seakan membatin 'itu baru golongan saya', sedangkan Hijikata hanya memejamkan mata walau sebenarnya dia merinding.
"Karena dia pelanggan pertama, aku kasih diskon 5 persen. Dan ... ditambah pajak 5 ribu, yey!"
Ini nih, bikin orang nyebut.
Shuten memasang senyum lebarnya, membuat Sakata dan Hiji semakin memucat. Mep enggak usah ditanya mah, dia malah memuji Shuten. "Hah? Gimana, gimana?" Mirai yang masih belum ngeh, berkonsultasi ke Sherlock.
Begitu mendapat pencerahan, dia langsung mengelus dada, "Saya kerasukan apa saat menyummon anda?"
"Semoga mbak Gudako enggak kualat ke sini lagi," tambah Hijikata. Namun dalam hatinya, "Kalo enggak ketemu Gudako, enggak dapet pujian lagi dong."
Yap, dia bukannya takut kehilangan pelanggan, tapi karena pengen dipuji sama cewek.
"Sudah, sudah, mari isi profil kita masing-masing," ucap Naruto. Eh maaf, auto correct tadi. Yang bener Sakata.
Mereka pun mengisi profil dengan khidmat. Saking khidmatnya sampai-sampai, saat Mirai ngomong (baca: bersorak), "Done!", mereka melompat kaget.
"Aku bahkan belum ngisi nama," protes Sherlock. Usut punya usut, Mirai sudah mengisi profil tersebut dari rumah. Makanya cepat.
"Belum ngasih foto juga," komentar Mephis. Mirai menggeleng-geleng, "Ih, lama! Kalian kan servant, masa kalah sama master."
Oh, minta di NP.
Kemudian, tanpa aba-aba Mirai meloncat ke sebelah Sakata, merebut kertas profil miliknya. Yang kertasnya direbut cuma bisa pasrah. "Mari kita lihat apa yang kamu tulis di profilmu!" seru Mirai.
Karena penasaran, yang lain pun mengerumuni kertas profil Sakata.
Foto (Di sini Hijikata menempel potongan fotonya di wajah Gudako)
Sakata: Kok didobeli sih?!
Hijikata: Gue ganteng.
Nama : Sakata Golden Kintoki (Golden dicoret oleh Mirai)
Panggilan : Sak (Master), Sakata, Golden (disebelah golden ditambahi oleh Hijikata: (diri sendiri))
Kelas : Forever rider (tambahan oleh Sherlock: forever 4*star)
Posisi di kafe : Waiter (tambahan oleh Mephis: coming soon jadi tukang delivery)
Suka : Bear (Mirai: motor?, Sakata: yup) + apapun yang GOLDEN (tambahan oleh Shuten yang ingin menambahkan namanya tapi takut ketahuan Raikou: Oo kawaii koto..)
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top