[Mirai POV]

"Paham, budak-budakku?" Seharusnya aku yang ngomong begitu bukan? Tapi anda salah.

Bukan aku yang ngomong tadi, melainkan Shishou. Ingin ku mengumpat. Padahal aku punya pangkat Master di sini. Sepertinya hubungan Master-Servant tidak berlaku di kalanganku. Oh, dan jangan lupakan eksistensi seorang ruler di sini.

Seperti yang diharapkan dari Shishou.

Hari ini, ada sedikit (banyak) pelatihan sebelum pembukaan perdana kafe kami. Itulah mengapa ada Shishou di sini.

Moriarty juga ada sih. Tapi dia ke sini cuma ingin melihat Sherlock dinasehati Shishou.

"Sekarang mari kita mulai upacara pembukaannya." Shishou memberikan gunting padaku untuk memotong pita merah yang dipasang di depan pintu kafe sebagai bukti bahwa kafe Anagata akan dibuka.

Aku menerima gunting tersebut dengan wajah datar. Iya sih, gunting. Tapi nggak ada gunting lain selain guntingnya Si Syaiton apa?! Ah yasudahlah.

Semoga kafe ini sukses besar. Ckris.

"Yey!" sorak mereka berenam antusias. Apalagi Sakata tuh. Sampe keluar listrik di tangannya. Untung kena Mephis, bukan aku.

"Yosh. Mari kita selesaikan misi kali ini!" Sherlock mengepalkan tangannya ke udara, diikuti lima Servant yang lain. Aku? Tentu saja tidak. Aku masih meratapi betapa sepinya upacara pembukaan kafe kami ini.

Pembukaan loh, pembukaan! Kalo pembukaannya sepi gimana seterusnya?! Hiks.

"Master, kenapa anda pundung di pojokan begitu? Kalo pengen dihibur, bilang aku aja," ujar Mphis.

"Paling juga lu kagetin."

"Hehe, kok tahu." Tanpa aba-aba kulempar vas bunga di sampingku ke arahnya. Yang pasti, tidak kena.

Heh, emang bener Servant gak peka! Aku mengayun-ayunkan tanganku, membentuk gestur mengusir, "Syu, syu, dokumen numpuk tuh."

"Mirai, mengapa kamu di sini?" Suara Shishou membuyarkan keterpurukanku. Aku langsung bangkit, menjelaskan, "Aku bekerja sebagai direktur, Shishou. Direktur kan kerjanya di balik meja," jawabku enteng. Kulihat Shishou mengerutkan kening.

"Siapa bilang kamu direkturnya?" jeda sejenak, "aku direkturnya."

Eh, apa?

Bersambung....