1.5

"Ogah, mendokusai!"

Mirai sweatdrop, pas gini baru kompak. Minta dicakar satu-satu rupanya. Kalau begini caranya, ia terpaksa harus menggunakan 'itu.'

Mantra terkuat sepanjang sejarah. Yang dapat membuat Servant jenis apapun tunduk pada Masternya. Bukan, bukan Mantra Perintah. Tapi....

Mantra Sogokan!

"Dengan ini, aku meminta kalian, para budakku, untuk mematuhiku," Mirai menarik napas dalam sebelum menge-rap-kan Mantra Sogokannya, "untukHiji, akuakanmemberimuacarsatugudang. UntukSakata, akukasihkamuGoldenApple. UntukSherlock, serahlumauapa. UntukShuten, kamubolehmengundangkukepestamu. UntukMphis, kamubolehjadikanakubahanpercobaanmu."

Para Servant berdiskusi, sambil sesekali melirik Master mereka yang sedang menangis di pojokan sekarang.

Ya, gimana enggak nangis? Syarat yang dia buat tidak masuk akal. Hijikata sama Sakata sih, enggak ada masalah. Kalau Sherlock, palingan cuma dikasih racun.

Tapi, datang ke pesta Shuten sama aja cari mati. Jadi kelinci percobaan Mephis? Siap-siap jantungan.

Selang beberapa menit, mereka mengangguk. Sherlock, sebagai perwakilan dari arisan tersebut berkata, "Baik," ia mengangguk, "kami setuju. Lagipula, memang sudah tugas Servant membantu Masternya. Ahahaha."

Ha-ha. Gombal.

"Kalau begitu, ini peraturannya," Hiji meletakkan secarik kertas kusam di atas meja dengan semangat, membiarkan teman se servant nya--termasuk Mirai--untuk menengok kertas tersebut.

Mirai pun kebingungan, 'Aku yang ngusulin, kok dia yang ngatur?!'

Mereka berlima membaca kertas tersebut dengan seksama:

1. Seseorang tidak boleh melanggar kode etik samurai.
2. Seseorang tidak memiliki hak untuk kabur dari kantor.
3. Seseorang tidak diperbolehkan menggunakan uang secara sewenang-wenang.
4. Seseorang tidak boleh menyelesaikan masalah sendirian.
5. Seseorang tidak diizinkan untuk memiliki konflik pribadi.

Khas berserker.

"Eh tunggu, ada lagi," interupsi Shuten. Dengan serentak, para servant mengintip ke kertas tadi. Dan benar saja, ada satu peraturan lagi yang mereka lewatkan.

"Poin keenam, seseorang tidak boleh menggunakan sihirnya selama bekerja," baca Sakata.

Dari tinta yang tertoreh, terlihat jelas kalau itu baru saja ditulis. Mereka pun menoleh ke arah Mirai yang memegang bolpoin. Hmm.

"MASTER!"

Mirai--yang ternyata menulis poin terakhir itu--hanya nyengir sembari mengacungkan jari kelingkingnya, "Tidak bisa, kalian sudah setuju~ Hihi."

Puas dah dijebak Master sendiri.

Kalo ada yang enggak ngerti, bilang aja ya....

Feel free to do grammar-nazi ;)

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top