Bagian XIII
Quest Day 13
Genre Utama : Romance
Sub-Genre : (Teenfict)
🎀🎀🎀
Levi mengamati beberapa dokumen yang ada di atas mejanya yang ditaruh oleh Hansen. Ia tidak bisa berbohong jika begitu penasaran dan menerka maksud dari perkataan Hansen.
"Lily tidak bersalah? Apa yang ia dapat sehingga mengambil kesimpulan seperti itu?" tanya Levi pada dirinya sendiri.
Masih berdiri, ia mengambil dokumen itu. Namun, beberapa potret foto terjatuh membuat fokus Levi berpusat di sana. Perlahan, ia meraihnya dan mendapati foto keluarga Rosie, kekasihnya.
Di sana, terdapat Baron Russel, Helena Russel dan kedua putri. Akan tetapi, bayi yang berada di dalam gendongan ibu Rosie tidak Levi kenali secara detail. Ia hanya tahu Rosie memang memiliki adik perempuan yang tengah bersama kerabat terdekat mereka di negara tetangga karena perihal studi. Dan hal itu terjadi sejak Helena meninggal dunia.
Levi tidak berkomentar, tetapi ia kembali melihat beberapa foto lainnya dan di sana terdapat potret Baron Russel dengan seorang perempuan, begitu mirip dengan Lily dan terdapat catatan di belakang foto.
Helena, lihatlah Lily, dia sudah tumbuh begitu manis dan mirip denganmu.
Levi pun menatap foto-foto itu dengan napas yang tertahan. Hingga ia menemukan sebuah foto ketika Helena memeluk seorang gadis kecil dengan senyuman hangat terpampang jelas di tangannya. Di balik foto itu juga terdapat tulisan tangan yang seakan menjadi penghubung antara masa lalu dan kebenaran yang selama ini ia abaikan.
Lily, putri bungsuku yang manis. Sabar, setelah pendidikan Kakakmu Rosie selesai dan penelitian ayah juga selesai, kita akan bertemu mereka lagi.
Hati Levi bergetar. Ia tidak bisa menampik kebenaran yang terpampang di depan matanya. Gadis kecil di foto itu, yang dipanggil "Lily" memiliki wajah yang sangat mirip dengan Lily yang sekarang berada di bawah pengawasannya. Mata Levi menyipit, tatapan tajamnya beralih ke tumpukan dokumen lain di atas meja.
Dengan tangan yang sedikit gemetar, ia membaca dokumen itu satu per satu. Sampai akhirnya, ia menemukan laporan mengenai eksperimen Baron Russel, ayah Rosie. Di sana, tertulis tujuan eksperimen itu—menciptakan metode instan untuk menjinakkan hewan buas agar dapat hidup berdampingan dengan manusia. Namun, dokumen itu juga mencantumkan perintah dari pemerintah untuk segera menyelesaikan eksperimen itu lalu mengirimnya ke istana, meskipun masih dalam tahap uji coba.
Levi mengingat sesuatu. Rosie pernah bercerita tentang ambisi ayahnya yang terkadang melampaui batas normal. Ia pernah mengungkapkan kekhawatirannya bahwa eksperimen tersebut bisa menjadi berbahaya, bukan hanya bagi binatang, tetapi juga bagi manusia.
Pikiran Levi menjadi kabur sejenak, dipenuhi kilasan ingatan tentang Rosie. Namun, kesadarannya kembali ketika ia membaca salah satu laporan terakhir di dokumen itu. Tertulis bahwa ada perintah untuk mengambil paksa eksperimen Baron.
Levi terdiam ketika melihat tanggal pasti di dokumen itu sesaat kejadian Rosie dan Baron tewas. Bahkan saat itu, Levi memang sedang tidak ada di tempat kejadian karena mendapati misi khusus di luar perbatasan. Seketika, tangannya mengepal kuat.
Semua potongan ini mulai menyatu di dalam pikirannya. "Lily ... dia adalah adik Rosie," gumamnya dengan suara rendah, nyaris tidak terdengar.
Perasaannya begitu bercampur aduk—antara terkejut, marah, dan bersalah. Jika Lily benar adalah adik Rosie, mengapa ia tidak pernah menyadari hal itu sebelumnya? Akan tetapi, kenapa Lily selalu berkata ia tidak tahu siapa dirinya sendiri? Apa ini bagian dari eksperimen ayahnya, apa yang sebenarnya terjadi padanya?
Dengan langkah tergesa-gesa, Levi merapikan dokumen dan foto-foto itu, lalu memasukkannya ke dalam laci meja. Ia tidak bisa membiarkan siapa pun menemukan informasi ini sebelum ia mengetahui kebenaran sepenuhnya. Ia mengambil jubahnya, mengenakannya dengan cepat, dan berjalan keluar dari ruangannya.
Di lorong, Hansen nyatanya mendekat ke arahnya dengan wajah penasaran. "Kapten ...."
Namun, sebelum Hansen sempat menyelesaikan kalimatnya, Levi memotong dengan nada tegas. "Jaga divisi untuk sementara waktu. Aku harus melakukan sesuatu di luar markas."
Hansen mengerutkan dahi, jelas bingung dengan sikap Levi tetapi ia bisa mengambil kesimpulan mengenai itu karena temuannya. Namun, ia tidak berani membantah. "Baik, Kapten. Tapi jika Kapten membutuhkan bantuan lain, Kapten bisa mempercayakan semuanya padaku."
Levi mengangguk, lalu melangkah pergi tanpa menoleh.
Levi berjalan cepat menuju istal kuda, pikirannya berkelana. Ia harus mencari jawaban dan satu-satunya cara adalah dengan menghadapi Lily langsung.
Saat ini, Levi pun hanya bisa menghela napas melihat Lily begitu menyedihkan di hadapannya. Lily menangis dan berkata ia tidak memiliki maksud apapun dan bahkan ia berkata, Rosie adalah kakaknya.
"Apa ingatanmu sudah pulih?" tanya Levi masih berdiri, menunjukkan kekuasaannya yang membuat Lily yang tengah merunduk langsung mendongak, menatap mata Levi.
"Sedikit. Aku mengingat jika namaku memang Lily, itu bukan hanya sekadar nama yang terlintas. Lalu ...." Lily mencoba menahan tangis yang ingin kembali pecah lalu melepaskan liontin yang ia kenakan. "Ini milik Rosie. Dia ... dia memberikannya kepadaku sebelum meninggalkanku sendirian dan berjanji akan kembali karena ia ingin menolong ayah. Momen itu ... banyak sekali orang. Mereka berteriak, melempar sesuatu yang membuat rumah hancur dan bahkan aku melihat api," ucap Lily dengan napas yang tersengal.
Pandangan Levi berubah dingin setelah mendengar cerita Lily. Setelah apa yang ia temukan berkat Hansen dan mendengar sepenggal kisah dari Lily yang entah kebenarannya, tetapi jika semuanya disambungkan, jelas pemerintah memiliki peran dalam hal ini.
Akan tetapi, cerita Lily juga belum sepenuhnya benar. Namun, kebenaran lain yang sudah jelas, tidak bisa Levi elak.
Kembali, ia mengamati Lily dengan lekat kemudian ia berjongkok, mensejajarkan tubuh mereka dan nyatanya, jarak mereka begitu dekat. Levi bisa melihat Lily yang tersentak dan Levi tidak peduli akan hal itu.
"Sebagai adik dari Rosie, bisakah kau melakukan sesuatu untuk menemukan dalang dari semua ini dan membantuku menghancurkannya--"
Lily mengangguk. Bahkan, ia langsung mengangguk dan memperbaiki posisi duduknya yang membuat mereka semakin dekat. Levi bahkan dibuat mengerjapkan mata karena terkejut, tetapi ekspresinya masih bisa terkontrol.
"Aku akan melakukan apa yang kau katakan, aku bersedia."
Levi hanya menghela napas, kemudian memberikan bahasa isyarat agar Lily segera pergi dari sini, tetapi Lily malah tidak mengerti.
"Aku, aku harus apa?"
"Pergilah ke tempatmu dan beristirahat. Sekarang sudah malam," kata Levi yang langsung membuat Lily terkejut. Bahkan, saat Lily belum memberikan balasan, Levi langsung bangkit dan meninggalkan Lily yang masih duduk di atas rerumputan.
Detik itu juga, Lily membulatkan mata. "Kapten, terima kasih sudah percaya dengan ucapanku. Aku ... aku akan melakukan apapun untuk membalas orang-orang yang sudah menghancurkan kebahagiaan kami," ucap Lily yang cukup berteriak. Mampu membuat Levi menghentikan langkah dan bahkan tersenyum miring sebelum Levi kembali melanjutkan langkahnya tanpa mengatakan apapun.
🎀🎀🎀
Halo, aku update ya seperti biasa. See u pokoknya guys🌹
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top