Chapter 3.3

Skandal telah dianggap selesai, tetapi rumor terus berjalan. Alford Corporation tetap bekerja sebagaimana semestinya, kompak menghiraukan kecaman dan desas-desus yang keluar dari masyarakat. Itu pun karena mereka terhitung beruntung sebab tidak ada demo besar-besaran, atau petisi membuat ancaman kepada Kirika.

Kasus ditutup, maka tiada lagi berita beredar. Rumor berangsur-angsur ikut surut. Sepatutnya mereka tidak perlu khawatir lagi soal itu.

Konon pula Kirika.

Sekarang ia menginjakkan kaki kembali ke Nemuro. Meski musim panas, temperaturnya masih terbilang cukup sejuk ketimbang di Shibuya. Agaknya akan sangat menyenangkan jika memilih tinggal lebih lama.

Namun, tentu Kirika tidak datang untuk itu.

Akademi pertahanan nasional meluluskan para taruna beberapa hari silam. Manajer COO dari divisi kemiliteran, Joseph Brown, melaporkan sebanyak lima persen dari perwira baru diserahkan ke markas pelatihan kemiliteran Nemuro, Hokkaido. Mereka akan melakukan pelatihan tambahan selama lima tahun di sana. Pun, mereka berhak memutuskan untuk menetap bersama kemiliteran Alford Corp. sendiri, atau bergabung ke Pasukan Bela Diri Jepang.

Sebenarnya Kirika merasa itu tidak perlu. Mereka bahkan bisa merekrut orang-orang dari pekerja dari perusahaan, juga mereka selalu mendapatkan tentara baru kala mereka membuka penerimaan pelatihan di markas mereka. Tapi dia mengerti ini sudah ditetapkan sejak kepemimpinan Hardy, dengkusan yang ia letuskan sangat panjang jika mengingatnya.

Dia masih bertahan di atas sofa, memilih bersandar sejenak seusai ia membaca satu per satu data perwira baru. Satu jentikan, tampilan hologram langsung menyusut dalam satu kedipan mata. Barulah ia melempar pandangan kepada Leon yang sedari tadi menunggu bersama canggung yang melingkupinya.

"Saya cukup terkesan, Letnan Jenderal. Mereka memiliki semangat yang luar biasa kelihatannya," tutur Kirika memecah hening. "Sangat disayangkan mengingat mereka masih merupakan titipan dari pemerintah, benar begitu?"

"Aku mendengar di antara mereka memang berkeinginan bergabung dengan kita. Tapi tentu terlebih dulu aku mesti memastikan apakah mereka memenuhi kriteria kemiliteran perusahaan."

"Saya memercayakan mereka kepada Anda."

Pembicaraan ditutup kala Kirika mengangkat cangkir tehnya. Sebentar ia menunggu desir di atas permukaan teh sebelum ia menyesapnya. Sementara Leon diam memperhatikan; sungguhan menunggu dengan sabar.

Dia sudah mendengar semua berita mengenai Kirika. Cukup banyak hal yang menyangkut di dalam pikiran Leon tepat setelah ia mendengar sekian detail dari Silvis. Yah, dan semuanya sukses membuatnya meringis dalam hati.

Wanita ini memiliki ukuran tubuh seperempat kali lebih mungil darinya, tetapi dengan sekujur luka yang ia dapatkan dari insiden, dia datang seperti tidak terjadi apa-apa. Leon sendiri terheran-heran kala menyambut kedatangannya, konon beralasan ingin menebus latihan semusim sekali.

Bahkan tanpa pesan Silvis pun, dia tidak akan mengizinkan Kirika berlatih. Membiarkannya mengangkat barbel berat dengan korset yang menyangga punggung dan lengan yang tinggal tersisa satu? Yang benar saja.

Rasanya beruntung mendapatkan sejumlah data yang mampu mengalihkan Kirika. Ya, Leon tetap membutuhkan data-data itu meski ia sudah terang-terangan membicarakan penundaan latihannya. Jadi kedatangan sang Madam pun tidaklah sia-sia.

Suara keramik cangkir yang ditempatkan di atas piringnya terdengar begitu halus, tetapi sukses membuyarkan lamunan Leon. Mata elangnya lantas mempertemukan diri kepada manik delima di hadapannya.

"Tanyakan apa saja yang ingin Anda ketahui."

Agak mengejutkan, memang. Sekarang Kirika yang lebih dulu bersuara. Tapi dengan ini Leon bisa memastikan bahwa Kirika akan seutuhnya terbuka.

Hanya saja, Leon membalas ucapannya seolah ia tengah membuang kesempatan untuk mencari tahu, "Terlalu banyak hal yang berputar di dalam kepalaku. Aku bahkan tidak tahu aku harus mulai dari mana."

Begitu patahan kata Leon berhenti, pandangan Kirika turun kepada teh yang tinggal separuh. Dengkusannya mengembangkan senyuman sendu tepat sebelum ia bertutur, "Terlalu banyak yang terjadi dalam satu malam. Benar begitu, Paman?"

Leon mengerjap. Mereka memang tidak memiliki hubungan darah dan di masa kecil sang Madam, ia memang sering menyebutnya demikian.

Rasanya ... itu sudah lama sekali.

Namun, percayalah. Hal itu justru membuatnya sedikit lebih rileks. Sembari bersedekap, ia mulai menyandarkan punggungnya ke sofa. Pun, secara ajaib sebutan dari Kirika membantunya menemukan pertanyaan yang ingin ia lontarkan. "Apa yang akan kau lakukan setelah semua ini?"

"Menjalani semuanya sesuai rencana," jawab Kirika. Sedikit pun tiada keraguan atas jawabannya. "Pendapatan perusahaan masih terbilang stabil setelah insiden. Di samping itu, Menteri Pariwisata meminta saya untuk melanjutkan produksi Human Helper dan mereka akan tetap melanjutkan kerja sama dengan perusahaan kita, atas izin Perdana Menteri.

"Jadi saya berpikir akan melakukan mendistribusikan Human Helper setelah masalah benar-benar mereda dan kerjasama berjalan lancar. Lalu ...."

Pintu tertutup rapat-rapat tepat Kirika memastikan Menteri Pertahanan berikut dengan ajudannya masuk dan duduk di tempat. Begitu tenang ia memandu dan duduk di hadapan pria dengan sudut mata yang tampak tajam.

Sekian lama detik terlewat, Kirika mengangkat tangan sebagai isyarat Menteri Pertahanan angkat bicara.

"Mohon maaf sebab telah menginterupsi agenda Anda."

Terang-terangan Kirika mengalihkan pandangan sekilas; tidak senang dengan formalitas panjang-panjang.

"Perdana Menteri sudah memberikan izin atas hal ini." Menteri Pertahanan kembali melanjutkan. "Atas jumlah laporan pihak kepolisian yang dikumpulkan Komisi Keamanan Publik Nasional, kasus penculikan dan orang hilang kian membeludak setiap bulannya. Dikabarkan di antara mereka bahkan tidak ada yang kembali.

"Kami sebisa mungkin mengalihkan isu dengan berita-berita klise, tetapi kami tentu tidak bisa terus-terusan melakukannya. Sementara waktu, Komisi Keamanan Publik mulai menetapkan penyelidikan dalam penyamaran. Namun, mereka yang diutus pada pelaksanaan penugasan juga ikut menghilang."

Menteri Pertahanan mengisyaratkan salah seorang ajudan untuk memberikan data kepada Kirika. Secepatnya ia memenuhi perintah.

Betapa sulit bagi sang Madam menahan diri agar tidak meringis memandangi dokumen tebal yang diserahkan oleh ajudan. Sekadarnya ia menaikkan alis sekilas sebelum tangannya mulai tertarik membuka dokumen tersebut.

"Data-data orang hilang?" celetuk Kirika setelah membaca kilat beberapa lembar data di tangannya. Lagi pula ia tidak ingin membuat Menteri Pertahanan menunggunya membaca lebih lama, maka ia meneruskan, "Saya tidak tahu apakah pantas mengatakan pihak kepolisian juga beruntung dalam kasus ini, tetapi tidak begitu mengherankan jika berita ini tidak gencar dan meliar mengingat yang hilang kebanyakan bukan orang-orang yang memiliki keluarga."

Pendapat yang enteng itu sukses menciptakan kerutan di kening Menteri Pertahanan.

"Mengingat bahwa agen kami ditempatkan di beberapa lokasi terkait, kami barangkali mampu menyumbangkan tenaga untuk penyelidikan ini," lanjut Kirika, sedikit pun tak berkeinginan mengetahui apa yang sedang berada di benak Menteri Pertahanan lewat raut wajahnya. "Namun, terlebih dahulu saya akan melakukan diskusi kepada divisi kemiliteran. Saya memohon agar pihak pemerintah memberikan waktu bagi kami untuk membuat keputusan."

Penjelasan Kirika sejenak terhenti. Dia membiarkan Leon fokus membaca data-data orang hilang, meski ia tahu keberadaannya saat ini tidak akan mengizinkan Leon untuk berlama-lama berkutat pada salinan dokumen tersebut.

"Ditambah ... di antara mereka percaya bahwa Akira benar-benar android." Pun, suara Kirika sukses mengenyahkan pandangan Leon secara utuh.

"Dan kau membenarkannya?"

Satu anggukan nyaris menciptakan kernyitan di kening Leon. Namun, alih-alih mengkerutkan kening, ia lebih memilih menutup mata sembari menghela napas; menunggu penjelasan lebih lanjut dari Kirika.

"Bahkan itu kabar baiknya," ujar Kirika. "Mereka menambahkan sumbangan dana ke perusahaan kita untuk membuat HH:S-03 untuk pertahanan negara."

"Sebenarnya aku bisa mengatakan mereka merencanakan tindakan yang tidak perlu dalam kondisi saat ini. Tapi ... kelihatannya mereka mempersiapkan semuanya sekadar untuk berjaga-jaga, begitu?"

"Tepat sekali." Sebentar Kirika menjeda selagi ia menyilangkan kaki. "Tampaknya, mereka mulai menyambung-nyambungkan segala kejadian. Penyerangan Oohara di parkir bawah tanah ... mereka bahkan tahu soal tragedi hotel mendiang Tuan Howard. Lalu, kebakaran di taman bermain milik Tuan Yoshitaka.

"Hanya saja mereka tidak tahu-menahu soal penyerangan klon Ayah." Kala itu, suara Kirika nyaris bergetar. Leon baru menyadarinya tepat melihat ia menelan ludah setelahnya. "Kalau saja mereka mendapatkan informasi mengenai yang satu itu, barangkali mereka akan segera gencar mencari Oohara tanpa persiapan matang."

Ya, memang sebuah keputusan yang bagus Silvis rela menyuap pihak kepolisian dan tim forensik ... agar mereka mau menyerahkan jasad klon tersebut ke perusahaan. Berita yang satu ini juga sampai ke telinga Leon.

Dia mengempas dokumen ke atas meja. Maniknya yang agak kehijauan di dalam warna kelabu itu tampak kosong di sela-sela menikmati detail polos dokumen di dekatnya. Demikian, ia mendesah panjang kala merasa kepalanya sedang menariknya kembali ke masa lampau.

Ditawarkan membina divisi kemiliteran dari perusahaan ini merupakan suatu kehormatan baginya. Semangat yang mereka punya tidak kalah dibanding tentara di negaranya. Perusahaan juga menggunakan dana yang diberikan pemerintah sesuai amanat, guna melengkapi segala sarana dan prasarana yang dibutuhkan divisi kemiliteran.

Agaknya perjuangan Hardy kala itu tidaklah sia-sia. Hampir-hampir Leon tersenyum miring tepat ia mengingat sebuah cerita di mana almarhum sahabatnya benar-benar bersujud memohon di hadapan Perdana Menteri. Betapa keras kepalanya ia kala itu, sebagai mantan taruna ketentaraan Jerman, juga sebagai pemimpin perusahaan, datang hendak meminjam kekuatan Pasukan Bela Diri Jepang.

Ya, divisi kemiliteran tidak pernah ada sampai Alex Oohara, ayah dari Kenji, melakukan eksperimen-eksperimen berbahaya terhadap manusia; menjadikan mereka sebagai senjata biologis yang kemudian menghancurkan kota untuk unjuk gigi bahwa eksperimennya merupakan yang terbaik.

Sinting? Memang. Beruntungnya si biang masalah sudah tinggal nama.

Seharusnya divisi kemiliteran dibubarkan setelahnya. Akan tetapi, tidak semua orang tahu bahwa benih yang dibawakan si biang masalah ini muncul ke permukaan. Dia menelan banyak racun dan menerima luka yang tidak dapat terobati atas kejadian lampau. Dia memandang perusahaan ini dan negaranya dengan penuh benci.

Atau mungkin, dia pula membenci seisi dunia yang menyudutkan keluarganya di masa lalu, jika Leon harus berpikir demikian.

Leon agaknya mengerti perihal apa yang Kenji rasakan. Peristiwa yang disebut kehilangan memang memberikan dampak besar. Menciptakan klon Hardy adalah salah sebuah bukti dari akibatnya.

Meladeni dendam seorang bocah, kasus penculikan, lalu urusan perusahaan .... Alis Leon bertaut sembari tangannya meraih beberapa lembar data, hendaknya menyibukkan diri dengan urusan lain, alih-alih mendesah penuh keluh akan pikirannya yang sudah berkelana teramat jauh. Agaknya teramat banyak hal yang harus dikerjakan sekarang.

Dia memang tak perlu berpikir lebih lama. Justru beruntung, Leon sudah memiliki banyak opsi yang berdatangan setiap kali indera pendengarannya menangkap informasi baru dari Kirika.

Sekarang hanya tinggal mencetuskan salah satunya.

"Selagi pabrik menyibukkan diri dengan memproduksi HH:S-03 dan tipe Human Helper lainnya, kupikir menjalankan kerja sama dalam kasus ini akan menjadi pengulur waktu yang bagus," tutur Leon kemudian. "Aku setuju dengan rencanamu. Maka aku akan mengutus dua atau tiga komandan, juga menugaskan beberapa agen tambahan dari sini."

Hasil diskusi ini agaknya memuaskan bagi sang Madam, kelihatannya. Begitu mendengar tuturan Leon, ia mengangkat cangkir, hampir sejajar dengan wajah Letnan Jenderal tepat sebelum ia menghabiskannya.

Baru saja ia mulai mengalihkan fokus kepada data kelima, suara pintu membelah sunyi di antara keduanya. Serentak bersama Kirika, Leon menoleh dan mendapati anaknya yang bermandikan keringat sedang berdiri menggantung seragamnya di bahu.

Sementara ia baru membenarkan ikatan rambutnya, Leona menoleh dan terbelalak sempurna tepat maniknya menangkap Kirika baru meletakkan cangkir telah ia habiskan isinya.

"Jika diizinkan, Paman ... aku menginginkan sepupuku ini masuk ke dalam misi."

Demikian keduanya mulai berbicara mengabaikan Leona yang termangu dalam kebingungan.

~*~*~*~*~

Seusai keberhasilan penciptaan Akira, tepat di sela-sela waktu menunggu produksi android dan proses kerja sama antar perusahaan, Aoi sejak lama tertarik untuk membantu Eleonor melanjutkan proyek tangan prostetiknya. Mereka memang benar-benar mengerjakannya bersama, pun seringkali mondar-mandir laboratorium robotika dan biogenik di malam hari setiap pengerjaannya.

Atas usul Aoi, mereka mulai mengganti alat kendalinya agar lebih efisien, tetapi tetap mempertahankan penerapan biomekatronika di dalamnya. Maka, rancangannya pun dirombak ulang setelah mereka setuju tangan prostetik ini menggunakan sistem implan.

Aoi mencatat semuanya perancangan serta mekanisme kerja tangan prostetiknya. Sistem implan bekerja dengan menempelkan antarmuka tangan prostetik ke saraf dan otot sebagai reseptor sinyal otak yang meluncurkan berbagai gerakan tangan yang dipikirkan pengguna. Demikian tangan prostetik akan ditanam di tulang.

Menjelang malam, ia juga tidak pernah absen menonton rekaman-rekaman penjelasan Eleonor yang dibuat seminggu sekali untuk dikaji. Pun, ia tetap meneruskan proyek ini meski empunya sedang tidak ada. Yah, setidaknya dengan mengerjakan proyek tangan prostetik, ia bisa mengalihkan perhatiannya dari segala kecelakaan yang terjadi.

Dia memang harus menyibukkan diri. Kadangkala ia sampai tidak tidur, sampai-sampai matanya terlihat cekung. Kantong matanya terlihat lebih tebal dari biasa. Dia benar-benar tak menyukai dirinya dengan keadaan demikian. Selalu ia menghindar dari cermin dan mengalihkan topik jikalau lawan bicara bertanya apa yang ia lakukan di malam hari.

Semoga saja jerih payah yang ia tumpahkan terbayar dengan hasil memuaskan.

Tengah malam tiba. Tepat nyaris semuanya terlelap dan menyibukkan diri kepada urusannya masing-masing, Aoi mendatangi ruang Eleonor. Mudah saja memasuki ruangan itu, mengingat mereka telah memasukkan sidik jari Aoi di pengunci pintu.

Kala memasukinya, sekitar dihinggapi senyap. Bahkan suara langkah Aoi yang sedikit terseret-seret bisa menggema. Aoi menghirup udara dari pendingin ruangan, membiarkan sensasi sejuk menggelitik lubang hidungnya.

Seisi ruangan masih tetap sama, tetapi Aoi sudah merapikan semua barang yang sempat berserak waktu itu. Kini tangan prostetik telah diganjalkan penyangga di atas meja. Dia langsung melangkah mendekat setelah ia mengatur letak kamera yang tak begitu jauh dari tangan prostetik dan langsung menyalakan komputer untuk melakukan pengecekan beberapa antarmuka.

Merasa yakin dengan pengecekannya, maka Aoi mengambil kendali jarak jauh yang terhubung dengan kamera. Kali ini ia akan melakukan hal serupa dengan Eleonor; membuat rekaman hasil percobaan sebagai catatan digital.

Jempolnya menekan tombol kendali jarak jauh, menyalakan kamera dari tempatnya.

"Percobaan rancangan tangan prostetik dengan penerapan biomekatronika, nomor seratus empat, oleh Profesor Eleonor Natashka Radiovalenka. Demonstrasi diteruskan sementara oleh Aoi Tsukino." Aoi menjeda, lantas tersenyum kala menyadari ia baru saja menyebutkan angka sial. "Profesor, ketika Anda pulang, saya harap Anda akan melihat ini."

Lama tak bersua. Merindukan saya? Woh, nggak dong. Ngapain rindu saya, ya, wwwwwwwwwww. Baiknya rindu Kirika aja, ehe~.

Sekarang saya akan berfokus drafting terlebih dahulu. Karena stok chapter mulai menipis dan saya butuh menyambung-nyambungkan kesinambungan per chapter. Yak, saya sedikit teralihkan dengan beberapa pekerjaan di dunia nyata, jadi saya harus menghubungkan koneksi saya kembali kepada krucil-krucil manis ini sebelum menuliskannya lagi.

Jadi begitulah.

Sampai jumpa di chapter berikutnya. (Kapan-kapan ....)

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top