Chapter 1.10 [2/2]

Kantor Eleonor cukup luas. Terdapat meja yang panjang sedikit berantakan oleh beberapa buku dengan tebal sedang. Beberapa lemari berjajar di belakang meja. Adam menerka, pastilah sangat banyak perkakas yang diperlukan Eleonor, tepat kala ia mendapati beberapa pintu lemari yang sedikit terpangah karena mereka tak lagi muat menyimpan barang.

Sementara Daniel menoleh ke kanan. Dia melihat sebuah komputer dengan banyak kabel yang terhubung menuju sebuah kerangka tangan prostetik yang digantung dengan katrol dengan kendali jarak jauh.

"Anda membuat ini ... sendirian?"

Yang berceletuk ialah Nina, satu-satunya orang yang berani mendekatkan diri kepada tangan prostetik tersebut. Lagipula sang empunya tak melarang. Malah, Eleonor yang berdiri di belakang Nina mengantongi kedua tangan di saku jas sembari tersenyum lebar.

"Aku hanya akan meminta bantuan anggota laboratorium elektronika ketika memang membutuhkannya," jawab Eleonor yang kembali teralih kepada tangan robot yang tergantung sedikit lebih jauh dari posisinya. "Sebenarnya aku hendak menciptakan chip untuk ditanam di dalam otak.

"Tapi ... menciptakan itu agaknya membutuhkan waktu dan biaya yang besar. Belum lagi aku membutuhkan relawan untuk dioperasi bagian kepalanya. Lagi, barangkali efek samping yang diterima relawan akan sama besarnya ketika diterima, 'kan?"

Aoi melirik sosok di sampingnya. Sempat ia berkedip bersamaan dengan pandangan yang tertuju ikut memerhatikan tangan prostetik.

"Sebagai gantinya, aku membuat alat kendali yang mampu menangkap sinyal otak," lanjut Eleonor. Pula ia melangkah menghampiri jurnal di dekat komputernya. "Setidaknya sementara waktu itu bekerja dengan baik dan cukup efisien untuk percobaan pertama."

Edward yang sudah lebih dulu berdiri di samping Nina mulai memandang dengan seksama tiap detail dari tangan prostetik. Amat sangat banyak kabel yang tersambung di dalam kerangka. Sementara Daniel baru saja menerima jurnal milik Eleonor, mulai membaca. Aoi yang lebih tertarik pada jurnal segera menghampiri Daniel.

Atas perintah Eleonor, Adam mengekorinya menuju komputer. Hendaknya ia diizinkan untuk menonton dokumentasi tangan prostetik. Tampak Eleonor sedang berbicara, mula-mula ia menyebutkan tanggal perekaman.

Dari posisinya, Aoi ikut mendengarkan selagi Edward dan Nina berakhir ikut berkumpul di depan monitor besar. Di video pertama, Aoi menangkap bahwa penelitian sudah dimulai sejak pertengahan tahun lalu. Eleonor menyampaikan prinsip kerja tangan prostetik yang paling sederhana. Dan pada rekaman kedua, ia mulai memberitahu bahwa ia akan bekerja sama dengan laboratorium biogenik untuk belajar penerapan biomekatronika*.

Eleonor sudah mulai mengerjakan sejumlah bagian kerangka di selang rekaman selanjutnya, tepat pada bagian demonstrasi. Dari sana, Aoi dan Daniel mulai bergerak dari tempat mereka berdiri untuk menyusul kegiatan menonton.

Kala dokumentasi kelima, Eleonor sudah mulai memproses sistem gerak dari tangan prostetik tersebut. Lambaian, beberapa pergerakan leluasa lain diperlihatkan dari rekaman, sukses membuat Aoi terperangah takjub.

Eleonor kembali pada rekaman terbaru yang ia buat beberapa bulan silam. Adam tampak berseri-seri memandangi Eleonor di dalam rekaman tengah memasang sebuah alat pendeteksi sinyal otak berupa bando di kepalanya. Kemudian si profesor diam sembari memandangi tangan prostetik, seolah tengah memberi perintah dari dalam kepala. Di monitor yang dipampang di samping Eleonor, tampak beberapa perubahan gelombang yang terjadi selagi ia menjalankan beberapa perintah gerakan ke tangan prostetik.

Namun, proses demonstrasi yang si profesor tidak berlangsung lama. Terlihat ia begitu lelah, bahkan tubuhnya cukup banyak meneteskan peluh. Tak lama ia menyudahi rekaman dokumentasi.

Bersamaan dengan hal itu, Adam mengerjap beberapa kali sebelum akhirnya menoleh pada Eleonor. Tatapan tak percaya dari manik karamelnya tampak jelas. Kala demikian, ia berceletuk, "Profesor, boleh tidak saya menambahkan rasa kagum saya kepada Anda?"

Tentu yang diajak bicara tertawa. "Tapi jika kau lihat aku masih memiliki banyak kekurangan di dalam dokumentasinya. Masih yakin menambahkan rasa kagummu kepadaku?"

Kali ini Nina menyahut, "Jangan berkata begitu, Profesor. Dibandingkan dengan waktu pembuatan Ming-Ming, justru tangan prostetik milik Anda hanya memakan waktu yang terbilang singkat, tetapi sudah terlihat lebih leluasa. Apalagi ... pengerjaannya sangat sulit sebab sebab menggunakan kendali sinyal otak.

"Jika diperbolehkan, Profesor. Saya bersedia untuk belajar sembari kita mengerjakan android kita nantinya." Begitu Nina melanjutkan.

Senyum merekah semakin lebar di wajah Eleonor di kala ia menarik napas dalam-dalam. Bahkan pipinya tampak sedikit merona. Pandangannya teralih bersamaan ketika ia mendengkus.

Meski senyumnya belum juga surut, tak lama Eleonor mengalihkan pembicaraan, "Penciptaan alat gerak android kita barangkali akan menjadi lebih mudah sebab ia memiliki kendali dari prosesor dan ia akan memproses perintah sesuai dengan reaksi atas tindakan yang terjadi di sekitarnya.

"Bagaimana kalau kita membahas lebih lanjut mengenai hal ini?"

~*~*~*~*~

Mereka selesai pada sore hari. Jadwal pengerjaan sudah ditentukan. Eleonor sudah memulai membentuk beberapa bagian tim.

Sesuai dengan kesepakatan, Aoi akan memegang tanggung jawab dalam desain dasar.

Saat ini, mereka sudah kembali ke kamar masing-masing. Merupakan kesempatan yang bagus bagi Aoi untuk melanjutkan desain dasar yang sudah ia ciptakan sebelum kembali ke Jepang. Sekarang hanya tinggal menyempurnakannya saja.

Kebetulan Nina memilih kamar kapsul yang bersebelahan dengannya. Wanita muda itu mengetuk bagian dinding di atas meja kecilnya. Tak lama bagian dinding tersebut memperlihatkan kaca pembatas. Lekas si manik biru mendapati kepada Aoi yang berkutat pada tabletnya.

Panggilan Nina disahut dengan tolehan serta senyum singkat. Sang kakak segera menyambar tabletnya dan memutuskan duduk di dekat kaca pembatas.

"Mau bergosip, huh?" terka Aoi.

Jawaban yang ia dapat tak lebih dari cengir malu. Sementara diam-diam manik Nina sudah mengintip kepada desain yang tengah digambar oleh Aoi.

"Jadi kita akan melahirkan android pria?" tanya Nina. Pandangannya teralih kepada desain wajah langsung saja sukses membuat mulutnya bergumam secara tak sadar, "Dia tampan."

Aoi terkekeh, refleks menoleh kepada Nina yang tahu-tahu menutup mulut menggumamkan permintaan maaf. Tak berlangsung lama, ia pun mengembalikan fokusnya kepada desain.

Cukup lama mereka membiarkan sunyi memisahkan diri keduanya. Nina berkomentar dalam hati di kala mendapati Aoi yang tengah sibuk dengan detail alis dari desain wajah. Diam-diam pun ia tersenyum mengagumi guratan yang tercipta di kanvas digital milik Aoi.

Tanpa menunggu Nina meminta, Aoi tak lama mengirimkan desain sementara ke ponselnya. Dering notifikasi kontan membuat fokus Nina teralih. Seusai mengecek isi pesan, manik birunya menyipit sambil tersenyum kecil kepada Aoi.

"Tampaknya aku tidak diizinkan untuk mengganggumu lagi."

"Aku mengirimkannya agar kau bisa melihatnya lebih jelas!" sanggah Aoi begitu cepat, sukses membuat Nina tertawa. Kemudian ia meneruskan dengan suara rendah yang masih mampu menembus kaca pembatas, "Mengenai desainnya, bagaimana menurutmu?"

Segera Nina memerhatikan dokumen yang ia dapatkan. Aoi sudah menggambarkan kerangka utuh, berikut dengan beberapa rangkaian elektronika yang dibutuhkan android. Ada pun beberapa informasi mengenai kebutuhan lain seperti sensor hingga prosesor yang akan digunakan. Bahkan Aoi menjabarkan perkiraan daya android, berikut dengan sumber yang memungkinkan untuk dipasang.

Telunjuk Nina berhenti menggulir tampilan layar kala ia mendapati detail lengan si android. Sebentar ia melirik Aoi yang kembali menyibukkan diri kepada desain.

Si manik biru berkedip seolah mereka ulang kala rapat bersama Kirika.

Aku tak tahu seberapa kuat Madam ... atau bahkan pihak Oohara itu.

Sekali lagi, ia menarik gambar terakhir. Menurut desain Aoi, android yang akan tercipta akan memiliki sepasang manik biru cerah lengkap dengan rambut kecokelatan.

"Tapi yang pasti ... Madam membutuhkan sesuatu yang kuat untuk melawan mereka, ya."

Lantas saja gumaman yang sukses dijangkau telinga Aoi sanggup membuat si empunya menaikkan pandangan. "Kau mengatakan sesuatu?"

Nina tersentak setelah mendengar Aoi melontarkan tanya. Lekas ia menggeleng bersama dengan senyum yang merekah canggung. Lagi, napasnya sempat tertahan di kala jantung yang melonjak.

Tapi untuk saat ini, semua jawaban ada pada Aoi. Wanita itu merupakan otak dari Cyclone Team, segala keputusan lebih banyak muncul darinya. Selain oleh karena waktu atau kebutuhan perusahaan, pastilah ia memiliki alasan mengapa ia menerima tantangan dari sang Madam.

Aoi juga mengerti sangat banyak risiko yang hendak dihadapi mengingat ini merupakan android pertama. Lagi, android ini akan digunakan langsung oleh Madam.

Memikirkan segalanya sudah membuat Nina bersusah hati. Sebagai pelampiasan ia menghela napas panjang bersamaan dengan layar ponselnya yang sudah meredup dan mati.

Kembalilah Nina memandang Aoi, kemudian berkata, "Desainmu sempurna seperti biasa."

Senyum bangga tak lama ia terima sebagai balasan. Hal itu membut Nina semakin yakin untuk duduk semakin dekat dari kaca pembatas. Nina menyandarkan punggung, dalam hati mulai menimbang-nimbang haruskah ia menanyakan hal di dalam benaknya ....

Atau tidak sama sekali.

"Apakah keputusan kita ini ... benar?"

Lekas Aoi dapati sang adik yang tengah menoleh padanya.

Cukup lama mereka saling berpaku tatap. Nina masih menunggu jawaban dari sang kakak yang sedang mengulum kedua bibir. Perlakuan pertama yang Nina terima kemudian adalah sebuah pangkuan dagu dari lawan bicara.

"Ternyata kau juga memikirkan itu."

Aoi menggeser tablet, mulai berfokus kepada Nina.

"Sesungguhnya semula aku berpikir demikian. Tapi ...." Sebentar Aoi menjeda sembari mengetuk-ngetuk meja kecil. "Kupikir Ibu ada benarnya."

Nina masih mendengarkan.

"Ibu pernah menjadi bagian dari pabrik Alford tepat sebelum perang saudara itu tiba. Dia memutuskan berhenti ketika aku lulus SMA," terang Aoi. "Ibu selalu percaya ... Alford berada di pihak kita. Dan dia percaya kita bisa membantu mereka dengan ciptaan kita ini.

"Merupakan sebuah keputusan yang tepat jika kita menerima tantangan Kirika. Selain kita perlu unjuk gigi kepadanya bahwa kita juga mampu membantunya, kau ingat apa perjanjian tim kita?"

Nina mengerjap.

Segala ciptaan kita demi kepentingan dan kebaikan manusia, batin Nina. Bukan masalah jika semula dimulai dengan satu manusia. Sewaktu-waktu ciptaan kita akan membantu banyak manusia.

"Bukankah keberhasilan itu sewaktu-waktu akan menjadi pencapaian yang sangat besar?"

Nina menahan napas. Tatapan cemerlang dari manik obsidian nyaris membuat ia tak sanggup menahan kekehan. Tanpa ia tahu, agaknya Aoi sudah mulai mengembalikan rasa percaya terhadap dirinya dan juga perusahaan ini.

Tampaknya tak ada lagi yang perlu dikhawatirkan.

*Biomekatronika : Sebuah ilmu penggabungan mekanis, elektronik dan organisme biologis 

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top