Wedding Invitation

Fast Enough
||Kambe Daisuke x Katou Haru||
.
.
Warning: Modern AU, akan ada banyak Typo, BxB, Yaoi, Shounen-ai, Crossover.
.
.
Rate: T
.
.
Fugou Keiji Balance Unlimited by
Taku Kishimoto

'Wedding Invitation'

Kesibukan mereka semua tak pernah berakhir setelah berjalan sekitar satu minggu yang lalu, mungkin bisa di katakan mereka semakin sibuk dan kelimpungan setiap hari.

Walaupun banyak tangan yang membantu, tapi semua akan terasa biasa jika itu tak sesuai kehendak kedua mempelai yang akan melangsungkan pernikahan 3 hari ke depan.

Bahkan Masumi juga harus turun tangan sendiri untuk membantu persiapan pernikahan anak sulungnya tersebut. Semua jadwalnya untuk seminggu ke depan harus di handle oleh sang sekretaris langsung.

Beberapa orang seperti Kuro dan Mahiru bahkan di buat angkat tangan oleh keinginan Haru dan Daisuke yang kadang akan bertolak belakang. Maklum mereka berdua adalah yang di tunjuk untuk bertanya pada dua mempelai harus bagaimana dekorasi atau makanan yang ada.

Walaupun Sakura awalnya menolak dan mengajukan diri untuk meng-handle perkerjaan tersebut namun kenyataan harus menampar telak dirinya.

Mulai dari Haru yang masa bodoh dengan semua hal karena sang Ibu ikut campur sampai Daisuke yang berniat berlibur ke Jerman sejenak.

Maka mau tak mau, mereka pun sepakat agar tak ikut campur dalam hal memilih dan hanya akan menuruti daripada mereka harus menerima resiko seperti itu.

Saat ini, Mahiru sedang dalam perjalanan menuju apartemen yang di huni sementara oleh Haru dan tiga wanita yang akan menjaganya. Ekspresi wajah lelah sangat ketara di wajahnya yang sejak tadi mengkerut bak kanebo kering.

Langkah lunglai di tambah hawa suram di belakangnya membuat beberapa orang yang berjalan melirik sejenak ke arahnya seraya menatapnya heran. Tak jarang ada pula bisikan-bisikan tentang dirinya yang begitu aneh.

Namun semua hal itu ia abaikan dan tetap berjalan menuju apartemen yang mulai nampak gedungnya. Cuaca yang saat itu terik membuat tenggorokannya terasa sangat haus dan kering ditambah sedari tadi ia harus berjalan karena kekasihnya juga harus pergi ke mansion Kambe.

Mahiru harap ia bisa meminta sedikit minuman saat sampai di apartemen kakak angkatnya tersebut.

"Mahiru!"

Kepala cokelat sontak mendongak, dia menatap sekeliling mencari tahu siapa yang memanggil dirinya. Kepingan cokelat terang itu membulat saat tahu siapa gerangan yang memanggil dirinya.

"Haru-nee?"

Di belakangnya Haru berlari mendekat ke arahnya, tangannya menenteng satu plastik putih bercap nama sebuah supermarket.

"Yo" Bahunya di tepuk pelan membuat pemuda cokelat itu menebar sebuah senyum lebar.

"Haru-nee darimana?" Tanya Mahiru lalu melirik kecil ke arah kantong putih tersebut.

"Oh.. Ini aku baru dari supermarket membeli bahan makanan" Jawab Haru santai lalu menyeret Mahiru begitu saja untuk melanjutkan perjalanan ke apartemennya. Tak memperdulikan Mahiru yang masih blank di belakangnya.

"Bukannya kulkas disana akan selalu penuh?" Tanya Mahiru dari belakang, kali ini ia berusaha menyelaraskan langkahnya dengan Haru. Maklum, dia itu lebih pendek dari Haru jadi langkah Haru sudah tergolong lebar baginya.

Haru bergumam, "Hmm.. Entah kenapa tadi kulihat habis jadi aku keluar saja untuk membelinya"

Mahiru diam-diam takjub dengan kakaknya ini, padahal Haru sudah di peringati keras oleh Sakura, Yuko dan Saeki agar tak keluar apapun alasannya tapi nyatanya? Sang kakak malah dengan santainya keluar seolah tak terjadi apa-apa nantinya jika ketahuan oleh Sakura.

Sungguh, jiwa bebal Haru ternyata masih awet sampai sekarang.

Mahiru kembali membuka percakapan saat keduanya memasuki apartemen, "Memang untuk apa Haru-nee membeli bahan makanan? Apakah untuk makan siang?" Tanya pemuda cokelat tersebut.

Keduanya memasuki lift yang kebetulan kosong untuk sampai di kamar apartemen. Tombol lantai 6 di tekan Haru menandakan dimana ruangan apartemennya. Dia menoleh ke arah Mahiru yang menunggu jawaban darinya.

Dia berpikir sejenak.

"Hmm.. Mungkin aku akan membuat bekal untuk Daisuke? Sekalian juga aku belajar memasak" Jawabnya kemudian tanpa beban sama sekali.

Mahiru mengangguk paham, dia kembali diam menikmati keheningan mereka sampai sel di otaknya terhubung kembali oleh sel lain.

Wajahnya langsung berusah shock dan terkejut. Matanya membulat tak percaya dengan apa yang ia dengar barusan.

Dengan tak berdosanya berteriak di dalam lift tersebut.

"UNTUK DAISUKE-NII?!!! HARU-NEE GILA?!!!"

Haru berjengkit kaget saat itu juga, badannya secara refleks melompat ke kanan karena kaget dengan teriakan Mahiru yang ada di sampingnya. Dan bertepatan dengan itu pintu lift pun terbuka, Haru tanpa basa basi segera menarik tangan Mahiru keluar dan berjalan menuju kamar apartemen.

Dengan tergesa membuka kunci pintu dan melepaskan cekalan tangannya pada Mahiru, tatapannya menajam terarah pada adik angkatnya tersebut.

"BERISIK! DAN AKU TAK GILA MAHIRU-AHO!" Balasnya berteriak juga, wajahnya memerah karena amarah sementara Mahiru di buat shock di tempat untuk yang kesekian kalinya.

Bisa ia rasakan jantungnya berdegup dua kali lebih cepat daripada biasanya karena teriakan Haru yang sangat tepat di depan wajahnya. Sekilas ia bisa melihat wujud sosok malaikat pencabut nyawa ada di belakang sang kakak seolah memperingati dirinya untuk tak balas berteriak ke Haru atau nyawanya akan melayang.

Wajahnya memucat saat itu juga, dia benar-benar ketakutan jika hal itu terjadi begitu saja. Berbagai spekulasi-spekulasj negatif sudah memenuhi kepalanya, entah itu tentang dirinya yang harus masuk neraka karena meneriaki cucu malaikat maut atau harus di siksa di sebuah ruangan.

Kesadarannya hilang saat itu juga membuat Haru yang melihatnya membulatkan matanya terkejut. Jelas saja terkejut! Dia tak berbuat apa-apa tadi sang adik malah pingsan mendadak di hadapan, dia takut Mahiru kenapa-kenapa.

"O-OY! MAHIRU!! BANGUN!!!"

****

J

ika Mahiru tadi memiliki hambatan dalam melaksanakan tugasnya, maka berbeda lagi dengan Kuro yang sepertinya aman tentram. Sudah sejak lima belas menit yang lalu ia menunggu calon kakak iparnya yang kebetulan sedang rapat bersama beberapa client.

Pemuda bersurai biru itu sebenarnya juga was-was jika mood Daisuke ada di tingkat bawah, takut-takut nanti pemuda itu akan melemparnya dari lantai 30 gedungnya dan membuatnya meninggal saat itu juga.

Memikirkannya saja sudah membuat Kuro bergidik ngeri, dia masih muda. Masih harus melanjutkan kuliahnya dan bekerja di perusahaan keluarganya. Ditambah ia juga belum menikah dengan Mahiru dan berumah tangga, bagaimana jika nanti semisal ia tewas dan membiarkan adik rakusnya menikahi Mahiru? Kan ia tak ridho dunia akhirat;(

"Haah.. Sialan"

Mendengar umpatan dari seseorang dan suara pintu terbuka membuat pemuda semester 2 itu menoleh ke sumber suara. Di sana ada sosok Kambe Daisuke yang sepertinya dalam mood yang agak buruk dan hal itu membuat Kuro ragu untuk menyerahkan sample undangan pernikahan yang telah di buat oleh Hoshino.

"Kuro? Ada perlu apa?" Suara datar itu membuat dirinya tersentak, dia mengangkat wajahnya yang semula tertunduk kini menghadap ke pemuda Kambe tersebut.

Kuro menelan salivanya, berusaha meredakan kegugupan nya saat sepasang mata tajam itu menatap langsung ke arahnya.

Dirinya bergegas mendekat dan menyerahkan sample undangan kepada Daisuke.

"Ini sample undangan pernikahan Daisuke-nii dan Haru-nii. Hoshino-san bilang jika ada yang kurang Daisuke-nii boleh mengembalikannya dan berkomentar tentang kekurangannya" Jelas Kuro setenang mungkin. Tak mungkin juga kan dirinya berkata dengan terpatah-patah di hadapan kakak iparnya?

Bisa-bisa ja menjadi bahan ejekan Haru dan Sakura saat pernikahannya kelak.

Daisuke menatap sejenak sample undangan yang ada di tangannya. Bentuknya seperti buku pada umumnya berwarna putih dan cokelat susu. Di hiasi motif angsa dan bunga di sisi kanan dan kiri.

Warna dari tulisan itu berbeda pada tulisan pada umumnya yakni berwarna emas terang, lalu ada juga foto Daisuke yang di ambil beberapa hari yang lalu.

Terdapat namanya dan juga nama Haru yang terukir apik di dalam undangan tersebut. Lengkap dengan informasi dimana pemberkatan dan pestanya juga.

Sample itu ia kembali lagi ke Kuro dan berjalan kembali menuju kursi kekuasaannya. Jari-jarinya saling bertautan dengan dagu yang ia letakkan di punggung tangan. Tatapannya masih tajam seperti biasa.

"Jika kau merasa itu sudah bagus kenapa harus diberikan padaku?" Tanya Daisuke sarkas. Entah mengapa ia sekarang agak angkuh ah tidak lebih angkuh daripada yang sebelumnya. Kata-katanya juga kadang sangat menusuk dan terdengar kejam, saat ditanya apa ia baik-baik saja ia hanya menjawab bahwa dirinya hanya butuh Haru.

Terakhir yang bertanya hal itu adalah Yoko dan setelah Daisuke menjawab pertanyaannya dengan tidak berdosanya wanita berambut merah muda itu memukul kepala Daisuke.

Toko berinisiatif agar otak Daisuke kembali berjalan seperti sedia kala dan tak terlalu stress memikirkan Haru yang keadaan 'baik-baik' saja.

Namun apa yang di dapat wanita itu? Tak lain dan tak lebih adalah ucapan pedas dan tajam khas Daisuke yang entah kenapa membuat darah wanita itu mendadak tinggi.

Yoko tak henti-hentinya berseru bahwa Daisuke itu sudah agak miring dan butuh di obati secepatnya namun yang menjadi obat adalah Haru sendiri.

Maklum lah ya seorang Kambe Daisuke itu akan menjadi agak gila dan bucin saat akan menikahi Katou Haru.

Itu bentuk penyaluran rasa bahagianya karena akhirnya bisa mengikat Haru seutuhnya dan menjadikan pemuda Katou itu miliknya sendiri.

"Eh? Tapi kan Daisuke-nii sendiri yang saat itu bilang-"

"Jika urusannya seperti ini maka aku menyerahkannya pada Haru" Potong Daisuke dingin. Irisnya memandang tajam dan penuh keangkuhan pada pemuda bersurai biru yang duduk di sofa ruangannya.

Kuro kembali menelan salivanya, dia benar-benar merasa bahwa dirinya kini terbelunggu oleh semacam rantai besi tak kasat mata yang di keluarkan oleh Daisuke.

Dia bahkan sulit untuk bernafas dengan benar kali ini! Tekanan yang di hasilkan oleh Daisuke benar-benar tak main-main.

"Temui aku jika itu hal penting, keluar sana" Titahnya yang langsung di turuti dengan segera oleh Kuro.

Pemuda itu tak mau berlama-lama ada di dalam sana, itu sama saja bunuh diri jika ia masih terus berlama-lama di dalam sana.

Sepertinya ia harus protes pada Saeki dan Yoko yang menunjuknya untuk menjadi penanya untuk Daisuke.

Dia benar-benar kapok untuk berurusan dengan pemuda Kambe tersebut.

Dia juga berharap agar kekasihnya yang saat ini bersama Haru tak kenapa-kenapa mengingat hubungan keduanya juga cukup dekat.

Ponsel di sakunya bergetar, Kuro segera mengambil ponsel itu dan melihat siapa penelpon tersebut.

Keningnya agak berkerut saat melihat nama Mahiru ada di layar, tanpa basa-basi ia menerima panggilan dan mendekatkan ponselnya ke telinga.

"Halo say-"

"KURO!!! GAWAT! MAHIRU PINGSAN!!AKU TAK TAHU APA YANG TERJADI!"

Dan saat itu pula Kuro menyesali perbuatan karena mengangkat telfon tersebut.

"Astaga Kami-sama, kuatkan lah Mahiru"











Maaf baru bisa update cerita ini. Saya benar-benar sibuk di RL karena 'katanya' sekolah akan di mulai kembali tanggal 13. Saya tak tahu apakah itu benar atau tidak tapi saya sudah mulai menyiapkan apa saja yang akan saya gunakan nanti saat memasuki tahun ajaran baru.

Ngomong-ngomong saya akan menjadi siswa baru yeaayy!! Gelar sebagai anak SMK telah saya sandang sejak kemarin Lol.

Ah ya, FKBU TELAH ADA SPOILER!!!! AAAH!! SAYA BENAR-BENAR TAK SABAR MENUNGGU RILISNYA ANIME INI:))

DAISUKE DISANA SANGAT MENAWAN DAN JUGA TAMPAN!!! AH HARU JUGA NAMPAK MANIS SAAT MEMASAK DI SCENE TERKAHIR:)))

Saya sampai menonton berulang-ulang trailer eps. 3-nya di Instagram official FKBU!

Bagi kalian yang belum menontonnya segera lah tonton trailer tersebut! Saya jamin trailer itu akan membuat Anda semakin tak sabar menanti kelanjutan anime ini :D

Baik sampai disini, tolong jangan lupa tekan bintang ya.

See you next chapter~

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top