We'll Be Alright
Fast Enough
||Kambe Daisuke x Katou Haru||
.
.
Warning: Modern AU, Typo, BxB, Yaoi, Shounen-ai, Conflict, Hurt, Crossover.
.
.
Rate: T
.
.
Fugou Keiji Balance Unlimited by
Taku Kishimoto
'We'll Be Alright'
Haru menghela nafasnya pelan, sudah seharian ini dia hanya duduk diam di dalam ruang inapnya tanpa melakukan apa pun.
Dia benar-benar bosan untuk sekarang. Andai saja Daisuke mau mengijinkannya berjalan-jalan di taman rumah sakit mungkin dirinya tak akan sebadmood seperti ini.
Tapi nyata apa? Sudah sejak 3 jam yang lalu dirinya merengek pada sulung Kambe itu agar di ijinkan untuk keluar namun apa daya, hanya penolakan yang terus ia dapat kala meminta ijin pada Daisuke.
Jika dia bertanya apa alasannya maka dengan enteng Daisuke akan mengatakan bahwa dirinya tak mau ada yang melihat malaikat tanpa sayap berjalan-jalan di rumah sakit.
Dan setelah mengatakan hal itu, Haru tanpa belas kasih segera melempar bantal miliknya ke wajah datar Daisuke yang kebetulan sedang duduk di sofa.
Dia mendengus dengan rona di wajah, mengambil alih remot dan menggantikan channel televisi guna mencari berita yang bagus untuk ia tonton.
Pergerakannya tiba-tiba terhenti, Iris cokelat mentahannya berbinar bak anak kecil yang diberi permen. Tanpa sadar sebuah senyum lebar terpasang di wajahnya.
"Suke!"
"Hn?"
Daisuke mendongakkan kepalanya, mengalihkan sejenak pandangannya dari laptop yang ada di pangkuannya pada sosok kekasihnya yang duduk di atas ranjang rumah sakit.
"Aku ingin itu!" Tunjuk Haru dengan wajah berbinar bahagia.
Daisuke ikut menatap apa yang ditujuk oleh Haru, pandangannya yang semula datar semakin mendatar kala. melihat apa yang di inginkan pemuda Katou itu.
Dia kembali pada pekerjaannya, "Tidak boleh"
Jemarinya bergerak lincah di atas keyboard laptop, mengabaikan Haru yang mencak-mencak tak terima di atas ranjangnya.
"Yak! Kau menyebalkan Suke! Tadi aku ijin keluar tidak diperbolehkan sekarang hanya meminta itu juga tidak boleh, sebenarnya yang sakit itu kau atau aku?" Gerutu Haru geram.
Sementara lawan bicaranya hanya diam dan kembali fokus pada pekerjaannya sama sekali tak memperdulikan rengekan kekasihnya itu.
Haru menghela nafas kasar, dia kemudian menghempaskan dirinya di ranjang seraya menatap langit-langit kamar inapnya.
Pikirannya melayang pada saat dirinya masih ada di Jepang, dia benar-benar merindukan teman-temannya yang ada disana.
Ah, bagaimana kabar mereka ya? Apa mereka baik-baik saja?
Sudah berapa lama ia ada disini? Bagaimana pekerjaannya? Apa saat pulang nanti ia akan di pecat?
Haru kembali menghela nafasnya, dia menoleh pada Daisuke yang masih ada di sofa dan belum beranjak sama sekali dari sana sejak 3 jam yang lalu.
"Daisuke"
"Hm?"
"Bagaimana dengan wanita yang saat itu datang? Kenapa dia tak terlihat lagi?" Pertanyaan Haru tadi sontak membuat pergerakan Daisuke terhenti.
Dia mendongakkan kepalanya dan memandang lurus ke arah Haru yang kembali memandang ke langit-langit. Dia menghela nafas kemudian mematikan laptopnya dan menaruhnya di sebelahnya. Dengan segera beranjak menuju ranjang kekasihnya dan duduk di sebelah pemuda Katou tersebut.
Tangan besarnya mengusak pelan helaian abu-abu cokelat yang terasa halus di tangannya, sebuah senyum ia perlihatkan pada sosok tersebut.
"Kenapa kau tiba-tiba memikirkannya?" Tanya Daisuke penasaran.
Haru mengambil posisi duduk, dia menatap lekat Daisuke kemudian menggelengkan kepalanya sejenak.
"Tidak, hanya penasaran saja. Kemarin dia datang dengan tak tahu malunya memelukmu dan sekarang hilang begitu saja. Aku sempat berpikir dia itu jalang" Ujar Haru santai dan merebahkan kepalanya ke bahu tegap milik Daisuke.
Daisuke terkekeh, tangannya mencubit kecil pipi bulat Haru dan ekspresi wajah geram. "Ucapanmu kasar sayang"
Haru mencebik, tak mengindahkan ucapan Daisuke dan semakin menenggelamkan wajahnya ke leher Daisuke. Diam-diam menghirup aroma Daisuke yang entah sejak kapan sudah membuatnya candu.
"Biarkan saja" Gumam Haru dari leher Daisuke.
Sebuah senyum masih terpatri di wajah Daisuke, tangannya masih tetap mengelus surai pemuda itu sementara tangannya yang lain mengenggam erat tangan Haru yang lain.
"Haru"
Haru mengadahkan kepalanya, menatap wajah Daisuke dari bawah dengan sorot penasaran.
"Ya?"
"Kau belum mandi ya?" Tanya Daisuke dengan tampang tak berdosanya.
Sontak saja Haru melepaskan pelukannya dan melempar sebuah bantal lagi pada Daisuke. Ekspresi geram dan jengkel nampak jelas di wajah pemuda itu.
Daisuke terkekeh kecil, tangannya mengacak-acak pelan rambut Haru dan beranjak kembali dari sana. Jas yang tersampir di lengan sofa ia ambil dan segera memakainya.
Iris milik Haru mengikuti pergerakan Daisuke, batinnya bertanya-tanya mau kemana Daisuke saat ini? Mengingat jika ini sudah jam 10 lebih tak mungkin kan Daisuke akan ke kantor?
"Mau kemana?" Tanya Haru penasaran.
Daisuke mengambil laptopnya dan memasukkannya ke tas kerjanya, kembali mendekat ke arah Haru dan memberi satu kecupan di kening pemuda Katou tersebut.
"Ada urusan, hanya sebentar. Ingin titip sesuatu?" Penawaran Daisuke membuat binar di mata Haru terlihat, dia mengangguk semangat.
"Aku mau buah!" Jawabnya dengan semangat. Daisuke mengangguk kecil, sebuah senyum tipis masih setia ada di wajahnya.
"Oke, aku pergi dulu"
"Hati-hati!"
Pintu ruang inap di tutup kembali dan dengan begitu sosok Daisuke pun menghilang di balik pintu, meninggalkan Haru yang kini sendirian di sana.
****
Mobil milik Daisuke berjalan dengan kecepatan normal di jalanan kota London yang agak padat.
Dirinya berniat mengunjungi kantor sang Ayah sejenak sebelum pergi ke tempat tujuan utamanya. Gas kembali ia tekan guna menambah kecepatan kuda besi miliknya. Dirinya hanya ingin cepat-cepat sampai di sana dan memberikan laporan yang ia dapat sejak 3 hari yang lalu mengenai keluarga yang saat ini ia incar.
Tak lama, dia pun sampai di depan kantor perusahaan utama Kambe. Daisuke keluar dari mobilnya, berjalan dengan angkuh memasuki kantor tersebut.
Beberapa pegawai dan staff yang melihatnya langsung menunduk hormat sementara sebagian lagi nampak melongo dan heran mengenai siapa dirinya.
Maklum saja, dia sudah meninggalkan London sejak dirinya lulus SMA dan melanjutkan kuliahnya di Jepang dan mengurus cabang perusahaan disana jadi banyak pegawai baru yang tak mengenal siapa dirinya.
Berbelok menuju lift khusus petinggi perusahaan, Daisuke masih tetap tak menghiraukan beberapa tatapan yang memandang heran serta kagum pada dirinya. Lift mulai bergerak menuju lantai teratas dimana ruangan Masumi berasa.
Saat pintu lift dibuka hal pertama yang menyapa penglihatan Daisuke adalah suasana koridor yang sepi dengan hanya ada beberapa buah pintu disana.
Daisuke segera keluar, berjalan dengan langkah santai menuju ruangan sang Ayah yang pasti sudah menunggu dirinya seraya mencak-mencak karena keterlambatannya.
Pintu abu-abu dia buka perlahan dan hal pertama yang ia lihat adalah suasana ruangan dengan plang CEO yang heboh karena kedatangan beberapa tamu yang tak diundang.
Salah satu contohnya adalah sosok Kenny Ackerman yang sedang beradu argumen dengan Akashi Masaomi yang seharusnya bukan sifat mereka. Ditambah mereka berdebat tentang hal yang tak berguna tentang konspirasi Bumi bulat atau kotak.
Lalu ada Uchiha Fugaku yang mencak-mencak tak terima karena di kalahkan Kambe Masumi dalam permainan ular tangga.
Daisuke mundur selangkah, pelan-pelan menutup pintu dan pergi ke ruang sekretaris sang Ayah.
"Mrs. Anna, apa benar ruangan di depan sana adalah ruangan Ayah saya?" Tanya Daisuke tak yakin.
Wanita yang dipanggil Anna mengangkat kepalanya yang sedari tadi menunduk menghadap komputer, dia memberikan sebuah senyum paksa pada Daisuke.
"Benar Tuan Muda, itu adalah ruangan Tuan Masumi" Jawab Anna dengan suara tak yakin.
Mata Daisuke memincing, dia memandang Anna dengan tatapan tak puas. Sesaat kemudian ia berbalik, "Suruh petugas kebun binatang datang kesini. Mungkin saja hewan disana ada yang lepas"
"He-heh?!"
****
Haru merenggangkan tubuhnya sejenak, dia sudah puas memakan tiga buah apel yang tadi ia terima dari salah satu anak buah Daisuke dan sekarang ia mulai mengantuk karena terkena semilir angin yang masuk dari luar membuat matanya memberat terserang kantuk.
Dia baru saja selesai menata bantalnya dan bersiap membaringkan tubuhnya jika saja pintu ruang rawatnya tak dibuka paksa dan membuat kebisingan disana.
"HARU!!!!"
"ASTAGA!!!!"
Tubuhnya terlongak karena terkejut, dia melihat siapa yang menyebabkan kebisingan di luar ruang inapnya tersebut.
Tak lama sosok Yoko berserta Kamei terlihat dan segera mengepung dirinya bak penjahat yang tertangkap basah mencuri di salah satu bank.
"Haru!!! Kau kenapa?! Apa kau sakit?! Apa kau terluka?! Katakan Haru! Katakan!!!" Tanya Yoko kalap seraya menggoncang-goncang tubuh Haru tanpa berperikeHaruan.
Kamei yang disebelah sontak saja menjitak kepala Yoko saat melihat Haru yang seperti akan pingsan karena terlalu kuat di goncang oleh Yoko.
"Baka! Haru bisa tambah sakit nanti! Kau ingin dia tambah sakit hah?!" Bentak Kamei berusaha menyingkirkan tangan Yoko dari Haru yang telah lemas.
Yoko menggembungkan pipinya, berekspresi sok di depan Kamei dan Haru, "Mou~ aku kan khawatir dengan Haru. Aku juga refleks melakukannya"
Kamei memutar bola matanya bosan, malas mendengarkan ocehan Yoko yang ia anggap tak berguna.
"Ma~Ma~ kalian berdua sudah lah. Jangan bertengkar terus" Lerai Saeki yang sepertinya sudah muak dengan tingkah kedua teman kantornya itu.
"Oh ya, Haru. Ini ada titipan dari para pegawai" Saeki menyerahkan satu buah kotak besar ke hadapan Haru yang tentu saja langsung diterima dengan senang hati oleh Haru.
"Terima kasih Saeki!!" Dengan senyum lebar dia membuka kotak tersebut tanpa tahu ekspresi misterius kawan-kawannya.
"YAK!!! APA-APAAN INI?!!" Mata Haru melotot terkejut, dia mendorong menjauh kotak tersebut dari dirinya.
Sementara ke empat kawannya itu hanya tertawa melihat ekspresinya. Seolah tak merasa bersalah sedikitpun.
"Ahahaha itu hadiah dari kami Haru. Kau harus memakainya saat malam pertamamu dengan Daisuke-san!" Tawa Yoko semakin keras kalau melihat wajah merenggut Haru yang semakin terlihat jelas.
"Haahaha itu bagus senpai" Tambah Hoshino masih dengan sisa tawanya. Dia bahkan sampai menegang perutnya yang kram karena tertawa.
Haru berdecih tak suka di atas ranjang, dia benar-benar akan menjitak satu persatu kepala kawan-kawan itu jika dia sudah sehat nanti.
Kalian ingin tahu apa yang di berikan mereka? Itu adalah sebuah custome barista yang sangat vulgar. Baju itu hanya bisa menutupi dadanya sementara perut ratanya terekspos dengan jelas lalu celana satu perempatan pahanya yang menunjukkan paha putih mulusnya dengan tambahan ekor putih kelinci di belakang dan sebuah bando telinga kelinci panjang.
Sungguh, teman-temannya ini sepertinya harus diberi akhlak agar mereka tak sembarangan memberinya baju.
"Shitsureishimasu~"
Perhatian mereka semua teralihkan ke pintu, disana ada sosok wanita berambut cokelat terang dengan dua pemuda yang ada di belakangnya.
"Kamar Katou Haru kah?" Tanya wanita itu seraya memasuki kamar tersebut. Hoshino yang kebetulan dekat dengan pintu mengangguk.
"Siapa?" Tanya Haru penasaran.
Tak lama sosok tersebut muncul di hadapan Haru bersama dua pemuda cokelat dan biru.
"Eh? Okaa-chan? Mahiru? Kuro? Kalian kesini juga?" Tanya Haru terkejut. Dia menatap wanita yang merupakan ibunya itu yang sedang tersenyum lembut ke arahnya.
"Kamu baik-baik saja Haru? Ah ya kemana Kambe-san? Kenapa ia tak disini?" Tanya Katou Sakura sesaat setelah masuk.
Kamei segera memberikan ruang pada wanita tersebut agar bisa berdekatan dengan Haru yang masih tak boleh turun dari ranjang.
"Ah, Daisuke sedang ada urusan. Okaa-chan kapan sampai? Kenapa langsung ke sini?" Sakura tersenyum kecil, tangannya terangkat dan segera menarik telinga putra sulungnya itu.
"KAU INI YA!!! SUKANYA MEMBUAT KAA-CHAN JANTUNGAN SAJA! KAU KIRA PERJALANAN LONDON-TOKYO DEKAT HAH?! DASAR ANAK NAKAL!!!"
"A-ADUH DUH!! ITTAI KAA-CHAN!! HANASE!!"
"KONOGAKI!!!"
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top