Talk
Fast Enough
||Kambe Daisuke x Katou Haru||
.
.
Warning: Modern AU, Typo, BxB, Yaoi, Shounen-ai, Conflict, Hurt, Crossover.
.
.
Rate: T
.
.
Fugou Keiji Balance Unlimited by
Taku Kishimoto
'Talk'
Ponsel dalam sakunya bergetar, dengan segera pemuda itu mengambil ponselnya dan mengecek siapa yang menelponnya kala dirinya sibuk seperti ini.
Ciel Phantomhive
Ikon hijau ia geser lalu tak lama panggilan pun tersambung.
"Ya"
"Kau tahu, aku menunggu jawabanmu"
Pemuda itu memijit pelipisnya seraya menghela nafasnya. Dia yang kini masih sibuk mengurusi beberapa hal di ruang kerjanya harus di tagih jawaban oleh remaja berusia 15 tahun di seberang sana.
"Oi, kau ada disana kan?"
Dia berdehem, menandakan bahwa masih ada panggilan. Dengusan tak terima keluar dari remaja di seberang. Nampak bahwa ia tak terlalu suka dengan pemuda yang kini sibuk kembali dengan laporan di tangannya.
"Kau mau membunuhnya atau tidak? Jika tidak katakan dan akan kubiarkan mereka pergi yang akan membuat hubunganmu dengan Nii-san hancur lagi atau kau ingin membunuh mereka agar kau bisa hidup damai dengan Nii-san!"
Remaja di seberang masih berceloteh tentang banyak hal sementara pemuda di seberang hanya diam dan sesekali membubuhkan tanda tangannya di atas sebuah kertas laporan. Nampak tak terganggu sedikitpun dengan celotehan anak remaja tersebut.
"Bunuh saja"
"Eh?"
Dia menghentikan sejenak kegiatannya, pulpen yang sedari tadi digenggam kini ia letakkan di samping map terakhir laporan hari ini.
Pandangannya masih tetap datar seperti biasa, seolah hari-harinya sangat monoton dan tak ada perubahan sama sekali.
"Kubilang bunuh saja. Aku sudah lelah mendengar ocehanmu"
Dan setelah itu panggilan di tutup sepihak, dia menghela nafas. Iris biru gelap miliknya bergulir ke arah jam yang ada di atas mejanya.
Pukul 17.39.
Dia segera mematikan laptop miliknya dan memasukkannya ke tas kerja. Setelah memastikan barangnya telah dia masukkan dan kertas laporan sudah ia selesaikan semua, pemuda itu segera beranjak dari meja kerja miliknya.
Lorongnya sudah sepi, mengingat waktu pulang sudah sekitar 40 menit yang lalu, mungkin yang ada di sana hanya beberapa karyawan yang terpaksa lembur ataupun para OB/OG yang masih membersihkan ruangan.
Pintu lift terbuka, dia segera masuk ke dalam dan menekan angka paling kecil menuju basement. Tempat dimana mobilnya saat ini.
Waktu yang kadang ia rasakan lambat kali ini entah mengapa terasa lebih cepat daripada biasanya. Entah ada faktor apa, dia ingin segera pergi mengunjungi tunangan manisnya yang saat ini adalah di rumah sakit.
Mungkin, dia bisa membelikan makanan kecil untuk tunangannya sebelum ia pergi ke rumah sakit.
Membelikan bento set sehat sepertinya tidak buruk juga. Mengingat tunangannya itu masih harus di rawat dan menolak makanan rumah sakit.
Lift sudah turun ke basement, pemuda itu segera keluar dan berjalan menuju satu-satunya mobil yang terparkir disana.
Memasuki kuda besi miliknya dan segera menyalakan mesin mobil. Mulai dengan perlahan menjalankannya keluar yang akhirnya bergabung dengan mobil lain di jalanan padat kota London.
****
"Kalian tak mau pulang?" Celetukan dari pemuda bersurai abu-abu kecokelatan itu membuat perempatan siku merah imaginer nampak di dahi tiga orang yang ada disana.
"Kau mengusir kami?!" Seru Yoko tak terima dengan ekspresi garangnya. Haru memasang senyum polos dan menanggapi seadanya.
"Aku bukannya mengusir, hanya memerintahkan kalian untuk segera pergi dari ruang inap ku" Dan hal itu berhasil memancing emosi ketiganya.
Hoshino bisa saja menggeplak kepala Haru agar otak rekan kerjanya itu kembali normal namun, dia masih sayang nyawa jika tak ingat siapa tunangan rekan kerjanya ini.
Salah-salah jika ia nekad malah ia yang di tembak langsung oleh Daisuke tepat di kepala.
Ironi itu namanya.
"Ara? Kalian belum pulang?"
Mood ketiganya yang sudah turun drastis kembali turun sampai di titik terendah kala mendengar celetukan Nyonya Katou yang baru masuk ke dalam ruang inap seraya membawa beberapa kotak makanan.
Ada satu hal yang harus mereka catat di benak mereka, ibu dan anak Katou ini sama-sama suka berkata tajam walau maksud sebenarnya itu tertutupi dengan baik namun tetap saja maksud itu akan selalu terlihat.
Saeki yang tak mempermasalahkan hal kecil itu menanggapi, "Belum Katou-san, kami mau menunggu Kambe-san dan bertanya sedikit dengannya"
Mengabaikan nyawa ketiga temannya yang seolah terbang dari raga mereka, Haru menerima satu kotak makanan dari sang Ibu. Membuka penutupnya dan seketika itu sebuah senyum lebar terpatri di wajahnya.
"Beef bowl!" Serunya senang. Dengan segera mengambil sendoknya dan menyendokkan satu suapan ke mulutnya sendiri.
Tak ia pedulikan tatapan lapar kawan-kawannya yang kelaparan. Salah sendiri datang ke sini tanpa mengabari dirinya dan juga memberikan dirinya pakaian seperti itu.
Karma itu namanya!
Eh, tapi bukan Karma adik baginda Seijuurou-sama. Itu hal lain.
"Maaf ya, Obaa-san hanya membelikan untuk Haru-chan. Kukira rumah kalian ada di sekitar disini" Seolah sadar jika anaknya di jadikan obyek tatapan oleh ketiganya, Sakura membuka suaranya dengan nada menyesal.
Saeki sontak saja menyikut rusuk Hoshino yang kebetulan ada di sebelahnya. Menyadarkan pemuda itu agar tak menatap terlalu lama Haru.
"A-ah, iya tak apa Obaa-san. La-lagipula kita akan kembali setelah ini ya kan?" Hoshino mendorong tubuh Yoko yang mana menyebabkan wanita itu berbenturan dengan Kamei yang ada di sebelahnya.
"Ah iya itu benar Obaa-san. Kami akan segera memakan Haru segera" Sahut Kamei melantur dan berhasil mendapat jitakan dari Yoko.
"Apa yang kau katakan Bakamei! Kau mau mati muda oleh Kambe-san?!" Seru Yoko geram sekaligus jengkel dengan salah satu kawannya ini.
Kamei tersenyum paksa, entah kenapa ia merasakan hawa tak enak dari seseorang yang diapit oleh Yoko dan Saeki.
"Bu-bukan itu maksudku!!"
"Haru, kenapa ber-"
Sosok Daisuke masuk ke dalam dan sontak saja keributan yang terjadi tadi mendadak menghilang.
"Ka-Kambe-san?!"
Daisuke menutup pintu di belakangnya dan berjalan mendekat. Tangannya yang membawa sekantung plastik ia berikan pada Katou Sakura yang sedang memperhatikan mereka.
"Sakura-san, ini"
"Ah, Terima kasih Daisuke-kun. Tapi Okaa-san sudah makan, mungkin kau bisa memberikannya kepada teman-teman Haru-chan" Saran Sakura dengan senyum tipis.
Daisuke mengangguk lalu tanpa banyak bicara segera menyerahkan kantung plastik itu pada Kamei yang ada di belakangnya.
"Ini"
Kamei berkeringat dingin, dengan gemetar ia menerimanya. Mengingat kembali apa yang ia ucapkan membuat dirinya takut kalau-kalau Daisuke mendengarnya dan ia akan mati muda.
"Haru, aku tunggu di luar" Dan setelah itu sosok Daisuke pun kembali keluar dari ruangan membuat sebagian dari mereka menghela nafas lega.
"Nah kalian sudah dapat makanan jadi makan lah" Seolah tak mempermasalahkan hal tadi, Haru kembali menyuapkan makanannya dan memperdulikan kawannya yang pucat pasi di dekatnya.
****
"Rekan kerjamu?"
Malam sudah larut dan baru satu jam yang lalu semua yang menjenguk Haru kembali. Awalnya Daisuke menawarkan untuk tinggal di rumahnya saja mereka semua menolak dan memilih untuk bermalam di sebuah hotel. Daisuke menghargai pendapat mereka, namun dia menyuruh mereka menuju salah satu hotel miliknya dan mengatakan jika itu semua gratis.
Walaupun pada awalnya mereka menolak tapi karena paksaan dari Daisuke akhirnya mereka menyetujuinya.
"Yaah"
Pelukan mereka semakin mengerat, Daisuke diam-diam menyusupkan kepalanya ke ceruk leher pemuda Katou. Menghirup dalam diam aroma yang sudah membuatnya candu tersebut.
"Apa yang kalian bicarakan" Daisuke kembali bertanya, tangannya yang melingkar di pinggang ramping itu sesekali mengelus perut rata tunangannya membuat Haru terkekeh kecil.
"Mereka membahas tentang berbagai hal. Mulai dari kenapa aku ke sini sampai mereka yang terus-terusan mengeluh tentang sepinya kantor karena tak ada aku" Jawab Haru masih dengan sisa tawa tadi.
Daisuke bergumam, "Hmm.."
Haru menoleh ke arah Daisuke, menatap wajah rupawan itu dalam diam. "Kenapa Okaa-chan ada disini?"
"Hm.. Aku yang menyuruhnya" Balas Daisuke masih dengan membenamkan wajahnya di ceruk leher Haru.
Haru bergidik kala merasakan nafas hangat Daisuke di lehernya namun dia tak bisa proses. Jadi ia hanya diam di dekapan prianya.
"Kenapa?"
Daisuke mengangkat wajahnya, mengarahkan wajah Haru agar bersitatap dengan wajahnya, Iris kelamnya menatap dalam Iris milik Haru lalu mengecup sejenak bibir manis tersebut.
"Untuk mempersiapkan pernikahan kita sayang" Jawab Daisuke dengan sebuah senyum seringai.
Haru memerah, dia memalingkan wajahnya enggan untuk melihat Daisuke.
"Ba-baka! Kenapa harus cepat-cepat?!" Protes Haru dengan nada gugup. Daisuke tergelak kecil kala melihat telinga dan leher tunangannya itu memerah karena malu membuatnya semakin manis saja.
Ah, Daisuke tak tahan dengan segala kemanisan yang ada di tubuh Haru. Ingin rasanya ia memakan pemuda di dekapannya. Namun masih ingat jika mereka ada di rumah sakit dan Haru yang belum pulih.
Dia membaringkan tubuhnya membuat tubuh Haru otomatis ada di atasnya. Pemuda Katou tersentak, dia menatap Daisuke yang ada di bawahnya bingung dan mencoba untuk turun.
Namun tangan Daisuke mengunci erat pinggangnya membuatnya tak bisa kabur dari dekapan sulung Kambe tersebut.
"Ini sudah malam, sebaiknya kita tidur" Kata Daisuke mengingatkan.
Haru mendengus, dia mencubit pelan pipi tunangannya itu gemas. "Maka dari itu turunkan aku"
"Tidak akan, tidur saja seperti ini. Lagipula kau ringan" Tolak Daisuke yang di akhiri dengan sebuah tawa yang keluar dari mulutnya.
Haru menggerutu, kenapa Daisuke tak melepaskannya saja. Dia ingin menolak dan tidur seperti biasa, walaupun dia laki-laki dirinya tetap saja berat.
"Bagaimana aku bisa tidur jika suara detak jantungmu itu seperti ini" Gumam Haru seraya mendekatkan telinganya ke dada kanan Daisuke.
Sebuah senyum muncul di wajah pemuda yang biasanya bersikap datar dan acuh. Satu tangannya ia gunakan untuk mengelus rambut abu-abu cokelat milik tunangannya dan sesekali memberikan ciumannya di pucuk kepala Haru.
"Itu tandanya aku benar-benar mencintaimu. Jantungku tak pernah begini sebelum bertemu denganmu. Maka percaya lah bahwa cintaku padamu ini murni dan tanpa paksaan apa pun. Aku akan tetap mencintaimu hari ini, esok, tahun depan dan selama-lamanya karena kau adalah pemegang kunci hatiku dan juga belahan jiwaku. Kau adalah tulang rusukku yang hilang di tubuhku maka dari itu aku akan melindungimu segenap hatiku. Walau itu mengorbankan diriku sendiri aku tak apa asal kau tetap mau di sisiku"
Iris keduanya saling bertemu, Daisuke menunjukkan senyum tulus miliknya untuk pertama kali di hadapan Haru yang mana malah membuat pemuda Katou itu terdiam dengan rona merah di wajahnya.
Perlahan tetesan air mata turun ke wajah Haru membuat Daisuke sontak membaringkan Haru di sebelahnya. Tangannya dengan sigap membersihkan sisa air matanya milik Haru.
"Apa aku salah bicara?" Tanya Daisuke dengan nada khawatir, tangannya tak berhenti mengusap pipi tembam itu agar air mata yang keluar berhenti.
Haru menggeleng sesaat kemudian dia mengulas sebuah senyum lebar, membuat Daisuke terpana untuk sesaat. Dia belum pernah melihat senyuman semanis milik Haru, itu sangat cantik.
"Aku bahagia Suke, terima kasih sudah mau denganku. Terima kasih, aku benar-benar bahagia" Tubuhnya ia peluk erat, mencoba meredam tangis bahagia miliknya.
Daisuke mengelus punggung kecil itu, tak bisa di pungkiri bahwa dirinya juga merasa amat bahagia karena sosok di depannya ini.
Dia berjanji akan melindungi malaikatnya sepenuh hati, tak akan ia biarkan siapa pun mengambil Haru darinya.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top