Kidnapped

Fast Enough
||Kambe Daisuke x Katou Haru||
.
.
Warning: Modern AU, Typo, BxB, Yaoi, Shounen-ai, Conflict, Hurt, Crossover.
.
.
Rate: T
.
.
Fugou Keiji Balance Unlimited by
Taku Kishimoto

'Kidnapped'

Pintu utama dibuka dengan kasar oleh sesosok makhluk yang masih belum di ketahui gendernya. Rambut cokelat panjang melambai kala dirinya berlari dengan kecepatan penuh menuju tangga ke lantai dua.

Sementara di belakangnya ada Suzue dan Mike yang berusaha mengejar langkah Hanji yang sudah terlampau jauh di depan mereka.

Keduanya memutuskan untuk menunggu di ruang tamu seraya mengatur nafas mereka yang tersenggal.

"SUZUE!!!!! KENAPA HARU TIDAK ADA DI KAMARNYA??!!!" Seruan dari Hanji barusan menganggetkan keduanya, mereka lantas berlari menuju lantai dua dimana Hanji saat ini berada.

Kamar yang seharusnya ditenpati oleh Daisuke dan Haru itu kosong, tak ada siapa pun disana. Manik milik Suzue melirik kesana kemari, menelusuri kamar luas itu.

"Tak mungkin Nii-san membawa Haru-nii ke kantor apa kita tanya saja pelayan disini?" Usul Suzue pada kedua sahabatnya itu.

Mereka mengangguk setuju, kemudian bersama-sama berjalan menuju lantai bawah untuk bertanya pada kepala pelayan apakah ia tahu dimana Haru sekarang berada.

Saat mereka berdua sampai di lantai dasar mereka segera bertanya pada beberapa pelayan apakah ada yang melihat Jason atau tidak.

"Itu dia!" Hanji segera berlari menghampiri pria 30 tahunan yang baru saja masuk dari pintu utama. Dengan kalap bertanya pada kepala pelayan keluarga Kambe tersebut.

"Jason! Apa kau tahu dimana Haru?" Tanya Hanji to the point.

Jason tersentak kecil, kepalanya tertunduk ke bawah membuat ketiga orang yang ada disana bingung sekaligus khawatir.

"Maaf, Tuan Haru diculik saat ada di tengah perjalanan ke kota. Maaf tak bisa menjaga Tuan Haru dengan baik Nona Suzue"

Semua yang ada di sana membulatkan matanya terkejut, terlebih lagi Hanji yang nampak shock di tempatnya.

"A... Pa?" Suaranya tercekat di udara, seolah tak mau keluar dari tenggorokannya.

Berbeda dengan Suzue yang mengepalkan tangannya kuat, wanita itu nampak menahan amarahnya karena mendengar kabar ini. Terlebih lagi dia juga khawatir dengan kakaknya, bagaimana reaksinya jika mengetahui bahwa--

"Suzue, kau tahu dimana Haru?" Pria dengan usia 24 tahun serta wajah datar itu masuk dengan angkuh. Tatapan tajam ia tunjukkan seperti biasa lengkap dengan wajah dinginnya.

Suzue menelan salivanya kasar, tak percaya jika Daisuke akan pulang secepat ini. Dia melirik Mike yang ada di sebelahnya, pria itu masih memainkan tabletnya kemungkinan mencari lokasi terakhir Haru.

"Kenapa kalian ada di depan pintu?" Tanya Daisuke lagi, dia menatap satu persatu orang yang ada disana.

Iris biru gelap itu menyorot ke arah sang adik dengan pandangan mengintimidasi, entah kenapa dirinya  was-was dengan apa yang akan adiknya ucapkan nanti.

"Nii-san, gomen ne Haru-nii--"

"Ketemu"

Semua orang yang ada disana menoleh ke arah Mike yang tersenyum puas pada hasil kerjanya, dia memberikan tabletnya pada Suzue memberitahu dimana lokasi terakhir Haru dan siapa yang menculiknya.

"Ini... Isezaki?"

"Shit!"

Daisuke berbalik dengan cepat, melangkah dengan tergesa menuju mobilnya berniat menyusul kekasihnya.

"Tunggu Nii-san!" Lengannya di cekal kuat oleh Suzue yang mengejarnya, berusaha menahan dirinya agar tak menaiki mobilnya.

Dia berbalik dan menepis kasar cekalan tangan Suzue, dengan emosi yang tertahan membentak adiknya.

"Haru diculik bodoh! Aku harus segera menyelamatkannya! Kenapa kau menghalangiku?! Apa kau senang jika Haru di culik hah?!"

Suzue tersentak di tempatnya, dia belum pernah melihat kakaknya semarah dan sekalap ini sebelumnya, terlebih lagi pada orang lain. Ini adalah kali pertamanya Daisuke mengkhawatirkan orang lain kecuali keluarganya -setahu Suzue-

Suzue menggeleng, dia menggenggam erat lengan baju Daisuke berusaha membicarakan ini semua dengan kepala dingin dan menyusun sebuah rencana.

"Dengarkan aku Nii-san, kita bisa menyelamatkan Haru-nii dengan sebuah rencana. Jika kita gegabah nyawa Haru-nii taruhannya, Nii-san tak mau kenapa-kenapa dengan Haru-nii kan?" Kepala bersurai hitam menggeleng kecil, sang adik yang melihatnya menyunggikan senyum kecil.

"Ayo masuk dan bicarakan ini dengan Hanji dan Mike" Ajak Suzue seraya menarik lengan Daisuke untuk kembali ke dalam Mansion.

Setidaknya untuk saat ini mereka tahu dimana Haru dan siapa penculiknya.

****

Kelopak mata yang sudah tertutup rapat perlahan terbuka, dirinya mengerjap beberapa kali agar penglihatannya fokus. Iris cokelat mentahan itu melirik kesana kemari, disekelilingnya hanya ada kegelapan yang terlihat.

Dia berusaha bangkit namun sesuatu menahan dirinya, dia juga bisa merasakan tubuh bagian atasnya diterpa angin yang masuk melewati ventilasi.

Haru menggerakan tangannya, baru lah ia sadar jika tangannya di ikat diatas kepalanya sama halnya dengan kakinya juga terikat. Bisa di bilang posisi Haru saat ini seperti huruf Y dengan kedua kaki yang membuka sementara kepala dan tangannya lurus ke atas.

"Mmpphh!!! Mmphh!!! Mmpphh!!!" Gerakannya tak beraturan, berusaha meronta-ronta agar terlepas dari tali tersebut. Namun yang terjadi malah kakinya yang lecet karena dipaksa bergerak brutal kesana kemari.

Irisnya bergerak ke sekitar, mencari apapun yang mungkin bisa membantunya. Dia mengumpat dalam hati saat mengetahui bahwa ruangan itu tak berisi apa pun, hanya pintu dan sebuah lemari di sana selain ranjang yang ia gunakan.

Nafasnya tersenggal karena terlalu banyak bergerak, dia juga melukai tubuhnya sendiri karena terus bergerak membuat semakin banyak luka yang terlihat.

Satu-satunya pintu ruangan terbuka tak lama masuk lah sosok pria dengan rambut panjang memasuki ruangan tersebut. Dia menyeringai melihat Haru yang nampak tak berdaya di atas ranjang. Ditambah keringat yang muncul dan membasahi tubuhnya sendiri.

Sebuah seringai nampak di wajah pria tadi, dia berjalan mendekat ke arah ranjang yang ditempati oleh Haru. Haru sendiri yang merasakan ada seseorang yang mendekat ke arahnya mencoba untuk menjauh, dia tahu penculiknya pasti akan melakukan hal-hal tak pantas pada dirinya, maka dari itu dia berusaha menyingkir dari tepian ranjang.

"Mmpph! Mmphh!! Mphh!!" Haru mencoba memberontak saat merasakan sentuhan di dadanya. Dia semakin beringas saat tangan itu naik ke dadanya.

Sosok yang tak lain adalah Isezaki Yuta itu menyeringai lebih lebar, dalam gelapnya ruangan ia bisa melihat puting Haru yang mulai bereaksi. Dia kembali memainkan titik itu entah hanya mengelus nya ataupun menarik-nariknya layaknya mainan.

"Mmhh!!! Mmhh!!! Mmphh!! Mmpphh!!" Kepalanya menoleh ke kanan dan kiri, berusaha keras agar suaranya tak keluar dan malah membuat masalah baru.

Walaupun putingnya di lecehkan, Haru tetap berusaha untuk memberontak dan tak mengeluarkan suaranya, dia bahkan harus mengigit kuat bibir bawahnya agar suara desahannya tak keluar begitu saja.

Yuta terkekeh pelan, jemari yang masih memilin puting merah itu kini berhenti dan menjauh dari sana. Bisa dia lihat rona merah di wajah pemuda Katou itu yang sangat terlihat jelas, dia tertawa sinis kemudian mendekatkan wajahnya ke wajah Haru.

Chup

Bibir ranum ia lumat kasar, tak memperdulikan lawannya yang terkejut dan berusaha memberontak. Lidahnya dengan kasar berusaha membuka belah bibir yang tertutup rapat tak mau terbuka.

Merasa bahwa mulut Haru tak kunjung terbuka, tangannya kembali ikut andil untuk bermain. Di tariknya kasar salah satu puting Haru membuat pemuda abu-abu itu refleks membuka mulutnya.

Air mata berkumpul di pelupuk matanya, merasa jijik dan kotor dengan tubuhnya sendiri karena tak mampu melawan bajingan tengjk yang menikmati bibirnya.

Dia menggelengkan kepalanya kanan kiri, mencoba memutus ciuman paksa tersebut.

Yuta dengan perlahan menarik kembali bibirnya, lidahnya menjilat bibir bawahnya sendiri sesaat setelah merasakan manisnya goa hangat milik pemuda Katou itu.

Diam-diam ia tertawa senang, bahwa dirinya lah yang pertama mencicipi bagaimana manisnya mulut itu. Dia mencoba membayangkan bagaimana ekspresi Kambe sialan itu saat tahu bahwa miliknya telah ia kotori.

Ah, pasti akan sangat menyenangkan melihat bagaimana wajah itu menahan amarah.

Seringainya kembali nampak, dia mengeluarkan ponselnya dan memfoto sanderaanya tersebut. Dengan segera mengirimnya pada seseorang yang ia tuju.

****

Masumi menatap datar anak sulungnya yang kini menggila di ruang tengah. Dia tak terkejut lagi sekarang setelah tahu siapa dalang dibalik semua ini, namun tetap saja dirinya merasa Ryuu sudah keterlaluan.

Dia bermain kotor dengan Isezaki, penjahat terkenal di dunia bawah yang selalu mengedarkan obat-obatan terlarang, hewan langka bahkan manusia sekalipun.

Dia tahu, si Isezaki itu pasti akan melakukan sesuatu pada calon menantunya, entah Haru akan diperjual belikan lah atau menjadikan Haru sebagai pemuas nafsu di dunia bawah.

Maka dari itu, waktu mereka untuk menyelamatkan pemuda Katou itu tak banyak. Setidaknya itu lah perkiraannya setelah dulu pernah berhubungan baik dengan Isezaki.

Anggap saja waktu mereka sampai tengah malam, dan kini pukul 21.30 yang berarti mereka masih memiliki waktu 2 jam 30 menit lagi untuk menyelamatkan Haru.

Dengan waktu sesedikit itu, ia tak cukup yakin bisa menemukan lokasi Isezaki yang sebenarnya. Satu hal yang harus ia ingat tentang Isezaki, orang itu selalu menggunakan GPS palsu untuk melarikan diri. Bahkan Mike saja tertipu, memang benar dia tadi menemukan lokasi Isezaki dan Haru di dekat Bradford namun tak lama dia berada di Cambridge.

Dan hal itu pula lah yang menyulut emosi sulung Kambe karena tak bisa menemukan lokasi pasti milik Haru.

Tapi ada satu hal yang Isezaki ketahui.

Dia salah memilih lawan.

Dia tak tahu siapa itu Kambe.

Walaupun dulu nyatanya dia dan Isezaki adalah teman dekat di SMA namun Isezaki masih lah belum mengenal dengan baik keluarga Kambe.

Sementara Daisuke mengamuk dan Suzue yang berusaha menenangkan kakaknya, dirinya hanya duduk diam seraya memperhatikan interaksi kedua saudara itu.

Dia sebenarnya juga geram dengan berita yang ia dengar ini, namun ia segera menutupinya dengan wajah datar khasnya agar tak membuat yang lain juga kalut.

Dia menghela nafas, ponsel ia keluarkan dan mengecek para bawahannya yang ia perintah untuk menjadi lokasi sebenarnya Isezaki.

Tak sengaja Iris matanya menangkap cincin yang tersemat di jarinya. Cincin pernikahannya dan mendiang istrinya dulu, ah dia jadi mengingat masa lalunya.

Tunggu dulu.

GPS-nya segera ia nyalakan lalu masuk ke salah satu sistem maps. Disana dia bisa melihat posisinya ada di dalam Mansion.

Sebuah senyum terukir di bibirnya.

Benar juga, setiap cincin milik Kambe memiliki alat pelacak tersembunyi di dalamnya. Dan jika dia tak salah mengingat, Haru selalu memakai cincin pemberian Daisuke kemana pun.

Mungkin ini bisa jadi jalan keluar mereka. Dia segera melacak cincin milik Haru, berharap cincin itu berguna disaat seperti ini.

Irisnya mengkilap saat membaca tulisan di ponselnya, dia benar-benar tak percaya. Akhirnya--

"Ketemu... "

Mereka bisa menyelamatkan Haru.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top