If Fate Already Said

Fast Enough
||Kambe Daisuke x Katou Haru||
.
.
Warning: Modern AU, Typo, BxB, Yaoi, Shounen-ai, Conflict, Hurt, Crossover.
.
.
Rate: T
.
.
Fugou Keiji Balance Unlimited by
Taku Kishimoto


'If Fate Already Said'

Ryuu membuka pintu rumahnya secara kasar yang mana membuat beberapa pelayan yang menunggu disana terkejut karena perbuatan Tuan Besar mereka. Dalam hati mereka diam-diam bertanya ada apakah dengan Tuan mereka sehingga marah besar seperti itu?

Di belakangnya ada Aoki yang mencoba memapah sang putri yang sesenggukan dengan wajah memerah. Mereka lantas ikut membantu sang Nyonya Besar mereka membawa gadis itu.

Siera segera dibawa ke kamarnya untuk beristirahat. Sementara Aoki mengikuti langkah suaminya yang terduduk di sofa ruang tengah setelah memecahkan sebuah vas bunga mahal.

Urat kemarahan namoak begitu jelas di dahi serta leher pria paruh baya itu ditambah aura kemarahan yang terasa sangat pekat dan menakutkan.

"Sayang... "Aoki mencoba menenangkan suaminya, dia mengelus lembut punggung kekar itu berharap dengan begitu emosi suaminya akan mereda.

Ryuu menarik nafas panjang, "Bajingan itu!! Bagaimana dia tahu bahwa kita akan memanfaatkan hartanya?!!!"

Dia benar-benar kesal, padahal hanya tinggal satu langkah lagi maka kekayaan keluarga Kambe akan jatuh ke tangannya dan dia bisa menghancurkan keluarga tersebut. Namun rencana yang telah ia susun secara rapi itu kini hancur berantakan membuat amarahnya baik ke ubun-ubun. Dia benar-benar geram dengan hal tersebut.

Aoki menuntunnya duduk masih dengan mengelus punggung sang suami. Pikirannya juga kalut saat ini, padahal anak gadisnya sudah sangat berharap bisa menikah dengan pria idamannya sejak dulu.

Ia menghela nafas kecil, "Lalu sekarang kita harus bagaimana?" Tanya Aoki gusar.

Ryuu meliriknya sedikit, dia kemudian menyeringai menakutkan yang membuat Aoki semakin gusar ditempatnya.

Iria merah itu diliputi kabut mengerikan, tangan pria itu mengangkat dagu sang istri dan mendekatkan wajahnya. "Bagaimana... "

Bibir merah ia kecup sekali sebelum melanjutkan ucapannya.

"Kau kujual untuk melunasi hutang?" Bisik Ryuu dengan suara berat. Hal itu sontak membuat Aoki mendorong jauh tubuh suaminya, matanya membulat tak percaya dengan apa yang baru saja diucapkan oleh suaminya tersebut.

"Apa maksud!!! Aku ini istrimu! Kenapa kau dengan mudah ingin menjajakan diriku pada orang diluaran sana?!!!" Seru Aoki marah, wajahnya memerah padam antara menahan amarah dan kesal. Iria hitamnya menatap nyalang Ryuu yang terkekeh di sebelahnya.

"Jangan berpura-pura seperti itu. Aku tahu banyak yang mengincarmu dan akan membayar berapa pun asal kau mau membuka selangkanganmu sepanjang malam" Ujar Ryuu frontal.

Aoki mengangkat tangannya dan dengan sekejap membuat cetakan merah di pipi Ryuu.

"Sialan! Aku tak semurahan itu hingga mau meniduri orang lain!!" Seru Aoki marah. Dia benar-benar tak menyangka suaminya sendiri akan berkata seperti itu pada dirinya.

Sementara Ryuu hanya diam seraya menunduk, perlahan tangannya terangkat dan mengusap pelan bekas tamparan Aoki lalu tertawa keras.

"Kau harus mau Aoki-chan~~ bukan kah dengan begitu kita bisa terlepas dari hutang kita?" Pinta Ryuu seraya mencengkeram rambut Aoki, wanita itu meringis kesakitan karena cengkeraman Ryuu yang tak main-main.

"Ti-dak!!" Keukeuh Aoki dan berusaha melepaskan cengkeraman Ryuu pada rambutnya.

Wajah yang tadi menampakkan kegilaan seketika mendatar dan dingin. Dia melepaskan rambut Aoki dan mengelusnya sejenak.

"Kalau begitu..."

Aoki mendongak mencoba menangkap ekspresi wajah Ryuu yang tiba-tiba berubah kembali. Ryuu berbalik dengan iria yang bersinar penuh kegilaan.

"Bagaimana kalau kita menculik pasangan Kambe itu dan membunuhnya? Atau mungkin menjualnya? Bukan kah itu bagus? Jika kita membunuhnya otomatis Masumi akan menimang kembali keputusannya untuk menikahkan Siera. Bagaimana?" Usulnya dengan sebuah seringai menakutkan.

Awalnya Aiko merasa ragu, mereka bahkan tak tahu siapa orang yang akan menikahi Daisuke nantinya tapi..

"Boleh juga. Lakukan lah sayang~"

Kesempatan seperti ini tak boleh di sia-siakan bukan?

****

Ponsel milik Haru berbunyi membuat sang empunya yang sedang memasak makan malam terpaksa mematikan kompornya. Ponsel yang ia letakkan di saku celana ia ambil dan melihat siapa yang menelponnya.

"Okaa-chan?" Tanpa berpikir dua kali, dia mengangkat panggilan Ibu-nya.

"Halo Kaa-chan?"

"Haru. Kapan kau pulang? Bukan kah ini sudah lewat dari jadwalmu untuk pulang ke sini?"

"Itu.. Aku sedang berada di London sekarang"

"Kau ke London? Kenapa kau tak bilang pada Kaa-chan? Apa kau di pindah tugaskan?"

"Maaf Kaa-chan, aku lupa"
Tanpa sadar bibirnya ia gigit karena berbohong pada sang Ibu. Dia tak mungkin mengatakan bahwa ia sedang di rumah tunangannya bisa-bisa Ibunya itu menyusulnya kemari.

"Jadi kapan kau bisa pulang?"

"Itu... "

Irisnya menangkap sosok Daisuke yang baru turun dari lantai atas. Dia kemudian menghampiri pria itu, bertanya kapan ia bisa pulang kembali ke Jepang.

"Suke" Panggilnya dengan suara berbisik. Daisuke menatapnya seraya mengangkat satu alisnya, membuat gestur bertanya.

"Kapan aku bisa kembali ke Jepang?" Tanya Haru masih dengan berbisik.

"Setelah pernikahan kita kau bisa pulang" Jawab Daisuke datar dengan nada suara yang agak ia naikkan. Sepertinya ia berusaha memancing emosi Haru saat ini.

"Apa mak--"

"HARU! KAU AKAN MENIKAH?!!!"

"DAISUKE, SIALAN KAU!!!"

Layar laptop kini menampilkan wajah pemuda dengan rambut cokelat susu serta iris cokelat karamel, dia menyapa Haru sejenak dengan senyumnya.

"Halo, Haru-nee"

Haru memutar bola matanya, setelah sekian lama tak berjumpa dengan tetangga sebelah rumahnya dulu kini sifat pemuda cokelat itu semakin kurang ajar padanya.

Pemuda dengan nama lengkap Shirota Mahiru itu sejak dulu selalu memanggilnya dengan suffix 'Nee' dan juga mengangap Haru adalah Ibu ketiganya setelah Ibunya sendiri dan Sakura -Ibu Haru-

"Sudah beratus-ratus kali kubilang jangan panggil aku seperti itu" Ucap Haru dengan nada datar.

Mahiru tertawa canggung lalu menepi agar Ibu Haru bisa melihat dirinya.

Sosok wanita berambut panjang berwarna cokelat terang terlihat. Irisnya yang senada dengan milik Haru memandang tajam putra semata wayangnya yang kini menunjukkan cengiran tak berdosanya di depan laptop.

"Apa maksudmu menikah hah?! Umurmu saja baru 22 tahun! Memang akan kau beri makan apa istri dan anakmu kelak?! Batu?! Daun?!"

Mahiru meringis, melihat sosok Ibu Sakura yang sedang memarahi Haru-neenya entah kenapa membuatnya prihatin sekaligus kasihan pada pemuda abu-abu itu.

Andai saja Haru-neenya mau berkencan dengan pria mapan, mungkin Ibu Sakura akan dengan mudah mengijinkan Haru-neenya menikah.

"Cukup Kaa-chan! Aku memang masih 22 tahun tapi aku sudah bisa membeli makanan kok!" Bantah Haru  seraya membusungkan dadanya bangga.

Sakura mendengus kecil, "Makananmu itu makanan beku dan juga mi cup. Itu saja di akhir bulan masih meminta pada Kaa-chan"

Haru menghembuskan nafas, berusaha tenang. Ibunya ini baru saja membongkar aibnya di hadapan Daisuke dan lihat lah! Pria itu kini sedang berusaha menahan tawanya membuat Haru sendiri geram dan ingin sekali melepar sandal rumah ke atas kepala Daisuke.

"Dan lagi kau itu tak pantas di atas jadi lupakan saja pernikahanmu itu dan cepat pulang ke Jepang. Akan Kaa-chan carikan laki-laki mapan agar kau hidup enak" Perkataan Ibunya tadi sontak membuat Haru melebarkan matanya tak percaya. Dia kemudian menatap Daisuke yang kini sudah biasa sedang menatapnya juga.

"Aku tak mau Kaa-chan!!"

Sakura mendelik marah, "Apa maksudmu tak mau?! Bukannya kau dulu selalu merengek ingin menikah dengan seseorang yang sering kau sebut 'Cuke-nii, Cuke-nii' itu? Kau bahkan bilang ingin terus menunggu 'Cuke-nii'mu itu kan?!"

Haru memerah sementara Daisuke nampak terdiam di tempatnya. Dia seperti pernah ah bukan maksudnya pernah mendengar panggilan itu saat dirinya masih kecil.

Ah, ia ingat sekarang.

Saat kecelakaan Ibunya, seorang bocah menangis di jalanan. Dia kemudian memeluk dirinya dan terus bergumam 'Nii'.

Lalu ditaman sebuah rumah sakit, dia dan bocah itu selalu bermain bersama seraya menghabiskan waktu sepanjang hari.

Ya, Daisuke ingat sekarang.

Bocah lugu nan polos bersurai abu-abu dan cokelat mentahan mirip dan hyperactive. Dia selalu mengajak Daisuke kemana-mana menyusuri setiap lorong rumah sakit.

Iria biru gelapnya kini bergulir menatap Haru yang masih setia menatap dirinya. Dapat dia lihat, bjnar kerinduan dari sepasang cokelat mentahan tersebut untuk dirinya.

Sepertinya Haru juga sudah mengingat semuanya. Dia tersenyum tulus seraya merentangkan tangannya.

"Haru"

"Cu-Cuke-nii??"

Tanpa aba-aba Haru bangkit dan menerjang Daisuke yang ada di belakang laptop. Memeluk orang yang selama ini ia cari sejak kecil, menangis bak anak kecil yang baru terlahir di dunia ini.

"Aku.. Tak. . Percaya" Ucap Haru disela tangisnya, dia mengangkat wajahnya dan mendapati wajah Daisuke yang menatap lembut dirinya. Mencoba menggali kembali ingatannya tentang Cuke-niinya dulu.

"Jika sudah takdir mau bagaimana lagi? Aku benar-benar bahagia bisa bertemu lagi denganmu Haru" Wajahnya kembali ia benamkan ke bahu Haru, menhirup kecil aroma pasangannya.

"Penantianku tak sia-sia"

"Ya"

"Kepercayaanku tak sia-sia"

"Ya"

"Keinginanku tak sia-sia"

"Ya, Haru"

"Cintaku tak sia-sia Daisuke"

"Aku tahu. Kita bertemu kembali saja sudah membuatku senang"

"Aku mencintaimu Suke"

"Aku lebih mencintaimu Haru"

Keduanya saling menatap, menyelami iris pasangan mereka. Mencari sebuah kepingan memori yang sangat berharga bagi mereka berdua.

Kenangan itu mengalir di kepala mereka tanpa bisa ditahan, mengingatkan kembali pada keduanya tentang masa kecil mereka yang telah bersama. Di mulai dari pertemuan tak di duga mereka sampai perpisahan mereka.

Keduanya tersenyum bahagia. Haru membawa Daisuke kembali ke laptop, sambungan dengan Ibunya masih tersambung dan Ibunya langsung membelalak terkejut siapa yang digandeng oleh Haru.

"Kaa-chan, dia Kambe Daisuke. Orang yang kumaksud dulu dan juga calon suamiku" Tutur Haru dengan wajah memerah. Daisuke yang ada di sebelahnya memberikan senyum tipis seraya menunduk sedikit.

"Senang bertemu dengan Anda, Nyonya Katou"

Sakura terdiam, begitu pula Mahiru yang menatap tak percaya ke arah pasangan DaiHaru tersebut.

Hal itu entah mengapa membuat Haru cemas, dia takut Ibunya tak akan merestui mereka berdua karena sesama jenis.

Lama mereka menunggu dan akhirnya Sakura angkat suara.

"Ka-kau Kambe Daisuke?! Keluarga yang sangat sukses itu?!!"

Daisuke mengangguk kalem dan tak lama suara melengking Sakura terdengar dari sambungan membuat Haru tersentak kaget dan segera melihat ke layar.

"Ada apa Kaa-chan?!"

"Aku merestui kalian! Kalian harus cepat-cepat menikah dan memberikanku seorang cucu!! Astaga!!! Aku tak percaya anakku akan menikah dengan seorang miliyoner!!!" Girang Sakura dengan efek berbunga-bunga.

Dia benar-benar tak menyangka Haru kecilnya sangat pintar dalam menjerat seseorang dalam pesona kucing bar-barnya.

Jadi sekarang dia tak perlu takut lagi, anaknya tak akan kekurangan apapun karena semua sudah ia terima dari Daisuke, tapi walau begitu dia tetap harus mengajarkan pada anaknya itu bagaimana caranya menjadi seorang istri yang baik.

Walau bagaimanapun, kemampuan Haru memasak itu nol besar dalam penglihatannya.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top