I See You!

Fast Enough
||Kambe Daisuke x Katou Haru||
.
.
Warning: Modern AU, Typo, BxB, Yaoi, shounen-ai.
.
.
Rate: T
.
.
Fugou Keiji Balance Unlimited by
Taku Kishimoto

'I See You!'

"Oy Haru"

Pemuda dengan surai abu-abu menoleh ke asal suara, disana dia melihat salah satu sahabatnya sedang berlari kearahnya. Langkah yang semula ingin masuk ke lift ia tahan sehingga dia kini berada di depan lift.

Shinnosuke Kamei akhirnya sampai di sebelah sahabat abu-abunya, jemarinya segera menekan tombol naik.

"Ada apa Kamei?" Tanya Katou Haru di sebelah sahabatnya.

"Kau bilang kekasihmu akan pulang bulan ini kan?" Pintu lift terbuka dan dengan begitu keduanya pun masuk ke dalam lift yang kebetulan kosong.

"Aku tak peduli, entah dia akan pulang sekarang lah, lusa kah, minggu depan lah. Aku tak peduli lagi" Ujarnya kasar.

Haru memandang tak berminat ke arah Kamei, tanpa sadar jempol tangannya mengusap cincin yang tersemat di jari manisnya.

"Kau masih marah padanya?" Entah hanya penasaran atau memang jiwa gosipnya kambuh, Kamei malah memancing Haru tentang kekasihnya tersebut.

"Tck, sudah kubilang aku tak peduli padanya Kamei! Dan berhenti mengungkit masa lalu!" Ketus Haru seraya melangkah keluar lift.

Kamei menatap kepergian sahabat abu-abunya itu dalam diam, sebuah senyum tipis muncul di bibirnya kala melihat tingkah tsundere sahabatnya.

Katou Haru, pemuda manis yang saat ini berusia dua puluh dua tahun. Bekerja di sebuah perusahaan yang bergerak di bidang property. Tiga tahun lalu telah di patenkan menjadi milik Kambe Daisuke seorang.

Pemuda yang sangat keras kepala dan temperamen itu kini sedang berkutat dengan laporan keuangan yang harus ia serahkan pada atasnya satu jam lagi.

Keningnya berkerut serta mata yang terus memperhatikan layar monitor tanpa lelah. Jemari lincahnya terus-menerus berdansa di atas papan keyboard dengan cepat.

Dia bahkan tak sadar jika ada seseorang yang terus-terusan menatap intens dirinya dari samping kubikalnya.

Iris dengan warna hitam kebiruan bak samudera terdalam itu terus memperhatikan setiap inchi pahatan indah di hadapannya. Bibirnya tak lelah menyunggingkan senyum tipis kala Haru berdecih karena salah mengetik laporan.

Pemuda bersurai hitam itu bahkan tak peduli dengan beberapa bisik-bisik yang terdengar di ruangan tersebut tentang dirinya yang datang secara tak diundang dan langsung duduk di kubikal milik Mahoro Saeki membuat pemilik aslinya harus berpindah ke kubikal milik Katsuhiro Takei yang kebetulan ijin sakit.

"Hey, bukannya itu Kambe Daisuke ya?  Keluarga yang sangat kaya itu!"

"Apa ada suatu hubungan antara mereka berdua ya?"

"Bukannya dua tahun lalu ada berita tentang dirinya yang mengambil alih perusahaan di Inggris? Kenapa dia kembali ke Jepang?"

"Psst, seseorang beritahu Haru-chan jika ada yang memperhatikannya"

Bisik-bisik itu kian terdengar semakin keras namun tetap saja Daisuke hanya diam dan terus memperhatikan wajah Haru yang masih fokus pada layar komputer.

"Apa sebegitu menariknya kah laporan itu sehingga kekasihmu kau abaikan? Katou Haru?"

Tubuh Haru tersentak di tempat, secara tiba-tiba tangannya berhenti bergerak dan matanya melebar tak percaya.

"Kekasihnya?!!!"

"Yang benar saja?!! Jadi itu alasan kenapa Katou-san tak pernah mendekati gadis?!!!"

Haru menoleh ke arah kiri tempat dimana Saeki seharusnya berada. Namun kini kubikal itu malah di isi oleh seseorang yang membuat perasaan Haru campur aduk.

"Da-Daisuke?!"

Daisuke menutup matanya seraya terkekeh kecil, tak lama kelopak mata putih kembali terbuka dan menampakkan Iris hitam kebiruan miliknya.

"Tentu, siapa lagi jika bukan aku?" Daisuke berdiri dan mendekat ke arah Haru membuat pemuda bermarga Katou itu menahan nafasnya tanpa sadar.

Tubuh Daisuke condong ke depan membuat dirinya pun ikut condong ke arah belakang guna menghindari tatapan mata tajam milik Daisuke.

"Lama tak bertemu Haru-chan"

PPLLAKK

****

"Seharusnya kau tak menamparnya Haru" Ujar Mita jengkel pada Haru yang terus-terusan bergumam tak jelas di wastafel

Mereka saat ini sedang berada di toilet kantor. Sesaat setelah Haru yang tiba-tiba menampar Daisuke, dia kemudian berlari keluar ruangan di ikuti oleh Mita dan pergi menuju toilet.

Haru membasuh wajahnya kembali, berusaha menghilangkan bekas kenangan buruk tadi. Dia benar-benar refleks tadi, mungkin karena mereka sudah terlalu lama tak bertemu dan kini bertemu lagi?

Haru memandang pantulan wajahnya yang pucat, masih tergambar dengan jelas di ingatannya saat ia melihat Daisuke pergi begitu saja ke bandara tanpa memberikan kabar padanya.

Ia pikir, Daisuke sudah tak mencintainya.

Daisuke sudah muak padanya.

Daisuke sudah benci padanya.

Daisuke...

"O-oy!! Haru!!!" Mita terkejut kala menyadari tubuh Haru mulai terkulai lemas, pemuda itu dengan panik mencoba membopong tubuh Haru yang sudah tak sadarkan diri.

Pintu toilet di buka dan masuk lah sosok Daisuke, lengkap dengan bekas merah di pipi kanannya. Tatapannya nampak terkejut kala melihat Mita yang membopong tubuh tak berdaya Haru.

"Ka-Kambe-san! Tolong! Haru secara tiba-tiba pingsan! Aku tak tahu apa penyebabnya" Pinta Mita khawatir.

Tanpa banyak bicara Daisuke segera menggendong tubuh Haru secara bridal style dan kemudian berlari menyusuri lorong untuk mencapai lift.

"Haru, bertahanlah" Bisiknya penuh harap saat sudah memasuki lift. Jantungnya bertalu cepat saat melihat kondisi kekasihnya.

Walau tadi Haru sempat menamparnya namun ia tak memperdulikan hal itu, dia hanya ingin Harunya ini sadar dan akhirnya ia bisa mengatakan yang sebenarnya.

****

Kelopak matanya terbuka perlahan, menampakkan iris cokelat mentahan indah miliknya, yang pertama ia lihat hanyalah warna putih.

Mata mengerjab perlahan, mencoba memfokuskan penglihatannya. Aroma obat-obatan dengan segera menusuk indra penciuman miliknya. Hanya dengan itu dia sudah mengetahui bahwa dirinya ada di salah satu kamar rumah sakit.

Tatapannya menyendu untuk sejenak, ruangan yang temaram itu sungguh sunyi. Hanya ada suara dari pendingin ruangan serta jam yang berdetak yang menjadi harmoni dalam ruangan tersebut.

"Daisuke... "

Bibirnya digigit kuat. Mencoba menahan gejolak rasa yang timbul kala menyebut nama terkasih.

Ia masih belum percaya dengan penglihatannya sendiri saat itu.

Batinnya bertanya apakah itu memang Daisuke nya atau hanya ilusi semata?

Rasa sakit itu kian merajam setelah ia mengingat bagaimana perpisahan mereka dua tahun lalu.

"Da-isuke... "

Lelehan air matanya keluar tanpa bisa ia cegah, sungguh sakit rasanya membuatnya ingin mengulang masa lalu akan tak pernah bertemu dengan orang tersebut.

Rasanya sangat sakit bercampur sesak.

Rasa sesak kala mengingat Daisuke hanya menatap datar dirinya seolah tak pernah mengenalnya saat di bandara.

"Kambe sialan!" Makinya dalam hati dengan air mata yang terus-menerus keluar.

Jika ia tahu sakit hati akan seperti ini sakitnya, maka ia lebih memilih tak pernah jatuh cinta. Dia tak sanggup menahan sakit yang terus-menerus mendera dirinya kala mengingat pemuda dengan marga Kambe tersebut.

Ssreet

Pintu ruangannya tergeser, lalu tak lama masuk sesosok pemuda. Rupanya tertutupi bayangannya sendiri.

Haru yang mengetahui hal itu melirik sekilas, berpikir bahwa itu adalah Kamei atau Mita.

"Kau sudah sadar?"

Tubuh Haru menegang.

Ia kenal suara itu.

Suara yang sudah sejak dua tahun lamanya tak ia dengar.

Dalam temaram ruangan itu, sekilas ia bisa melihat iris hitam kebiruan yang menyala karena terkena sinar bulan.

Jendela yang terbuka membuat udara malam masuk, membuat gorden melayang dan menerangi sebagian kamar inap tersebut.

Sosok Daisuke perlahan terlihat kala dirinya tersiram oleh sinar bulan yang bersinar terang. Membuat dirinya nampak lebih tampan daripada biasanya.

Haru membulatkan matanya terkejut, tak menyangka sosok yang meninggalkannya dulu kini berdiri di hadapannya dengan sebuah senyum yang selalu ia rindukan.

"Da-i-.. su.. ke?" Panggilnya terbata serta terkejut.

Daisuke mendekat dan duduk di sebelah kanan Haru, tatapan melembut dan nampak begitu banyak cinta dalam mata hitam kebiruan tersebut.

Tangannya mengenggam tangan mungil milik Haru yang tak terinfus. Membawa tangan itu ke pipi kirinya seolah Haru lah yang membelai wajahnya.

"Aku merindukanmu" Ujar Daisuke jujur, bibirnya sesekali memberikan kecupan ringan pada tangan Haru yang masih ada di wajah kirinya.

"Bo-hong... " Mata Haru memanas, seperti akan ada yang tumpah kembali dari matanya.

Daisuke dengan tenang mengusap lelehan air mata yang turun, membersihkan wajah kekasihnya dari air asin yang ia hasilnya.

"Sst.. Berhenti lah menangis" Daisuke bangkit dari duduknya dengan perlahan berbaring bersama dengan pemuda abu-abu tersebut.

"D-Dai... "

"Tidur lah"

Tangannya terjulur merengkuh tubuh Haru, membenamkan wajah Haru ke dadanya dengan tangan yang mengelus dengan lembut punggung Haru.

Rasa kantuk menyelimuti keduanya, yang pertama jatuh tertidur adalah Haru. Ia nampak damai tertidur di pelukan Daisuke, ditambah satu tangannya yang mencengkram erat jas hitam Daisuke hingga kusut. Seperti takut kehilangan Daisuke jika ia melepaskan cengkraman tersebut.

Daisuke yang melihat wajah tidur kekasihnya menunjukkan senyum. Dia mengukir jejak di sekitaran wajah polos Haru, menikmati setiap inchi kulit yang halus.

Mengecup sejenak kening Haru, ia pun ikut terlelap di sebelah pemuda tersebut. Tangannya memeluk posesif pinggang ramping Haru sementara lengannya ia gunakan sebagai bantal tidur Haru.

Keduanya terlelap.

Nyaman dan pulas.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top