I Lost You!
Fast Enough
||Kambe Daisuke x Katou Haru||
.
.
Warning: Modern AU, Typo, BxB, Yaoi, shounen-ai.
.
.
Rate: T
.
.
Fugou Keiji Balance Unlimited by
Taku Kishimoto
I Lost You!
Ddrrtt... Ddrrtt
Ponsel touchscreen hitam milik Daisuke bergetar, Haru menoleh ke tempat Daisuke lalui tadi. Masih belum ada tanda-tanda untuk kembali sementara ponselnya sudah berdering sesaat setelah Daisuke pergi.
Layar ponsel itu menunjukkan keterangan 'Pribadi' jadi Haru agak segan untuk mengangkatnya. Bisa saja itu keluarga Daisuke ataupun client penting yang ingin berbicara dengan Daisuke.
Tapi jika di biarkan terus-terusan, Haru juga jengkel juga. Mau mengangkat tapi bukan haknya sementara jika tak di angkat ponsel itu akan terus-terusan bergetar tanpa henti.
"Tsk, sudah lah aku angkat saja. Bilang saja jika Suke sedang ke toilet" Gumamnya lantas mengambil ponsel milik Daisuke yang ada di seberang.
Jarinya segera menggeser icon hijau guna menerima panggilan. Dengan segera mengarahkan ponsel itu ke telinganya.
"Ha-
"Aku merindukanmu"
DEG
Nafas Haru tertahan di kerongkongan, tak percaya dengan yang ia dengar. Iris cokelat mentahan miliknya melebar, tanpa sadar genggamannya pada ponsel tersebut mengerat.
"Kapan kau kembali? Aku kangen lho. Anak-anak sepertinya juga begitu. Ah, Ryuu selalu bertanya kemana dirimu"
Anak?
Jadi... Selama ini.. ?
Ponsel ia matikan sepihak, air mata tanpa permisi telah mengalir di pipinya. Isakan-isakan kecil keluar mulai keluar dari bibir merah cherry tersebut.
Tak percaya dengan apa yang ia dengar.
Daisuke..
Daisuke nya telah menikah?
Tapi kenapa... ?
Mereka berdua bertunangan tapi kenapa Daisuke malah menikah? Bahkan sudah memiliki anak!
Haru membekap mulutnya, menahan isakan lainnya yang akan terdengar lebih keras dari sebelumnya.
Rasa itu datang kembali.
Rasa saat Daisuke meninggalkannya sendiri di Jepang tanpa kabar.
Sakit, Perih, Nyeri.
Hatinya serasa dihancurkan begitu saja. Hancur berkeping-keping dan tak tersisa sedikit pun.
Serasa di hempaskan dari langit ke tujuh dengan begitu kejamnya.
Kenapa?
Kenapa Daisuke tak memberitahunya?
Kenapa Daisuke menerbangkannya ke langit membuat perasaan yang ia kira akan hilang itu tumbuh kembali lalu menghempaskan nya dengan keras ke bawah?
Sakit.
Sangat sakit.
Bahkan untuk bernafas pun ia kesusahan, serasa ada batu besar yang menghimpit dadanya membuat rasa sesak bercampur sedih.
"Haru. Haru... Hey ada apa? Ada apa denganmu sayang?"
Suara Daisuke menyadarkannya.
Kepalanya di dongak kan oleh Daisuke, dapat ia lihat wajah khawatir kekasihnya itu. Iris biru gelapnya menyiratkan kekhawatiran yang sangat ketara.
Air matanya kembali menetes kali ini semakin banyak, di dalam kepalanya selalu terngiang-ngiang ucapan wanita tadi.
Kenyataan pahit yang harus ia telan sendiri.
Tangannya menepis tangan Daisuke dan mendorongnya mundur. Kepalanya tertunduk menyembunyikan ekspresi kesakitan yang sangat ketara di wajahnya.
Gigi bergemelutuk kesal, tangan ia angkat dan segera memberikan sebuah tamparan di salah satu sisi wajah Daisuke.
"Kambe brengsek! Aku membencimu!"
Dengan segera pergi dari sana, tak ia perdulikan beberapa pengunjung yang menatap heran mereka berdua. Persetan dengan itu semua!
Hatinya jauh lebih sakit saat menyadari Daisuke tak mengejarnya sama sekali. Hanya diam disana seraya memandang kosong ke arah meja mereka.
"Arghh!!!! Kambe brengsek! Sialan! Orang kaya bedebah!" Rutuknya dalam hati.
****
Pintu ia buka dengan kasar, tak peduli apakah pintu tersebut akan rusak kedepannya. Dia hanya ingin melampiaskan emosinya yang sedang tercampur-campur sekarang.
Tanpa melepas sepatu dan jasnya, Haru segera merebahkan tubuhnya ke ranjangnya. Terkelungkup dengan wajah membenam ke bantal. Air matanya masih setia mengalir seolah tak mau berhenti sama sekali.
Sesekali tangannya akan mencengkeram ujung bantal kala kenangan manis yang ia lakukan bersama Daisuke muncul di ingatannya.
Nafasnya tersenggal karena terlalu banyak menangis membuatnya sesak di dada.
"Kuso, kuso, Suke sialan! Suke brengsek! Kau tak tahu kah bagaimana sakitnya aku?!! Apa gunanya kau bertunangan denganku sementara kau sudah memiliki istri! Suke sialan! Aku membencimu Suke!" Racaunya seraya memukul-mukul kasur.
Menumpahkan segala sakit hatinya pada benda mati tersebut. Jika ia tahu akhir hubungannya dengan Daisuke seperti ini mungkin ia akan berharap ia dan Daisuke tak akan pernah bertemu.
"Kalau kau membenciku, kenapa kau masih memanggilku?" Tubuhnya kaku.
Dia merasakan seseorang nya memeluknya dari belakang. Tangan besar itu terkunci di pinggangnya membuatnya tak bisa bergerak sama sekali.
Lalu wajah yang terbenam di bahunya serta aroma mint khas Daisuke.
Rengkuhan Daisuke semakin mengerat kala merasakan Haru menggeliat disana. Wajahnya semakin tenggelam di ceruk leher pemuda Katou seraya menghirup dalam aroma vanilla yang ada.
Terlalu memabukkan.
Dan... Membuat candu untuk Daisuke.
"Maaf" Bisik Daisuke tepat di telinga Haru.
Tanpa sadar pemuda abu-abu itu mengigit bibir bawahnya, perlakuan Daisuke semakin membuatnya sakit.
Dia ingin menjerit, berteriak ke Daisuke berapa sakitnya hatinya saat ini saat pemuda Kambe itu masih ada di belakangnya. Tapi ada daya, dia hanya bisa diam dan tak bersuara sedikit pun, seolah membiarkan Daisuke tetap seperti itu.
Hati dan pikirannya tak sinkron
Hatinya mengatakan membiarkan Daisuke tetap seperti itu
Sementara pikirannya menyuruhnya untuk mendorong Daisuke pergi darinya.
"Jangan pikirkan apa pun, tidurlah" Suara yang biasanya datar nan angkuh kini terdengar lembut dan sayup.
Membuatnya terlena hingga melepas pertahanan terakhirnya, tubuh yang sejak tadi menegang kaku perlahan mulai rileks. Punggungnya ia sadarkan sepenuhnya ke dada Daisukenya.
Kepalanya tetap menunduk meskipun berbantal lengan Daisuke. Kelopak matanya memberat tanpa ia ketahui alasannya. Perlahan tapi pasti matanya terpejam sepenuhnya, mulai menuju ke alam mimpi yang indah dengan harapan bisa menemukan sebuah ketenangan disana.
Daisuke memperhatikan wajah tidur Haru, begitu damai dan lelap. Ekspresi polosnya membuatnya bak bayi yang baru terlahir di dunia. Seolah tak memiliki beban apa pun serta tanpa dosa apapun.
Dengan perlahan, dibaliknya tubuh kekasihnya tersebut. Sangat perlahan seolah jika ia kasar sedikit saja, Haru akan terbangun.
Kepala bermahkota abu-abu itu ia letakkan di dadanya, membiarkan Haru merasakan detakan jantungnya jika di dekatnya. Tangannya merengkuh pinggang ramping Haru, membawanya lebih dekat ke arahnya. Wajahnya ia tumpukan ke surai pemuda Katou, perlahan menyesap aroma yang menguar dari surai tersebut.
****
Matahari mulai condong ke arah barat, hawa panasnya pun sedikit demi sedikit mulai menghangat. Bias warna jingga dan oren mulai nampak di ufuk barat membuat warna langit nampak begitu indah dan menganggumkan.
Semilir angin sore berhembus memasuki sebuah jendela yang sengaja buka membuat hawa sejuk dalam ruangan tersebut.
Di atas ranjang yang ada diruangan tersebut nampak dua pemuda yang terlelap dengan posisi saling memeluk satu sama lain. Mereka nampak nyaman dengan posisi mereka bahkan salah satu dari mereka membuka mulutnya kecil karena terlalu pulas. Entah apa yang ia mimpikan sehingga seperti itu.
Sementara pemuda yang satu lagi nampak tenang dengan memeluk yang lebih kecil, wajah tampan yang tertutupi sebagian rambut hitamnya menambah aura ketampanannya. Bibirnya mengatup rapat dengan eskrepsi datar namun jika di lihat lebih teliti, bibir itu mengulas sebuah senyum yang amat samar. Hampir tak terlihat.
Kelopak mata salah satu dari mereka mulai bergerak kecil, tak lama kelopak tersebut mengerjap dan akhirnya terbuka, menunjukkan Iris cokelat mentahannya.
Beberapa saat kemudian, penglihatannya sudah mulai fokus. Yang pertama kali ia lihat ada leher berwarna putih pucat dengan kemeja abu-abu serta aroma manly.
Merasa heran, Haru pun mencoba mendongakkan kepalanya sehingga bisa melihat siapa orang yang mendekapnya saat ini.
Irisnya seketika membola tak percaya, di hadapannya kini Daisuke sedang tertidur dengan wajah yang sangat damai. Bahkan Haru yang tadi hendak berteriak terkejut harus membungkam mulutnya saat melihat wajah pria tersebut.
Wajah rupawan itu begitu dekat dengannya hingga Haru bisa merasakan nafas hangat Daisuke berhembus di wajahnya.
Tanpa sadar tangannya terangkat, dengan sangat perlahan dan lembut mengusap pipi Daisuke yang tadi sempat ia tampar, terlihat bekas cap tangannya sendiri di pipi putih itu walaupun samar. Pikirannya kembali berkecamuk tentang pembicaraan di telpon tadi.
Dia merasa sangat bersalah sekaligus di khianati oleh sosok yang ia cintai. Tapi kenapa Daisuke tak marah? Kenapa dia malah tidur disini bersama dirinya?
Tangan yang tadi berada di pipi kini turun mengelus rahang tegas milik sang kekasih. Mengelus dengan lembut, takut pemilik Iris biru lautan itu akan bangun.
"Kau sudah bangun?" Tanya Daisuke tanpa membuka matanya, suara serak khas orang bangun tidur entah mengapa terdengar begitu sexy di telinga Haru.
Wajah itu dengan perlahan memerah, tangannya sontak ia tarik kembali dan menunduk, "I-iya"
Daisuke mengambil posisi duduk, sedikit menguap karena masih mengantuk. Matanya melirik ke arah jam digital yang ada di nakas yang telah menunjukkan pukul 18.00. Sudah cukup lama mereka berdua tertidur.
"Tak mandi?" Tanya Daisuke mengacak sejenak rambut abu kecokelatan tersebut pelan.
"A-ah iya"
Haru buru-buru bangkit dari posisi tidurnya, ia dengan segera mengambil handuk miliknya dan beberapa helai baju ganti.
Namun saat sampai di depan pintu, pemuda itu kembali menghentikan langkahnya. Dengan wajah memerah padam, dia menoleh ke belakang seraya menunduk serta sesekali melirik ke arah Daisuke.
"Ma-mau mandi.... Bersama?"
****
Daisuke mendesah kecil seraya mendudukkan dirinya ke kasur Haru, satu tangan ia gunakan untuk menggosok rambut hitamnya yang masih basah setelah keramas tadi.
Ia terpaksa keluar terlebih dahulu karena Haru masih ingin berganti di dalam, dia tak mau Daisuke melihatnya.
Padahal Daisuke sudah memandang setiap inchi tubuh Haru saat mereka mandi tadi. Lantas kenapa kekasihnya masih malu?
Ceklek
Pintu kamar mandi terbuka dan menampakkan Haru yang sudah berpakaian rapi dengan beberapa gigitan serta cupang yang menghiasi lehernya.
Daisuke diam-diam menyeringai, melihat hasil kerjanya yang cukup memuaskan. Di ingatannya masih terngiang betapa lembutnya kulit putih susu itu saat ia menghisap nya dan mengigit kecil disana.
Aah... Memikirkannya saja sudah membuat sesuatu di bawah sana terangsang.
"Su-Suke"
Daisuke mengerjap, tanpa ia sadari ia tengah melamun sejak tadi seraya memandang intens cupang milik Haru.
Dia jadi merasa telah di ciduk terang-terangan, "Hn?"
Jemari lentik menunjuk ke arah rambut sehitam arangnya, matanya melotot menggemaskan. "Rambutmu masih basah"
Daisuke ber'oh' sejenak sebelum menggosok kembali rambutnya. Namun sebuah tangan menghentikan gerakannya, dia mengambil alih handuk miliknya dan mengusap dengan lembut rambut di kepalanya.
"Akan kubantu" Haru mulai menggosoknya dengan lembut membuat Daisuke nyaman dengan perlakuan pemuda Katou tersebut, tangannya perlahan merengkuh pinggang ramping di hadapannya. Wajah ia benamkan kembali ke dada uke-nya seraya mengendus aroma Haru yang telah membuatnya candu.
"Su-Suke..?"
"Tetap seperti ini"
Degupan jantung Haru terdengar begitu kencang dwajahnya membuat Daisuke tak berhenti tersenyum dalam dada Haru.
Rasanya nyaman dan hangat.
Seolah ia kembali ke pelukan sang Ibunda yang telah tenang di surga.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top