I Get You! Pt.2

Fast Enough
||Kambe Daisuke x Katou Haru||
.
.
Warning: Modern AU, Typo, BxB, Yaoi, shounen-ai, FLASHBACK.
.
.
Rate: T
.
.
Fugou Keiji Balance Unlimited by
Taku Kishimoto


'I Get You! Pt.2'

Perjalanan Haru untuk sampai di kantornya sendiri tidaklah lama, dia hanya perlu berjalan sekitar 2-3 blok untuk sampai di kantor tempatnya bekerja.

Jadi tak heran jika setiap hari, ia akan mengajak Daisuke untuk makan siang bersama di restoran yang ada di sekitar kantor mereka.

Namun hari ini, Haru terpaksa kembali lagi ke kantornya lebih cepat. Dia bahkan belum sempat mengajak Daisuke makan siang karena Daisuke masih sibuk nampaknya.

Kaki-kaki jenjangnya berjalan menyusuri trotoar dengan langkah pelan, kepalanya tertunduk kebawah dengan kedua tangan yang ia masukkan ke dalam saku celananya, wajahnya nampak murung seolah ada awan mendung yang berjalan di atasnya.

"Aku lapar"

Matanya menelisik ke arah sekitar, masih ada waktu untuk dirinya makan siang dan kembali ke kantor.

Haru memutuskan untuk membeli junkfood untuk kali ini, dia menyusuri trotoar dan masuk ke dalam salah satu resto junkfood yang ada di sana.

Tanpa mengetahui bahwa mobil milik Daisuke pun melintas di jalan raya.

****

"Ah Haru!"

Pemuda abu-abu menoleh ke belakang, disana ia melihat Kamei yang berlari ke arahnya dengan wajah khawatir.

Haru tiba-tiba merasakan perasaan tak enak, dia melihat sekilas wajah Kamei yang menunjukkan raut kasihan, khawatir dan gelisah membuat Haru semakin dirundung rasa takut.

Kamei tiba di hadapannya, dia dengan nafas terengah-engah menepuk bahu Haru yang ada di hadapannya.

"Ka-Kambe-san... Hah.. Hah.. Kam.. Be-san... "

Raut terkejutnya kali ini tak bisa disembunyikan lagi, air mata kali ini sudah berkumpul di pelupuk matanya bersiap untuk turun kapan saja.

Dia tanpa menghiraukan ucapan Kamei yang selanjutnya segera berlari menuju lobby. Dadanya bergemuruh dengan jantung bertalu dengan cepat, keringat dingin mulai merembes ke serat fabrik kain miliknya.

Yang ada di pikirannya hanya ada Daisuke dan Daisuke.

Namun semakin ia mengingat pemuda itu, entah mengapa air mata di pelupuk nya kian berjatuhan tanpa bisa ia hentikan. Semua air matanya berlomba-lomba untuk keluar membentuk anak sungai di wajahnya.

"Bandara Narita pak, tolong cepat"

"Baik Tuan"

Mobil taxi segera melaju di jalanan, menyelip beberapa mobil yang ada di hadapannya agar menjadi lebih cepat.

Cuaca yang semula cerah kini mendadak mendung dengan awan gelap yang bertabur di atas langit. Tetes demi tetes air perlahan turun dari atas mengantarkan aroma hujan yang khas saat meresap di tanah yang kering.

Di dalam taxi tersebut, Haru tak henti-hentinya menelpon ponsel Daisuke. Sesekali tangannya akan mengusap dengan kasar air matanya berharap agar mereka berhenti sejenak.

Suara deraian air hujan di luar tak ia pedulikan, yang ingin ia dengar saat ini hanya lah suara berat milik Daisuke menyapa indra pendengarnya.

Panggilan tak terjawab.

Dia kembali menelpon nomor Daisuke tanpa menghiraukan sudah berapa kali ini mencoba. Tatapan nanar dia tujukan saat dirinya sudah sampai di bandara internasional Tokyo.

Dengan tergesa dia membayar taxi-nya dan segera berlari menuju lobbi bandara. Dan sekali lagi, ia menghiraukan tatapan heran berbagai orang yang melihatnya berlari kalap dengan air mata yang tumpah ruah.

Dengan tidak sopannya dia bahkan menyalip antrian yang ada di lobbi hanya untuk menanyakan pesawat Daisuke.

"Kapan keberangkatan pesawat pribadi milik Kambe-san?" Tanya Haru menahan sesegukannya.

Wanita yang ada di belakang meja lobbi tersentak, dia mendongak dan segera mendapati pemuda berambut abu-abu yang menangis di hadapannya.

"Pe-pesawat milik keluarga Kambe-sama sudah berangkat se-sejak 1 jam yang lalu Tuan" Jawabnya dengan terbata.

JDERRR

Petir menyambar di atas langit Tokyo, suaranya yang begitu keras membuat siapa saja terkejut dan menutup telinga mereka.

Dan saat itu lah petir pun serasa menyambar di dekat telinga Haru, dia merasakan hatinya hancur berkeping-keping dan tak tersisa setelah mendengar ucapan pegawai tadi.

Dengan perasaan yang sudah hancur, Haru pergi dari meja lobbi. Berjalan menjauh dari keramaian dan kembali menyetop taxi untuk membawanya pulang.

Di dalam taxi, ia pun sama saja. Air matanya kali ini dia biarkan untuk terus mengalir dan tak memperdulikan tatapan heran pengemudi taxi yang menatap kasihan juga arahnya.

Dia mengalihkan pandangannya ke jendela, dimana kota Tokyo yang di guyur air hujan dengan lebat. Air-air tersebut jatuh dan kemudian mengalir menuju grainase yang ada disana.

Berkubik-kubik air jatuh dari langit seolah sedang membersihkan Bumi dengan air yang mereka bawa untuk menghapus setiap jengkal kesalahan manusia. Menghapus setiap kesedihan yang akan berujung dengan cerahnya hari kala hujan telah selesai dan hanya menyisakan perasaan damai dan tentram di Tokyo setelah hujan berhenti.

Sama seperti itu lah perasaan Haru saat ini, dia berharap hujan hari ini bisa mengalirkan rasa sakitnya dan membuang rasa cintanya kepada pemuda Kambe tersebut.

Membuat hatinya kembali putih seolah belum pernah mengenal sosok Daisuke.

Menjadi Katou Haru yang dulu lagi.

"Kita sudah sampai Tuan"

Haru melirik sejenak.

Ah, dia sudah sampai di depan apartemen miliknya.

Dengan segera ia membayar dan turun, berjalan dengan gontai ke arah lobbi apartemen miliknya. Lalu menghilang saat menaiki lift.

Haru menghela nafas lelah, banyak kenangan yang mereka lewati sejak dua tahun ini. Sudah banyak euforia bahagia yang ia terima dari Daisuke sejak pernyataan cinta kala itu.

Sampai terlalu susah untuk dilupakan.

Perlakuannya pada Haru.

Sikapnya pada Haru.

Bagaimana ia mengganti ekspresi kala hanya bersama dirinya dan banyak hal lain.

Daisuke yang terkenal tak pernah memberikan ekspresi lagi selain wajah dingin dan datarnya adalah yang banyak diketahui oleh orang di luar sana.

Namun, Kambe Daisuke yang diketahui oleh Katou Haru adalah orang yang berbeda.

Dia bisa menjadi sangat menyebalkan dan selalu posesif padanya, dia akan menjadi sangat manja saat Haru sedang bersantai di ruang tamu kecilnya.

Dia akan membujuk dirinya dengan sebongkah uang kala Haru marah pada pemuda Kambe tersebut dan berakhir dengan Daisuke yang ia tendang karena menganggapnya seperti pria murahan.

Menyebalkan memang, namun entah mengapa bagi Haru, semua itu sangat berkesan dan tak bisa dilupakan bagi Haru.

Ibaratnya Daisuke lah cahaya hidupnya, yang membuat Haru merasakan hal bahagia dalam dunia ini. Sensasi hangat serta bersinarnya sebuah cahaya tersebut bagaikan Kambe yang selalu memeluknya dan membuatnya merasa jengkel.

Tanpa sadar Haru terkekeh miris, dia bahkan masih memikirkan pemuda Kambe tersebut disaat hatinya berantakan.

Haru segera melempar dirinya ke kasur, tak peduli ia masih memakai pakaian kerjanya dan belum menutup jendela kamarnya. Ia hanya ingin menenangkan pikirannya dan hatinya yang sedang kacau balau saat ini.

****

Daisuke mematikan ponsel miliknya, dia segera membereskan dokumen-dokumen miliknya dan menumpuknya menjadi satu.

Jas yang ia sampirkan di kursi segera ia kenakan. Dia menyentuh intercom yang ada di telinganya, mengabari seseorang di seberang untuk menyiapkan barangnya.

"HUESC, siapkan pesawat keberangkatanku"

"Baik Tuan"

Dia menghela nafas lelah, ini lah keputusannya.

Keputusan untuk meninggalkan Haru sendiri tanpa mengucapkan sepatah kata apapun pada pemuda Katou tersebut.

Bertindak seperti pria bajingan yang baru saja melakukan perbuatan tercela.

Katakan dia brengsek karena meninggalkan Haru tanpa pamit, dia hanya tak ingin melihat wajah sedih pemuda Katou tersebut saat ia mengatakan bahwa ia harus kembali ke Inggris.

Terlalu sakit untuk hatinya dan terlalu kelu untuk mulutnya.

Itu lah sebabnya ia berusaha menjaga jarak dengan Haru agar dia bisa meminimalisir sakit hatinya dan membuat Haru tampak biasa saja saat ia tinggal nanti.

Oh, andai kau tahu Daisuke.

Daisuke memasuki mobilnya, dan dengan begitu sang supir segera tancap gas menuju bandara Narita untuk naik ke pesawat pribadi miliknya.

Pandangannya menatap ke luar, tatapannya masih datar seperti biasa. Namun tak lama menyendu saat melihat sosok Haru yang berjalan dengan lesu, dia melihat kekasihnya itu yang memasuki sebuah restoran cepat saji.

Ah, mungkin ini terakhir kalinya ia akan melihat sosok mungil itu.

Pandangannya kembali teralihkan ke jemarinya, disana tersemat sebuah cincin perak dengan taburan emas diatasnya, terukir nama Haru dengan warna emas yang cantik disana. Tanpa sadar senyumnya mengembang walau tipis.

Itu adalah cincin pertunangan mereka. Dia memakai cincin dengan nama Haru sementara Haru sendiri memakai cincin dengan nama Daisuke.

Simpel dan elegan adalah hal yang melambangkan mereka berdua. Daisuke sampai terkekeh kecil kala mengingat mereka yang sedang memilih cincin untuk pertunangan mereka.

Haru yang kesal karena ia memilih sepasang cincin yang paling mahal yang ada di sebuah toko. Tentu saja Haru kesal karena pemuda abu-abu itu berpikir bahwa cincin seperti itu terlalu mahal dan dia tak terlalu suka hal mahal.

Walaupun tahu Daisuke itu kaya UNLIMITED dan tak akan ludes karena membeli sepasang cincin seperti itu.

Jika di ibaratkan, sepasang cincin itu seperti membeli permen bagi Daisuke. Berbeda dengan Haru yang mungkin bisa membeli sebuah apartemen mewah dan mendirikan cafe sederhana dengan banyak cabang.

Akhirnya mereka berdua sepakat untuk membeli cincin yang simpel dan elegan.

Mengenangnya membuat Daisuke merasakan rindu pada pemuda Katou tersebut.

Dia ingin kembali dan merengkuh tubuh kecil itu, namun sayang dia tak bisa kembali karena perjanjian konyol dengan Ayahnya.

Ponsel ia matikan daya, berusaha agar Haru tak menghubungi dirinya. Dia membuang SIM card miliknya agar keberadaannya pun tak dapat di ketahui oleh Haru.

Pintu mobil terbuka kala mobil tersebut telah sampai di bandara Narita. Daisuke segera keluar dengan di kawal beberapa bodyguard berjalan menuju gate keberangkatan khusus.

Dari jendela kaca, terlihat pesawat berwarna hitam dengan garis berwarna emas. Di body pesawat terdapat tulisan 'Kambe' yang berwarna emas juga.

Daisuke berbalik sejenak, melihat ke arah bandara yang masih ramai. Memastikan bahwa sosok Haru tak ada disana sekaligus untuk mengingat negara yang sudah memberikan kisah cinta manis padanya.

Kaki jenjangnya perlahan mulai bergerak di atas karpet merah, dia segera menaiki tangga dan masuk ke dalam pesawat, berusaha menahan gejolak rindu di dada.

****

Malam Hari sebelum keberangkatan Daisuke.

Daisuke memandang langit-langit kamar pribadi yang ada di kantornya, ruangan luas yang di dominasi warna emas tersebut tak membuatnya nyaman seperti biasa.

Suara berisik dari suara kendaraan di luar mulai terdengar sayup-sayup mengingat saat ini yang sudah cukup malam untuk keluar.

Daisuke meraih ponsel miliknya, dia menelpon sebuah kontak yang ada di ponselnya.

"Halo.. "

Suara dari seberang terdengar serak khas orang bangun tidur. Sepertinya Daisuke baru saja membangunkan seseorang yang telah tidur namun untuk saat ini dia tak peduli.

"Shinno, aku butuh bantuan"

"Oh? Daisuke, kukira siapa yang berani sekali menelpon ku malam-malam begini"

Ya, orang yang ditelpon oleh Daisuke saat ini adalah Kamei Shinnosuke, salah satu sahabat Haru dan juga teman lamanya.

"Bantuan apa?"

"Awasi Haru, jangan biarkan dia dekat dengan pria atau wanita lain"

Suara di seberang nampak rusuh, sepertinya Kamei baru saja terjatuh dari kasurnya karena mendengar ucapannya.

"Kau.. Kau kenapa?! Kau tak akan mati kan Daisuke?!"

Daisuke berdecih seraya menjauhkan ponselnya. Suara melengking Kamei membuat telinganya berdengung.

"Aku akan kembali ke Inggris besok"

"Kenapa?"

"Aku tak bisa mengatakannya sekarang. Untuk saat ini hanya awasi Haru, aku mohon padamu untuk kali ini Shinno"

"Ya, akan kulakukan"

"Terima kasih"

"Ya dan jangan harap itu gratis!"

"Akan ku transfer uangnya. Berapa maumu?";

"Kau masih sama saja seperti dulu hanya mengandalkan uang. Aku tak butuh uangmu"

"Lalu?"

"Katakan pada Saachan, orang tampan dari kantor blok sebelah mengajaknya berkencan"

"Baik"

"Okey~ ah kuharap aku bermimpi indah malam ini"

"Aku tutup"

"Jaa"

Ponselnya kembali ia taruh di nakas meja, setidaknya untuk saat ini dia bisa mengawasi Haru dari Kamei dan juga ia bisa tenang.

Daisuke berharap saat ia kembali nanti, Haru akan mau mendengarkan penjelasannya.

Ya...

Semoga saja begitu

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top