His Plan
Fast Enough
||Kambe Daisuke x Katou Haru||
.
.
Warning: Modern AU, Typo, BxB, Yaoi, Shounen-ai, Conflict, Hurt, Crossover.
.
.
Rate: T
.
.
Fugou Keiji Balance Unlimited by
Taku Kishimoto
'His Plan'
Pria paruh baya menghela nafasnya sejenak, tatapannya menerawang di hadapan kanvas dunia yang membentang luas dengan warna gelap khas malam hari.
Semilir angin malam hari membelai rambut hitam arang miliknya membuat beberapa helainya bergoyang karena tiupan tersebut.
Masumi membalikkan badanya saat mendengar pintu kamarnya di buka, sosok Daisuke dan Suzue masuk dan segera mengambil tempat di sofa dalam ruangan tersebut.
Senior Kambe tersebut lantas ikut mendudukan dirinya di sofa tepat di hadapan dua saudara Kambe tersebut.
"Ini tentang mantan tunanganmu Dai, sepertinya keluarga Fukiko tak terima dengan situasi ini" Ungkap Masumi membuka percakapan.
Daisuke mengangkat sebelah alisnya bingung, irisnya menatap penasaran sang Ayah yang malah menatap adiknya.
"Apa maksudnya?" Tanya Daisuke berusaha mendapat penjelasan dari semua itu. Masumi mengangkat bahunya namun tatapan matanya mengarah pada Suzue yang duduk di sebelah kakaknya.
Suzue menepuk pelan bahu Daisuke, dia mulai menceritakan semua hal yang dia dapat dan apa maksud sebenarnya dari keluarga Fukiko yang tiba-tiba menjodohkan dirinya dan Siera 10 tahun yang lalu.
Daisuke diam menyimak penjelasan adiknya, namun diam-diam dia mengepalkan tangannya dengan rahang mengeras menahan emosi. Dari dulu dia memang sudah curiga pada keluarga tersebut yang tiba-tiba saja mau berhubungan dengan keluarga Kambe.
Neneknya benar, keluarga Fukiko adalah keluarga yang seharusnya tak ada di dunia ini. Mereka selalu menipu dengan cara licik dan membuat masalah pada seseorang yang berhubungan dengan mereka. Walaupun mereka memiliki ikatan dengan Ratu Inggris pun, sifat mereka tak pernah bisa berubah. Mereka melakukan segala cara agar mendapatkan sesuatu yang mereka inginkan.
Termasuk pasangan hidup.
"Sial"
Daisuke benar-benar bernafsu untuk membasmi satu persatu keluarga Fukiko, mudah sekali mereka memperlakukan keluarganya.
Nafasnya memburu menahan amarah, tanpa mengucapkan apa-apa dirinya segera beranjak dari ruangan itu. Berjalan dengan cepat menuju kamarnya sendiri tempat dimana Haru saat ini.
Suzue menatap kepergian kakaknya dengan sorot sendu, dia tahu kakaknya sedang kalut dan gelisah dengan hal ini. Dia juga tahu bahwa Daisuke benar-benar akan menghabisi mereka saat ini jika saja Masumi tak menghentikannya dan membuatnya memikirkan sebuah rencana.
Suzue berdehem sejenak, "Aku sudah menyuruh Mike untuk memperhatikan terus tentang keluarga Fukiko tersebut, sementara Hanji aku menyuruhnya untuk menjaga Haru-nii sampai keadaan normal kembali"
Masumi tersenyum tipis, sudah menduga bahwa putri bungsunya ini akan bergerak cepat dalam hal seperti ini. Seandainya Suzue mau menjadi detektif mungkin sekarang ia akan menjadi detektif yang sangat terkenal di dunia.
Namun sayang, Suzue tetap tak tertarik dengan hal seperti itu. Dia lebih memilih membuka sebuah cafe sederhana dan mengelolanya dengan ilmu yang ia punya.
"Lalu... Apa kita akan bermain kotor kembali?" Tanya Masumi menatap lurus ke arah Suzue.
Suzue mengangguk, "Jika mereka yang mencari masalah duluan. Aku akan segera meminta bantuan dari sahabat-sahabat Nii-san. Mereka pasti akan membantu Nii-san dengan senang hati"
"Hoo. Tak kusangka kau masih berkontak dengan mereka bertiga" Senyum di wajah Masumi berubah menjadi sebuah seringai, dia jelas tahu siapa sahabat-sahabat anak pertamanya itu.
Suzue menggeleng, dia memandang Masumi dengan raut bosan yang sangat ketara di wajah ayunya.
"Mereka sudah memiliki pasangan masing-masing. Dan aku tak mau jika Ayah jodohkan dengan mereka" Ungkap Suzue lalu berdiri dari duduknya. Dia berjalan keluar dari kamar Masumi, "Oyasumi"
Pintu pun tertutup, menyisakan Masumi yang hanya mendengus melihat sikap Suzue tersebut. Lagipula dia hanya bercanda, dia sudah belajar jika menjodohkan anak-anaknya pasti akan susah, dan dia memutuskan untuk membiarkan Suzue mencari sendiri pasangannya.
****
"Suke, lepas. Aku tak bisa bergerak"
"Tidak akan"
Entah sudah berapa kali Haru protes pada Daisuke, dia bahkan sudah lelah sendiri untuk protes pada pria itu.
Sejak Daisuke kembali dari kamar Ayahnya entah kenapa Daisuke tiba-tiba memeluk dirinya yang saat itu sudah selesai bercakap-cakap dengan Ibunya dan makan malam. Haru juga merasa ada yang aneh dengan Suzue dan Masumi tadi di meja makan. Keduanya selalu mengawasi gerak-geriknya membuat dirinya merasa tak nyaman, bahkan Haru berpikir kalau masakannya kali ini tak sesuai dengan lidah mereka berdua.
Dia menghela nafas lalu berusaha menyingkirkan dada Daisuke untuk agar menjauh darinya. Ia berniat melihat wajah Daisuke yang sejak tadi memasang ekspresi mengerikan, membuatnya bergidik sendiri seraya berpikir ada apa dengan kekasihnya ini?
Iris biru gelap menatap lurus ke arahnya yang mencoba menjauh, Haru tanpa sadar menelan ludahnya gugup. Dia belum pernah melihat ekspresi mengerikan Daisuke sebelumnya dan hal ini membuatnya cukup terkejut.
"Su-Suke.. A-ada apa?" Tanya Haru kebingungan, dia berusaha untuk tak menatap mata Daisuke yang menyorot tajam ke arahnya.
Daisuke menghela nafas, tak seharusnya ia menakut-nakuti kekasih abu-abu nya ini. Dia kemudian memberikan satu kecupan di kening pria itu, kedua turun menuju kelopak mata berganti pada dua pipi tembam Haru dan berakhir pada bibir plum yang membuatnya candu.
Kepala kembali ia letakkan di rambut halus kekasihnya dan sesekali menggesekkan wajahnya disana.
"Aku hanya... Takut" Lirih Daisuke hampir ta bersuara, namun untungnya telinga Haru ada di dekat kepala Daisuke membuatnya dapat mendengar suara kekasihnya tersebut.
"Takut kenapa?" Tanya Haru penasaran, tangannya bermain dengan jemari Daisuke yang menangkup satu pipinya, memandang dengan kekhawatiran yang sangat ketara.
"Aku takut kehilanganmu" Tanpa sadar pelukan mereka semakin mengerat, Haru menyusupkan wajahnya ke leher kokoh Daisuke dan sesekali menghirup aroma maskulin Daisuke.
"Aku yakin tak ada yang bisa memisahkan kita. Kecuali itu kematian" Ucap Haru tenang, tangannya kini ikut memeluk tubuh tegap itu, menyalurkan kekuatan bahwa ia tak akan meninggalkan Daisuke kemana pun.
"Terima kasih"
Kepala Haru mengangguk kecil, dengan perlahan kelopak matanya mulai tertutup. Hembusan nafas hangatnya menggelitik leher Daisuke membuat pria itu nyaman. Tak lama Daisuke pun ikut menyusul Haru ke alam mimpi, diam-diam berdoa agar apa yang Haru ucapkan menjadi nyata.
****
Pintu bar itu dibuka kasar oleh seseorang. Beberapa pengunjung memberikan asistensi nereka pada orang tersebut yang berjalan dengan tenang menuju salah satu pojokan bar.
Pria dengan rambut hitam panjang serta kacamata nampak tertawa gila di mejanya. Sesekali dia akan melakukan hal tak senonoh dengan beberapa wanita yang ada disebelahnya.
"Tuan Isezaki Yuta... "
Pria berkacamata itu menoleh dan menatap lawan bicaranya. Dia menyingkirkan salah satu wanita yang duduk di pangkuannya dan membiarkan pria tadi duduk di sebelahnya.
"Lama tak bertemu Tuan Fukiko. Bagaimana kabar Anda?" Yuta memamerkan sebuah senyum remeh yang hanya di balas oleh tatapan datar dari Ryuu.
Kepala keluarga Fukiko itu menaruh satu buah amplop cokelat yang cukup tebal di hadapan Yuta.
"Aku ingin kau mencari tahu siapa tunangan dari Kambe Daisuke lalu setelah itu culik dia dan bawa ke tempat yang jauh. Kalau kau tak mau membawanya jauh-jauh maka cukup buat dirinya merenggang nyawa saja" Jelas Ryuu menatap tajam ke arah Yuta.
Yuta tertawa kecil, tangannya menarik amplop cokelat itu dan membukanya. Tanpa sungkan menghitung jumlah uang yang ada di dalam amplop tersebut.
"Hm.. Kurasa ini masih kurang. Kukira keluarga Fukiko adalah keluarga kaya tapi hanya untuk hal ini-"
"Kau boleh menjual tunangannya jika masih kurang. Bukan kah akan laku keras jika kau menjualnya? Aku pikir Kambe itu akan mendapatkan tunangan yang sangat cantik" Potong Ryuu tenang, tangannya mengambil satu gelas vodka yang tersedia di meja dan menegak cairan itu.
Amplop kembali ia taruh di meja, kemudian menyandarkan tubuhnya ke punggung sofa. Senyum dari pria itu tak luntur saat membayangkan seperti apa rupa tunangan dari anak pertama keluarga Kambe tersebut.
"Hm.. Kalau aku mendapatkannya otomatis gadis itu akan menjadi milikku. Aku tak akan membunuhnya jika ia menarik bagiku dan sebaliknya aku akan membunuhmu sebagai bayaranmu yang kurang ini"
Yuta mengangkat wajahnya menatap pria Fukiko yang masih namoak tenang ditempatnya. Dia kemudian menegak kembali vodka yang ada di meja dan memandang Yuta dengan pandangan remeh.
"Aku setuju"
Yuta kembali tersenyum, dia memanggil salah satu bawahannya untuk membawakan dirinya laptop miliknya. Sangat penasaran seperti apa rupa tunangan keluarga Kambe tersebut.
Ryuu yang ada di sana masih belum mau beranjak, sebaliknya ia malah nampak tenang saja meminum minuman keras itu. Tak ada tanda-tanda ia akan mabuk sedikit pun.
Cukup lama Yuta mengutak-atik laptop miliknya, seringai di bibirnya tercetak dengan jelas di wajah kala berhasil merentas data milik keluarga Kambe.
Bola matanya memantulkan cahaya dari laptop dihadapannya, membaca satu persatu data yang tersedia di sana. Sampai akhirnya ia menemukan apa yang ia cari.
Katou Haru
Disana terpampang foto Haru dari balita sampai dewasa. Sangat manis dan imut.
"Laki-laki" Pandangannya mendatar kalau membaca deskripsi pemuda itu. Dia baru saja akan mematikan laptopnya jika saja satu buah kalimat tak menarik perhatiannya.
Seringai yang tadi sempat hilang kini kembalt tercetak di wajahnya, matanya berkilat penuh nafsu saat melihat Haru yang memakai pakaian kimono putih dengan corak bunga sakura. Dia terkekeh dengan suara mengerikan.
"Baiklah, aku tak akan membunuhnya. Tapi sebagai gantinya ia akan kujadikan istriku saja. Kau tak keberatan kan Ryuu?" Dia mengalihkan perhatiannya pada Ryuu yang saat ini dikerumuni wanita-wanita seksi.
Dia bahkan tak malu untuk melakukan hal yang tadi Yuta lakukan. Entah efek mabuk atau dirinya yang tergoda dengan tubuh molek para wanita bayaran disana.
Yuta menggeleng kecil, dia mematikan laptopnya dan beranjak pergi dari bar tersebut. Kaki jenjangnya membawa dirinya keluar dimana mobil miliknya telah menunggu.
Satu orang bodyguard membuka pintu mobil, tepat setelah dirinya duduk mobil pun berjalan membelah jalanan yang sepi.
Kepala ia topang di tangannya seraya memandang suasana kota pada malam hari. Iris hitam itu berkilat kala cahaya dari lampu jalanan terpantul ke wajahnya.
Dia kembali terkekeh saat mengingat apa yang ia baca tadi di bar. Dia benar-benar tak menyangka pria Haru itu bisa hal seperti itu.
Dia benar-benar menarik perhatian Yuta membuatnya ingin menjadikannya miliknya seorang. Walaupun ia tahu bahwa saingannya adalah Kambe, dia tak akan mundur semudah itu saat mendapatkan sesuatu yang membuatnya tertarik.
"Tenang saja, akan kupastikan kau menjadi milikku. Katou Haru"
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top