Fitting Clothes

Fast Enough
||Kambe Daisuke x Katou Haru||
.
.
Warning: Modern AU, Typo, BxB, Yaoi, Shounen-ai, Crossover.
.
.
Rate: T
.
.
Fugou Keiji Balance Unlimited by
Taku Kishimoto

'Fitting Clothes'

Pagi telah menyambut. Udara hangat bertiup bersama dengan aroma embun khas pagi hari, sinar matahari perlahan merambat memasuki jendela kamar yang sedang di tempati oleh dua pemuda yang tertidur.

Salah satu dari mereka mulai menunjukkan pergerakan, merasa terganggu dengan sinar matahari yang memanas.

Kelopak mata terbuka menampakkan iris cokelat mentahan sang pemilik. Tepat di hadapannya, pria lain tertidur dengan wajah menghadapnya.

Nampak gurat lelah dalam ekspresi damainya saat tertidur, pony rambutnya agak acak-acakan daripada biasanya. Membuat pesonanya lebih nampak daripada biasanya.

Tanpa sadar sebuah senyum kini menghias di wajah Haru, tangannya bergerak mengelus wajah yang ada di hadapannya dengan sentuhan lembut. Berusaha agar tak membuat pangeran di hadapannya terbangun.

"Sudah daritadi aku terbangun, kau tahu?" Suara serak itu terdengar jelas di telinganya. Perlahan kelopak mata yang tertutup mulai terangkat dan menampakkan sepasang iris biru gelap yang menatapnya lembut.

Telapak tangan yang masih bertengger di sisi wajahnya, ia genggam dengan tangannya sendiri seraya memamerkan sebuah senyum kecil yang nampak indah.

"Sudah merasa baikan?" Yang ditanya mengangguk malu-malu, wajah memerah karena ketahuan memandangi wajah calon suaminya.

Daisuke mengecup pelan kening Haru dan setelah itu beranjak dari tidurnya, duduk di tepian kasur untuk merenggangkan sejenak ototnya sebelum membersihkan tubuh dan melanjutkan aktivitas.

Suara ketukan di pintu mengalihkan pandangan mereka, Haru yang kebetulan berada di dekat pintu segera melangkah untuk membuka pintu yang masih di ketuk.

Sosok Katou Sakura muncul di hadapan Haru membuat pemuda 22 tahun itu mengernyitkan dahi heran karena sang Ibu yang nampak sudah rapi di depan pintunya.

"Ada apa Okaa-chan?" Tanya Haru masih dengan memandangi sang Ibu yang nampak sangat berbeda dari biasanya.

"Haru astaga! Kalian belum mandi? Cepat mandi dan segera turun ke bawah untuk sarapan, yang lain sudah menunggu kalian di bawah" Ujar Sakura geram, dia segera mendorong masuk kembali anak sulungnya itu, menyuruhnya untuk membersihkan dirinya.

Tak lupa menutup kembali pintu kamar dengan sebuah senyum misterius yang entah mengapa membuat Haru kembali bergidik ngeri.

Dia berbalik dan menemukan Daisuke yang masih ada di posisinya. Haru kira Daisuke sudah ada di kamar mandi sejak tadi, memang apa yang ditunggu oleh pria itu?

"Ayo"

Ajakan Daisuke membuat Haru memiringkan kepalanya tak paham.

"Kemana? Kau saja belum mandi" Balasnya cuek, dia kemudian berjalan menuju lemari yang ada. Berencana menyiapkan pakaian untuk Daisuke dan dirinya.

Tiba-tiba sebuah lengan memeluk erat pinggangnya, dia juga bisa merasakan nafas hangat di samping telinganya yang entah mengapa membuatnya hampir melenguh.

"Mandi bersama"

Dan setelah itu hanya terdengar suara makian Haru yang menggema karena di seret paksa masuk ke dalam kamar mandi bersama dengan Daisuke.

****

Sudah sejak mereka sarapan bersama, Haru memasang wajah tertekuk. Dia memandang garang Daisuke yang kini tengah menyetir mobil menuju salah satu boutique yang cukup terkenal di kota London. Dia yang duduk bersama Daisuke di depan merasa moodnya semakin hancur.

Tak memperdulikan Ibu-nya yang duduk di belakang bersama adik angkatnya, dia tanpa segan mengeluarkan hawa hitam pekat dari tubuhnya. Menandakan bahwa dirinya benar-benar marah kali ini.

Daisuke yang menyetir hanya bisa diam, bersikap tenang dan cuek sebisa mungkin agar tunangannya itu nanti mendingin sendiri dan tak mempelototinya bak mangsa yang siap di terkam.

Sementara Mahiru tak henti-hentinya berdoa agar mereka selamat dari kemarahan kakaknya yang jika marah bisa seperti halilintar yang mengamuk saat badai.

"Hey hey! Apa-apaan wajahmu itu hah! Berhenti membuat mobil ini menjadi mobil mayat dengan hawa suram itu bocah nakal!" Dari kursi belakang Sakura menjewer telingan Haru, membuat pemuda abu-abu coklat itu meringis sakit dengan jeweran ibunya.

"Kaa-chan!!! Lepaskan!! Itu sakit!! Aakkhh!! Suke! Bantu aku tolong!!" Rengek Haru pada Daisuke dan mencoba untuk melepaskan jeweran ibunya.

"Makanya jangan berlagak seperti itu! Kau itu bukan wanita PMS yang ingin makanan pedas tahu!" Dengan terpaksa Sakura melepaskan jewerannya.

Dia masih memandang tajam putranya dari belakang, sementara Haru mencibir tak suka.

"Memang aku seperti gadis PMS apa" Dan tentu dia mengatakan hal itu dengan suara yang pelan. Jika sampai Sakura mendengarnya bisa di pastikan telinganya yang lain akan ikut memerah.

"Iya, dan kemarin kau membudakku untuk membelikanmu Cappucino dingin di Moonbucks" Jawab Daisuke menyetujui. Dia masih tetap tenang dalam membawa kendaraannya, tak memperdulikan Haru yang kali ini bernafsu untuk menyiksanya. Menyiksa artinya memelintir kulit Daisuke dan mengigit ganas lengan kekar itu agar berdarah.

Sadis memang.

Tak lama keduanya telah sampai di sebuah mall yang nampak sepi. Haru bahkan dibuat terheran-heran dengan kondisi mall tersebut. Padahal dari luar mall itu terlihat besar dan megah namun sayangnya terlihat sangat sepi.

Daisuke memarkirkan mobil di basement, berjalan bersama-sama menuju lift untuk sampai di lima tempat dimana boutique tersebut berada.

Haru yang sudah gatal bertanya sejak sampai di lantai lima pun akhirnya membuka mulut, bertanya kenapa mall tersebut sangat sepi pengunjung.

"Suke, kenapa disini sangat sepi?" Tanya Haru penasaran. Iris cokelat mentahannya tak henti-hentinya menatap sekitar. Padahal semua toko yang ada buka, namun kenapa sangat sepi tak ada pengunjung?

Daisuke melirik tunangannya lalu berujar dengan nada santai, "Oh. Itu karena aku menyewa mall ini seharian"

Haru mangut-mangut, namun tak lama dia pun berhenti dengan wajah cengo, "Hah? APA?!!!!!! KAU MENGHABISKAN UANGMU HANYA UNTUK MENYEWA MALL INI SEHARIAN KARENA KITA FITTING BAJU?!"

Banyak pegawai keluar dan menatap Haru heran, Daisuke adalah salah stau yang paling heran di antara mereka semua.

"Iya, memang salah?"

"TENTU SAJA SALAH!!!! DASAR KAMBENG GAADA AKHLAK!!!!"

****

H

aru merenggut kesal, dia duduk di ruang tunggu dengan sebuah benjol kepala yang terlihat. Sementara pelaku kekerasan tadi hanya tersenyum manis saat pegawai boutique masih menyiapkan baju untuk Haru aka Ibunya sendiri.

"Haru.."

Haru berdecak, suara Daisuke kali ini benar-benar membuatnya geram. Dia benar-benar tak percaya tunangannya itu akan menyewa mall ini hanya karena mereka akan fitting baju. Memang apa salahnya jika mereka datang selayaknya pengunjung biasa?

Dia benar-benar harus memukul kepala Daisuke agar kewarasan pria itu pulih agar tak kembali menghambur-hamburkan uangnya.

"Haru"

Kali ini dia berbalik, niat hati ingin memandang tajam sang tunangan namun malah terganti dengan tatapan terpesona dengan penampilan Daisuke.

Kemeja putih yang dibalut dengan jas hitam berkilau yang membungkus tubuh tegapnya, lalu celana bahan hitam dan sepasang sepatu pantofel.

Daisuke masih mencoba memasang sarung tangan putihnya seraya memandang Haru yang mana menambah kesan tampan dalam dirinya. Tanpa sadar wajah Haru memerah karena terpesona dengan penampilan Daisuke yang entah bagaimana jadinya sangat tampan!

Tiba-tiba saja dia merasa gugup, membayangkan jika esok Daisuke juga akan berpakaian seperti itu. Dia bisa-bisa pingsan duluan.

"Haru? Hey? Aku bertanya apakah cocok?" Tanya Daisuke sesaat setelah menepuk bahu Haru.

Haru tersentak kecil, dia mengangguk malu-malu dengan wajah memerah tipis. Tatapannya masih mengarah ke bawah seolah enggan menatap Daisuke.

Daisuke tersenyum tipis, dia kemudian mengangguk pada pegawai yang ada di sebelahnya, "Aku mengambil ini"

Sakura tersenyum lebar, dia kemudian menepuk sejenak bahu Daisuke. "Pilihan bagus Daisuke-kun, kau terlihat sangat tampan mengenakannya" Pandangannya kali ini mengarah pada Haru yang masih menundukkan wajahnya.

"Nah, Mahiru. Bawa Haru ke tempatnya ya" Suruh Nyonya Katou itu.

Mahiru mengangguk semangat, dirinya kemudian menyeret Haru yang masih terdiam di tempatnya dengan wajah memerah.

"Gomen! Apakah kami terlambat?!" Seruan Yoko dan Saeki menghentikan pergerakan Mahiru. Mereka menatap kedua wanita itu yang masih tersenggal karena berlari.

"Tidak tapi tepat waktu! Segera lah siapkan Haru bersama Mahiru ya Yoko-chan, Saeki-chan" Ucap Sakura menunjukkan sebuah senyum lebar pada dua wanita itu.

"Yosh!" Dengan semangat membara kedua wanita itu beranjak dan membawa Haru menuju tempatnya.

Daisuke sedikit melirik calon mertuanya itu, "Apa tak apa memilihkan Haru gaun untuk pernikahan ini? Aku takut dia malah ngambek lagi"

Sakura menoleh pada menantu tampannya, sebuah cengiran lepas dari mulutnya. Dia menepuk-nepuk bahu Daisuke sejenak.

"Tak apa, Kaa-chan percaya ia akan menurut dan mau memakai gaun. Lagipula bukannya Daisuke-kun juga mau melihat Haru memakai gaun?" Goda Sakura pada Daisuke, dia kemudian tertawa kecil saat melihat wajah datar itu memerah tipis.

"Aku akan berganti dulu" Dalih Daisuke kemudian kembali ke tempat dimana ia memakai tuxedo-nya. Meninggalkan Sakura yang kini terbahak di tempatnya.

Sementara itu Haru berusaha menahan amarahnya yang bisa saja meledak kapan saja. Di hadapannya kini sudah ada sebuah gaun yang memiliki ekor cukup panjang dan berbagai hiasan di kepala. Melihatnya saja sudah membuat mata Haru terasa perih.

Dia kira, dia akan memakai tuxedo yang sama seperti Daisuke bedanya dia berwarna putih. Tapi yang kini ada di hadapannya malah sebuah gaun! Sekarang ia tahu kenapa Ibunya sangat bersemangat dan terus-terusan menunjukkan sebuah senyum misterius sejak kemarin.

"Haru!! Jangan pelototi terus gaunmu! Ayo coba lah gaun itu! Aku yakin gaun itu akan cocok untukmu!" Pinta Yoko dengan semangat, dia benar-benar tak sabar melihat rupa Haru saat memakai gaun.

Seperti melihat anak angsa buruk rupa berubah menjadi angsa putih yang cantik.

"Iya Haru-nee!! Ini Mama sendiri yang memilihkannya karena tahu bahwa Haru-nee tak suka yang terlalu rumit memakainya" Tambah Mahiru dengan mata berbinar.

Haru melirik tajam ke arah Mahiru, "Lihat saja saat pernikahanmu akan ku suruh kau juga memakai gaun!!" Ancam pemuda itu dengan tatapan mengerikan.

Mahiru yang ditatap tajam hanya memeletkan lidahnya tak peduli kemudian mendorong Haru menuju tempat ganti seraya menyerahkan gaun tadi.

"Sudah sana pakai!" Pinta Saeki yang akhirnya turun tangan. Bisa gawat jika ia hanya diam saja nanti.

"Gggr.. Brengsek kalian!!" Seru Haru dari dalam, mau tak mau juga harus memakai gaun itu.

"Husst! Anak perawan tidak boleh bicara kasar!" Balas Yoko seraya terkikik geli.

"Aku bukan perawan sialan!!" Dumel Haru tak terima. Dan hal itu menuai tawa dari mereka semua yang ada di luar.

Tak seberapa lama kemudian Haru membuka pintu, dengan wajah tertekuknya dia keluar dari sana.

"Ya ampun Haru!!! Kau benar-benar cocok memakai gaun itu!! Ah kau manis sekali!!" Seru Yoko paling bersemangat, dia terus memutari Haru. Memandang tak percaya pada rekan kerjanya itu yang benar-benar menjadi angsa cantik karena sebuah gaun.

Haru memerah, dia baru saja akan memukul kepala merah muda Yoko jika sana suara Daisuke tak menginterupsinya.

"Haru, kau sud-"

Daisuke kehilangan kata-katanya, dia memandang takjub Haru yang ada di hadapannya sedang memakai gaun dengan sebuah rona merah di wajahnya.

Dia seperti melihat bidadari yang jatuh dari surga tepat di hadapannya.

Daisuke benar-benar terpana dengan pesona Haru yang sangat cantik dan manis tersebut.

Haru yang merasa risih di perhatikan terus melempar sampel bunga ada di tangannya ke wajah Daisuke, mengalihkan rasa malunya karena di tatapan intens oleh Iris biru gelap Daisuke.

"Ja-jangan terus menatapiku bodoh!!"

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top