Extra Chapter ; •Pregnant•

Fast Enough
||Kambe Daisuke x Katou Haru||
.
.
Warning: Modern AU, akan ada banyak Typo, BxB, Yaoi, Shounen-ai, Crossover.
.
.
Rate: T
.
.
Fugou Keiji Balance Unlimited by
Taku Kishimoto

'Pregnant'

"Selamat, hasil menunjukkan bahwa Tuan Kambe Haru positif hamil dan sedang berjalan sekitar 1 bulan" Mimik wajah dokter kehamilan itu begitu cerah, jika di teliti lebih maka manik hitamnya nampak berbinar karena senang.

Di hadapannya, dua pria mematung tak percaya. Yang bersurai abu-abu menjabat tangan sang dokter dengan rasa heran dan tak percaya.

"A-ah iya, Terima kasih"

Dokter tersebut tertawa kecil dan memberikan resep vitamin pada dua pasangan yang ada di hadapannya.

Senyumnya masih belum luntur dari wajahnya yang manisnya. "Ini beberapa vitamin yang harus Anda konsumsi selama masa gejala morning sickness masih berlanjut dan juga minum susu kehamilan. Datang lah ke sini lagi bulan depan untuk cek"

"Ah, baik. Terima kasih Dokter Kazunari, kalau begitu saya dan istri saya pamit dahulu" Keduanya membungkuk sedikit dan beranjak dari ruangan dokter dengan nama tag Kazunari Takao tersebut.

Keduanya berjalan dalam diam, tangan saling bertaut satu sama lain. Tak ada yang memulai percakapan seperti biasanya, entah karena terlalu terkejut atau apa.

"Daisuke.. "

Panggilan lirih membuatnya menoleh, dia memandangi wajah pasangannya cemas.

"Ya?"

Tangan yang tak tergenggam terangkat dan mengelus perutnya yang masih rata, sebuah senyum terukir di wajah pemuda itu.

".. Jadi aku hamil.. Ya?"

"Iya"

Sebuah senyum terkembang, wajah yang semula menunduk kini mendongak menatap sang suami yang ada di sebelahnya.

"Kau senang?" Daisuke tahu itu pertanyaan retorik, namun ia lebih memilih untuk menjawab daripada Haru akan ngambek padanya.

"Tentu, artinya keluarga kita akan lengkap dengan hadirnya bayi kecil di antara kita. Bukan kah dulu kau sangat mengharapkannya?"

Haru tertawa pelan, kepala ia senderkan di pundak tegap Daisuke seraya mengelus lengan kekar itu.

"Aku senang"

"Aku jauh lebih senang, asal kau tahu"

****

"Kenapa tersenyum seperti itu?" Daisuke bertanya saat dirinya masuk dan mendapati sang istri yang sedang tersenyum-senyum di ranjang seraya mengelus perutnya sendirj.

Dia berjalan mendekat dan menyodorkan segelas susu kehamilan pada Haru.

"Tak ada" Gelas susu berpindah, Haru meminumnya sedikit-sedikit. Rasa yang sudah ia cecap selama 8 bulan setengah ini masih terlalu asing bagi lidahnya, Kadang-kadang ia bahkan hanya meminumnya setengah atau tak mau sama sekali.

Tapi karena paksaan Daisuke yang notabenenya sangat tak suka dibantah, ia pun harus rela meminumnya.

Satu gelas sudah habis ia teguk, tubuhnya dengan perlahan ia senderkan ke papan kasur. Tangannya memainkan IPod milik Daisuke sementara sang pemilik sudah sejak tadi beranjak ke kamar mandi.

Mereka berdua sudah tak tinggal di Mansion Kambe, Haru menyarankan pada Daisuke untuk pindah ke Jepang dan menetap disana. Bermaksud agar ia tetap dekat dengan sang Ibu dan rekan kerjanya yang lain.

Keduanya memutuskan untuk bertempat tinggal di sebuah Perumahan Elit yang ada di Tokyo agar berdekatan dengan kantor milik Daisuke dan juga agar ruang gerak anak mereka luas.

Iris cokelat milik Haru meneliti tulisan yang ada di sebuah website, sesekali ia juga akan menulis sesuatu di sebuah note yang ada di sampingnya. Kadang kepalanya bergerak ke kanan kiri ataupun menggeleng seperti kurang setuju.

Dia bahkan tak sadar jika Daisuke sudah keluar dari kamar mandi dan sudah mengenakan piyama miliknya. Pemuda beriris hitam kebiruan itu menatap heran sang istri yang nampak sangat sibuk dengan IPod miliknya sampai tak menyadari jika dirinya sudah selesai mandi.

Pria yang sudah genap berusia 25 tahun beberapa bulan yang lalu segera mendekat dan mengelus rambut abu-abu istrinya.

"Sedang apa hm?"

Yang di elus menolehkan kepalanya, sebuah senyum tipis tampil di wajah Haru. Dia kemudian menyuruh suaminya untuk duduk di sebelahnya dan segera di lakukan oleh Daisuke.

Iris hitam kebiruan nya menangkap beberapa nama yang tertulis di atas sebuah note menjadi perhatiannya. Diambilnya note tersebut dan membaca satu persatu nama yang tertulis disana berserta makna nama tersebut.

"Aku sedang mencari referensi nama untuk anak kita" Jelas Haru masih dengan pandangan yang tertuju pada layar sesekali ia akan mengangguk seolah menimang-nimang nama tersebut.

Daisuke kembali menaruh note tersebut dan menopang dagunya, pandangan mata tajamnya tak henti menatap Haru yang terlihat sangat serius di hadapannya, membuat dirinya nampak lebih manis dari apapun.

"Kau bilang pernah bertemu mereka" Tangannya terangkat dan kembali mengelus rambut abu-abu itu, badan dia dekatkan untuk bisa merengkuh tubuh yang sedang berbadan dua ke dekatnya.

Haru merebahkan kepalanya di ceruk leher Daisuke, sesekali ia akan menggesekkan kepalanya di sana dengan manja.

"Hmm.. Yaa.. Tapi entah kenapa namanya agak aneh, Dairu dan Rusuke. Bagaimana menurutmu?" Wajahnya mendongak menatap Daisuke dari bawah.

Untuk sejenak Daisuke terdiam, menimang nama tersebut.

"Memang benar agak aneh" Dia kemudian membenamkan wajahnya ke surai abu-abu, menghirup aroma khas istrinya.

Dua buah nama tercetus di benaknya, "Bagaimana kalau Kenshin dan Kenzi? Mereka seperti melambangkan sifat kita. Kenshin berarti sederhana dan jujur lalu Kenzi berarti terpelajar dan sehat, bagaimana?"

Haru diam sejenak, tak lama kemudian ia merengut.

"Satu anak kita perempuan Suke, tak mungkin namanya akan menjadi Kenzi" Daisuke terkekeh kecil, dia melupakan fakta itu dan juga fakta lainnya bahwasanya Haru adalah tipe pemilih yang sangat rumit.

Semua yang hendak ia pilih harus ia pikirkan dan menerka bagaimana kedepannya. Tentu saja jika bersangkutan dengan nama anak-anak mereka, pemuda itu pasti berpikir sangat keras.

"Baiklah baiklah kita ganti menjadi Kenshin dan Keyko? Keyko berarti generasi yang bertambah dan juga cantik" Usul Daisuke lagi dan kali ini Haru menerimanya tanpa protes, benar-benar puas dan suka dengan nama yang di usulkan oleh Daisuke.

Kepalanya kembali mendongak dan mengecup sejenak pipi suaminya, "Kau pintar memilih nama" Puji nya tulus dengan sebuah senyum lebar.

Bibirnya ikut membuat sebuah kurva yang melengkung bahagia, dia balas mengecup bibir merah itu sejenak sebelum mematikan lampu.

"Ayo tidur" Haru mengangguk, note dan IPod ia letakkan ke nakas dan segera masuk ke selimut yang sama dengan Daisuke.

"Selamat malam anak-anak Daddy, Mommy" Dia berbisik lirih di depan perut Haru sebelum mengecup perut itu. Haru terkekeh kecil, bisa ia rasakan dua bayi di dalam perutnya menendang kecil karena disapa sang Daddy.

"Mereka menendang" Tangannya mengelus perutnya sendiri dan suara kekehan lembut.

Daisuke tersenyum tipis, tangannya ikut mengelus perut istrinya pelan. Mencoba untuk membuat kedua bayinya tenang dan tak menyakiti Mommy mereka.

"Aku ingin mereka segera keluar"

"Aku juga"

****

Hari sudah berganti, tak terasa bulan sudah mendekati musim dingin dan hawa di sekitar pun sudah mulai mendingin.

Hewan-hewan semakin gencar mencari persediaan makanan untuk hibernasi mereka dan menyiapkan tempat yang hangat untuk tidur panjang mereka.

Pagi itu di rumah keluarga kecil Kambe, Haru seperti biasa bangun pagi untuk segera menyiapkan sarapan mereka berdua.

Hari ini mereka akan chek-up terakhir sekaligus memperkirakan tanggal kelahiran dua buah hati mereka.

Semenjak ia hamil, Daisuke agak overprotective pada dirinya. Dia bahkan tak memperbolehkan Haru melakukan aktivitas seperti biasanya dan menyewa seorang pelayan untuk melakukan pekerjaan Haru.

Tentu saja Haru menolak, lagipula saat itu dirinya masih hamil muda jadi masih bisa beraktivitas jika hanya menyapu dan memasak.

Awalnya Daisuke menolak mentah-mentah hal itu dan tetap memperkerjakan seorang pelayan namun yang namanya Haru itu sudah memiliki rencana licik di otaknya.

Dia mengancam Daisuke dengan tak ada jatah sampai 2 tahun jika Daisuke masih tetap ngotot memperkerjakan pelayan, hal itu sontak membuat Daisuke terkejut bukan main.

Tak dapat jatah 2 tahun? Yang benar saja! Bagaimana keadaan miliknya jika dibiarkan terlalu lama seperti itu?

Akhirnya dengan tak rela ia pun tak lagi memperkerjakan pelayan dengan syarat mereka berdua akan melakukan pekerjaan rumah bersama-sama agar Daisuke juga bisa memantau keadaan Haru.

Dan benar saja Haru setuju dan tak lagi mempermasalahkan hal tersebut.

Namun masalah lain kembali dapat.

Yaitu saat dirinya dalam masa-masa ngidam.

Semua makanan yang awalnya ia suka kini berbalik ia tak menyukainya sama sekali.

Bahkan di bulan 5 awalan, dia sangat menolak memakan nasi dan hanya ingin makan roti saja. Tentu saja Daisuke khawatir dengan kondisi kesehatan Haru. Dia takut jika kesehatan Haru menurun dan hal itu berdampak pada bayinya.

Namun dokter yang menangani keadaan Haru yaitu dokter Takao mengatakan bahwa Haru tetap mendapat asupan jika makanan yang lainnya tercukupi.

Iya jika Haru mau memakannya, tapi kalau Harunya saja tak mau?

Dia juga masih ingat pernah membangunkan Daisuke di tengah malam hanya untuk seporsi sushi isi katsu dengan saus es krim mint.

Tentu saja Daisuke kelimpungan mencari sushi seperti yang di inginkan Haru. Dia bahkan bertanya pada Mahiru dan Kamei dimana ia bisa mendapatkannya.

Tanpa sadar dirinya terkekeh, mengingat berbagai permintaan anehnya saat ngidam dan membuat Daisuke kelimpungan benar-benar kesenangannya sendiri.

Dia mulai berjalan ke dapur, apron putih ia lilitkan ke tubuhnya dan segera mengeluarkan bahan makanan untuk segera memasak.

Waktu 15 menit habis untuk dirinya memasak, hanya makanan sederhana seperti chicken teriyaki dengan tempura sayur.

Dia kemudian duduk berniat menunggu suaminya untuk turun ke bawah.

Perutnya sakit, sebenarnya ia sudah merasakannya sejak ia bangun tidur tadi namun ia berpikir jika ia hanya mulas seperti biasa dan akan hilang nanti, tapi bukannya menghilang rasa sakitnya malah semakin menjadi.

Tubuhnya mulai berkeringat dingin, rasa sakit itu semakin terasa intens di bagian bawahnya seolah ada yang memaksa keluar dari sana.

"Tak mungkin secepat ini kan?"

"A-akkhh!! Da-Dais.. Suke!! Ssshh.. S-Suke!! Sakit.. " Tangannya mengepal menahan sakit, matanya melirik ke bawah dan saat itu pula Irisnya melebar.

Genangan air bercampur darah menetes dari celananya. Matanya bergerak ke sekitar, mencari sosok suaminya yang belum turun.

"Aakkhh... Dai.. Suke!!"

Nafasnya mulai tersenggal ditambah tubuhnya yang bergetar karena kesakitan.

Suara langkah kaki terdengar samar di telinganya, dia berharap itu Daisuke atau Ibunya yang datang.

"HA-HARU-NII!!! APA YANG TERJADI?!" Suara Mahiru menggema di telinganya, dia mendongak mencoba menatap sosok adiknya.

"Sa-sakit... "

Dengan tergesa pemuda cokelat itu mendekat, dia segera menyuruh Kuro untuk memanggil Daisuke dan juga menyiapkan mobil.

Suara langkah tergesa terdengar kembali menuruni tangga, Daisuke dengan segera mendatangi dapur dan menggendong tubuh Haru.

"Kalian berdua tolong bawakan tas yang ada di kamar kedua dan beritahu yang lain tentang hal ini" Daisuke segera melesat keluar, menuju mobilnya untuk membawa istrinya ke rumah sakit terdekat.

Dengan hati-hati ia mendudukkan Haru dan menyuruhnya untuk tetap terjaga, tangannya yang lain mengambil ponsel dan mengontak dokter Takao untuk mempersiapkan ruangan untuk operasi Haru.

"Su-Suke..  Sakit.. " Haru meringis kesakitan, perutnya benar-benar tak enak sekarang dan juga sakit.

Mobil milik Daisuke mulai berjalan, menyuruh HEUSC untuk membuka jalan untuk dirinya agar lebih sampai di rumah sakit.

"Remas saja lenganku Haru, jangan cengkram perutmu bahaya!" Daisuke berseru seraya menjulurkan lengannya pada Haru, satu tangannya lagi ia gunakan untuk mengemudikan setir.

Mobil itu benar-benar menguasai jalanan, tak memperhatikan satu pun rambu yang terpasang dan terus melaju dengan kecepatan penuh di jalanan.

"Ssh" Daisuke meringis kecil, fokusnya hampir saja buyar karena Haru yang tiba-tiba mencengkram kuat lengannya, bisa ia pastikan nanti akan ada ruam ungu di lengan kanannya.

"Tahan sebentar, tarik nafas lalu buang sebentar lagi kita sampai" Ujar Daisuke menenangkan, Haru mengangguk patah-patah dan mulai melakukan yang dikatakan Daisuke.

Mobilnya sudah masuk ke halaman rumah sakit dan di depan pintu utama sudah ada pasukan dokter Takao yang menanti keduanya. Mobil berhenti tepat dan dengan begitu satu petugas segera membuka dan membopong Haru berbaring di atas bangkar.

Tanpa memperdulikan mobilnya, Daisuke ikut menyusul Haru menemani sang istri yang sedang mempertaruhkan nyawanya untuk dua buah hati mereka.

Tetesan air ia hapus dari wajah manis Haru, mengatakan bahwa semua akan baik-baik saja.

"Maaf Kambe-san hanya sampai sini" Dokter Takao memperingatkan, dia segera menutup ruang operasi dan lampu pun menyala menjadi merah.

Menyisakan Daisuke sendirian di depan ruang operasi dengan baju yang berlumuran darah.

"NII-SAN!!" Kepalanya menoleh dan mendapati Suzue, Sakura, Mahiru dan Kuro yang berlari mendekat.

Ibu dari Haru itu sudah menangis sejak Mahiru memberitahunya, semua doa terus ia rapal untuk keselamatan putra dan juga cucunya.

Suzue mendekati sang kakak dan memeluknya, berusaha menenangkan batin Daisuke yang sepertinya agak down.

"Tengah lah Nii-san, percaya lah pada Haru-nii. Haru-nii itu kuat jangan pernah remehkan Haru-nii" Punggung lebar ditepuk menenangkan, beberapa ucapan penenang terus masuk ke telinga Daisuke.

"Terima kasih Suzue"

Suzue dengan perlahan melepaskan pelukannya, sebuah senyum lebar ia tunjukkan pada sang kakak. Bahu tegap di tepuk dua kali.

"Pulang lah sebentar, ganti pakaian Nii-san. Biar kami saja menjaga disini" Perintah Suzue lalu melirik pakaian Daisuke.

Daisuke menggeleng, "Aku tetap ingin disini"

Hal itu sontak membuat Suzue melotot marah, dia menunjuk bercak darah yang menempel dan memandang sang kakak dengan tatapan garang.

"Ganti sekarang Nii-san! Bagaimana jika Haru-nii tahu?! Bukan kah Haru-nii malah akan memarahi Nii-san?! Cepat ganti baju sana!" Dengan tak berperasaan tubuh sang kakak ia dorong-dorong begitu saja.

Daisuke yang sedang tak mau berdebat hanya bisa menurut, dia kemudian berjalan dan terpaksa menuruti keinginan sang adik.

"Iya iya aku pulang. Tolong jaga Haru sebentar"

"Iya, dasar posesif! Sudah sana! Sana!"











Maaf atas keterlambatan update-nya. Saya sedang berusaha membuat visualisasi kedua bayi DaiHaru >3
Part berikutnya mungkin akan lusa akan saya update karena sebentar lagi kita semua akan masuk sekolah lagi.
Saya tak bisa berjanji tapi saya akan berusaha update seperti biasa saat aktivitas sudah kembali.

Mungkin ini dulu.

See you in next chapter

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top