Bad Feeling

Fast Enough
||Kambe Daisuke x Katou Haru||
.
.
Warning: Modern AU, Typo, BxB, Yaoi, Shounen-ai, Conflict, Hurt, Crossover.
.
.
Rate: T
.
.
Fugou Keiji Balance Unlimited by
Taku Kishimoto

'Bad Feeling'

Daisuke tak tahu apa yang terjadi, sejak ia bangun tadi pagi dia sudah merasakan suatu perasaan tak enak bercongkol di hatinya.

Seperti perasaan was-was akan sesuatu tapi ia sendiri tak tahu harus was-was dengan siapa. Dan yang menjadi sosok yang ia khawatirkan adalah sosok Haru yang masih terlelap di sampingnya.

Dia menghela nafas sejenak sebelum beranjak dari ranjangnya, berniat mandi jika saja suara serak khas orang bangun tidur milik Haru tak menahannya.

"Su-ke..? Mau.. Kemana?" Tanya Haru dengan mata setengah terbuka. Dia mengenggam erat lengan baju milik Daisuke, mencegahnya tak meninggalkan dirinya sendirian.

Secara perlahan tubuhnya bangkit dan mengambil posisi duduk, mata yang masih berat ia gosok sebentar sebelum menguap kecil.

Daisuke menampakkan senyum, tangannya mengacak pelan rambut Haru yang berlanjut memberikan satu kecupan di kening pemuda itu.

"Pagi, Haru"

"Mmh.. Pagi" Haru kembali menguap, membuat air matanya berkumpul di kelopak matanya. Ketara sekali bahwa dirinya masih sangat mengantuk.

"Haru, bisa kau lepaskan aku? Aku ingin mandi" Tangannya yang masih menahan lengan Daisuke perlahan mengendur, Daisuke tersenyum puas namun senyum puas itu segera tergantikan dengan ekspresi datar saat melihat Haru yang kini malah mendekati dirinya.

Tubuh mungil itu hampir saja terjerembab ke bawah jika saja Daisuke tak segera menahan Haru. Dia benar-benar terkejut saat tadi Haru bergerak ke arahnya, untungnya ia punya refleks yang bagus membuat kekasih abu-abunya tak mencium lantai kamarnya.

"Kalau masih mengantuk, kau tidur saja" Pinta Daisuke dengan suara lembut, dia kembali menaruh tubuh Haru ke tengah ranjang. Namun pria itu malah merambat ke arah dirinya dan memeluk dirinya erat.

"Jangan tinggalkan.. Aku.. Suke" Lirih Haru seraya membenamkan wajahnya ke leher Daisuke.

Daisuke sendiri mengangkat satu alisnya saat merasakan ada yang aneh dari sikap Haru. Dia kemudian memutuskan untuk berbaring kembali di sebelah pemuda Katou tersebut. Menatap dalam diam wajah sayu yang terus menatap dirinya.

"Kau tak mau mandi?" Tanya Daisuke yang balik menatap Haru. Pemuda abu-abu menggeleng lugu lalu semakin menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Daisuke.

Senyum di wajah Daisuke terpatri begitu saja, tangannya mengelus secara pelan di punggung Haru yang masih tertutupi fabrik kain. Gestur biasa yang akan ia gunakan untuk menenangkan pemuda Katou itu agar tak terlalu kalut dengan pikirannya sendiri.

Niat yang tadi ingin ia tuntaskan kini beralih menjadi penjaga bayi besar yang ada di dekapannya. Ditatapnya lekat wajah sayu Haru yang kini ada di depan lehernya, mengusap dengan lembut rambut abu-abu itu dengan penuh kasih.

"Tak akan kubiarkan siapa pun mengambilmu dariku Haru. Kau nafas kehidupanku tak akan kubiarkan kau pergi dari sisiku. Aku akan mengikatmu di sini jika kau tak menuruti perintahku. Aku sangat mencintaimu Haru"

****

Masumi berdecak kesal, dia benar-benar tak habis pikir dengan pola pikir keluarga Fukiko yang kembali berulah di salah satu anak perusahaannya.

Tadi pagi dia baru saja mendapat kabar bahwa data dari keluarga Kambe ada yang merentas dan menyalin data itu. Dan yang membuatnya hampir mematahkan meja kerjanya adalah orang itu hanya mencuri data milik Daisuke.

Dia akan pastikan jika keluarga itu tertangkap maka kepala Fukiko Ryuu lah yang akan ia penggal pertama dan ia jadikan pajangan di atas perapian Mansion. Sementara tubuhnya akan ia berikan ke Ryousuke sebagai makan malam harimau putih milik Daisuke.

Tok
Tok
Tok

Pintu ruangannya di ketuk membuat Masumi kembali kepada kenyataan, dia menatap meja kerjanya sedikit sebelum menyuruh orang tersebut masuk.

"Masuk"

Mendapat ijin dari sang atasan, sosok pengetuk pintu itu segera masuk ke dalam. Dia membungkuk hormat kala berhadapan dengan boss besarnya.

"Apa yang kau dapat Akira?" Tanya Masumi memandang lurus pemuda gemuk tersebut.

Pemuda yang menjadi sahabat Haru serta informan kepercayaan keluarga Kambe itu mendekat dan menyerahkan beberapa lembar foto sebuah IPod miliknya ke hadapan Masumi.

"Saat ini ada satu orang lagi yang ikut mengincar Haru, Tuan. Dia juga sudah merentas data milik Haru yang ada di Jepang. Dia sering terlihat akhir-akhir ini di sekitar Mansion utama dan juga sering memandang langsung ke balkon kamar Tuan Muda Daisuke" Jelas pemuda itu tanpa kesulitan sedikitpun. Dia menatap Masumi dengan sorot berapi-api seolah sedang berjuang untuk melindungi sosok sahabatnya dari orang jahat.

Masumi melirik nya sekilas sebelum menampilkan sebuah seringai tipis. Dia kembali memperhatikan foto-foto yang berhasil di tangkap oleh Mita saat sosok yang tak di kenal itu memandang balkon kamar Daisuke.

"Aku mengerti, kau tetap lah mengawasi gerak-geriknya. Jika kau kesulitan kau bisa meminta bantuan pada Mike ataupun Hanji" Saran Masumi lalu menyimpan foto-foto tersebut sebagai bukti.

Mita mengangguk kecil, dia kembali membungkuk hormat sebelum akhrinya pamit untuk pergi.

Masumi masih memperhatikan sosok di dalam foto, entah mengapa ia merasa agak familiar dengan orang tersebut. Namun ia lupa dimana, siapa dan mengapa ia bisa bertemu dengan sosok itu.

Tapi yang jelas, ia merasa mendapatkan sebuah firasat buruk. Firasat yang sama saat istrinya kecelakaan.

Memilih menyerah, Masumi memasukkan kembali foto itu pada sebuah amplop kemudian menaruhnya di laci meja kerjanya. Sebaiknya ia segera menyuruh Daisuke untuk datang ke kantor daripada anak sulungnya itu malas-malasan di Mansion seraya bermanja mesra dengan calon istrinya.

****

Sudah sejak satu jam yang lalu Daisuke pergi ke kantor. Pemuda bersurai hitam itu memutuskan untuk pergi ke kantor saat jam makan siang usai. Untung saja Haru tak memarahi dirinya bisa bahaya nanti jika pemuda Katou itu tahu.


Sebenarnya Daisuke agak enggan meninggalkan Haru di sana sendirian ditambah perasaan tak enak yang selalu menyertainya saat dia hendak keluar rumah. Dia merasa berat hanya untuk pergi dari pekarangan Mansion luas tersebut.

Dan hal itu berbeda sekali dengan Haru, pemuda itu dengan senangnya pergi ke kamar mereka berdua dan mengambil jaket cokelat miliknya. Menyambar dompet miliknya dan segera pergi ke bawah untuk membeli beberapa barang yang menarik minatnya beberapa jam yang lalu.

Jason sebagai kepala pelayan di sana menatap heran tunangan Tuan Mudanya yang nampak sangat bersemangat itu. Dia ingin menegur pemuda itu namun kalah cepat dengan larian pemuda 22 tahun tersebut. Secepat kilat Haru berlari melewati para penjaga dan membuka pagar besar tersebut.

"Tu-Tuan Haru! Anda mau kemana? Kenapa tak meminta supir untuk mengantar?" Tegur Alex sang kepala Keamanan. Dia benar-benar terkejut saat melihat sosok Haru muncul tiba-tiba di hadapan pagar besi itu, seakan Haru tak memiliki hawa keberadaan sama sekali.

Untung saja mereka tak mengangkat senjata mereka untuk memukul Haru yang pasti akan menyebabkan 3 orang yang bertugas di pos satpam tertendang dengan tidak elit keluar Mansion.

Haru menoleh dan tersenyum ceria, "Oh! Alex! Iya aku ingin pergi sejenak ke kota dan aku memang ingin jalan kaki saja" Jawab Haru tanpa beban, dia bersikap untuk membuka gerbang itu jika saja Girga tak menahannya.

"Tunggu dulu Tuan Haru! Anda sebaiknya berhenti dan naik mobil saja agar lebih cepat sampainya. Ini perintah langsung dari Tuan Muda Daisuke untuk kami semua agar melindung Tuan Haru" Jelas Girga seraya mencekal pergelangan tangan Haru.

Haru memutar bola matanya malas, "Aku tak mau! Aku ingin berjalan hari ini!"

Alex menepuk dahinya. Mereka benar-benar dalam bahaya jika membiarkan Haru berjalan sendirian di kota besar ini.

"Tuan Haru ada baiknya Anda menaiki mobil saja. Anda masih belum mengenal baik daerah disini. Kami khawatir nanti akan ada hal tak terduga terjadi jika Tuan Haru berjalan sendirian" Ucapan dari  Belkia membuat Haru kicep sejenak. Dia memandang hamparan pepohonan yang terlihat dari balik gerbang besar itu.

Dia mengangguk kecil dan berjalan menuju pos satpam. Girga dengan cekatan segera menelpon Jack yang merupakan supir pribadi untuk Haru.

Tak lama kemudian mobil limosin berhenti di hadapan Haru, dia mendongak dan segera bangkit dari duduknya. Jack yang telah keluar sedari sontak membukakan pintu untuk Haru. Setelah di rasa pria itu baik-baik di dalam dia kemudian ikut memasuki mobil tersebut dan mulai menjalankannya.

Dia mengangguk kecil pada ketiga penjaga keamanan yang ada di pos satpam dengan raut kesal. Dalam hati Jack sudah terpingkal-pingkal melihat wajah mereka.

Mobil melaju dengan kecepatan sedang melewati sebuah hutan yang cukup lebat. Dan Haru tak pernah melewati daerah tersebut, dengan rasa penasaran tinggi ia pun bertanya pada Jack yang sedang mengemudi.

"Jack, apa kita memang beradad di jalan yang benar? Kenapa kita melewati hutan?" Tanya pemuda abu-abu itu.

Jack melirik tunangan Tuan Mudanya dengan senyum simpul, "Kita tak salah jalan Tuan. Memang ini jalan yang akan kita lalui jika menuju London bagian Barat"

Haru mengangguk-angguk kecil, dia kembali pada posisinya sembari melihat pemandangan yang tersebut di depan matanya. Hanya ada pohon-pohon yang lebat di sepanjang jalan membuat Haru sendiri menjadi bosan.

Dia baru saja akan mengecek ponselnya jika saja Jack tak mengerem mendadak. Haru yang tak siap dengan mudahnya maju ke depan membuat keningnya membentur lantai mobil.

"Itte-tte"

Ringis Haru seraya mengusap dengan lembut keningnya yang memerah.

Dia berusaha bangkit dan membuka pintu, mencoba melihat apa yang terjadi di depan sana. Namun yang terjadi adalah dirinya yang tiba-tiba berasa di dekapan pria lain.

"Tuan Haru!! Hati-hati!!" Peringatan Jack sia-sia. Haru bisa merasakan ada orang yang membekap mulu serta hidungnya dengan sarung tangannya.

Dia berusaha tak menghirupnya namun tetap saja ia tanpa sengaja menghirup aroma itu membuat dia dengan perlahan kehilangan kesadarannya yang berakhir dengan dirinya yang pingsan di dekapan seseorang yang membius dirinya.

Seseorang itu menyeringai seraya menatap wajah Haru penuh minat, dia bahkan tanpa sadar menjilat bibir bawahnya hanya karena melihat wajah Haru.

Dengan entengnya, tubuh itu ia gendong apa pengantin. Membawanya pergi menuju mobil lain yang ada di belakang mobil yang ditumpangi Haru.

Dia melirik sejenak ke arah anak buahnya yang masih menghajar sopir pribadi keluarga Kambe tersebut. Diam-diam menyeringai senang dan kembali melangkahkan kakinya memasuki mobil itu bersama Haru yang masih setia tertidur karena efek obat bius tadi.

"Kau milikku Haru~"

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top