8. Rahasia Arguby
"Semalem gue mikirin lo sampe otak gue panas."
-Ralion Arguby Permana-
Attar memutar mobilnya dengan cepat, menerjang hujan yang semakin deras. Mimik wajahnya penuh dengan kekhawatiran. Berkali-kali menelepon seseorang tetapi tak ada jawaban.
"Aish," gerutunya, kakinya menginjak pedal gas dan melaju dengan kecepatan tinggi.
Tepat sampai di pelataran SMA harapan, Attar memarkirkan mobilnya sembarang. Ia berlari menerjang hujan yang ditemani oleh suara guntur yang menggelegar. Cowok itu berlari, seragamnya sudah basah hasil lari tadi dari parkiran menuju koridor.
Tepat, Ia menabrak Alova yang masih berdiri di ambang pintu kelas. Mendapati Arguby masih menelungkupkan kepalanya ketakutan. Attar berlari dan memeluk Arguby.
"Ada gue, ada gue," ujar Attar berkali-kali, untuk menenangkan Arguby.
Isak tangis Arguby kini semakin lirih. Setelah mendengar suara Attar, dia merasa lega.
"Ayo!" Attar mencoba membantu Arguby untuk bangkit.
Arguby menarik napas dengan dalam. Ia mencoba tenang. Tapi, saat matanya menangkap sosok Alova di ambang pintu. Ia sangat terkejut. Melewati Alova yang masih terdiam tak percaya di tempatnya. Arguby melepaskan tangan Attar yang berniat untuk memapahnya. Ia berjalan lemas menuju mobil. Untungnya sekolah sudah sangat sepi.
"Arguby kenapa?" Alova bingung.
Alova memikirkan kejadian Arguby di kelas siang tadi. Ia bingung, harus bertanya dengan siapa agar tau apa yang terjadi kepada Arguby. Mr. Hans sama sekali tak menjawab saat Alova menanyakan kejadian yang menimpa Arguby tadi siang.
"Ah, Daniel!" serunya bahagia. Daniel adalah satu-satunya sahabat Arguby yang pasti tahu tentangnya. Alova mencari nama Daniel di group chat WhatsApp kelasnya.
"Ketemu," ucap Alova bersemangat.
Alova langsung mengubungi Daniel tanpa ragu. Tak lama panggilannya dijawab oleh si empunya.
"Halo, ini siapa?" Suara khas Daniel terdengar cuek.
"Ini gue, Lova."
"Lova? Lova siapa?" Daniel sepertinya tengah berpikir.
"Alova."
"Ah, Alova. Ada apa? Kok, tumben telfon gue."
"Mmm, gue cuma mau nanya. Gue pengen tahu tentang Arguby."
"Heh. Kenapa? Kenapa tiba-tiba lo pengen tahu tentang dia?" Daniel kini mulai penasaran.
"Besok aja, gue ceritain."
"Ada apaan, sih? Ada masalah?"
"Enggak kok, besok kalau kita ketemu di atap gimana?"
"Oke." Daniel mengiyakan.
Arguby lagi-lagi mengubah posisi tidurnya. Matanya sudah tertutup namun otaknya masih memikirkan sesuatu.
"Aish," gerutunya lalu mengubah posisinya menjadi duduk. "Kenapa tuh cewek harus lihat, sih!" Arguby terlihat kesal. Ia menggaruk kepalanya yang tak gatal.
Netranya melirik jam dinding yang terpasang manis tepat di samping pintu kamarnya. Sudah pukul dua pagi belum juga dirinya tertidur.
****
Alova berjalan cepat mengikuti langkah Daniel. Bahkan jam pelajaran belum dimulai, tetapi kedua siswa itu lebih memilih atap dibanding ruang kelasnya. Arguby, dia mengabarkan pada Daniel bahwa dirinya tak masuk hari ini. Membuat seorang Alova semakin cemas dengan keadaannya.
"Serius? Tuh orang nggak kenapa-kenapa?" Mendengar pertanyaan Alova yang mungkin sudah kesepuluh kali, Daniel berhenti, mengurungkan niatnya untuk membuka pintu atap.
"Iya," jawabnya singkat.
Alova masih belum percaya dengan jawaban singkat Daniel. Pasalnya, Alova sangat terkejut saat mendengar Arguby tak masuk, membuat Daniel semakin penasaran dengan hubungan keduanya. Daniel mengambil posisi duduk di bangku panjang, dan diikuti oleh Alova.
"Sebenernya ada apaan, sih?" Daniel penasaran.
"Jadi, kemarin gue liat Arguby ketakutan gitu di kelas pas ujan." Alova mencoba menjelaskan.
"Heh." Daniel kaget, tetapi ia langsung menyembunyikan rasa kagetnya.
"Apa dia takut hujan? Atau terjadi sesuatu sama keluarganya?" selidik Alova.
Daniel tertawa, ia terlihat gugup, namun lagi-lagi menyembunyikannya.
"Cowok kayak dia takut ujan? Emang dia anak kecil?" Daniel berucap lalu kembali tertawa. "Nggak usah aneh-aneh, dia normal, kok."
"Tapi, jelas banget kalo dia ketakutan."
"Alova cantik, sejak kapan lo kepo sama Arguby? Lo suka sama dia?" Daniel mengalihkan pembicaraannya.
"Apaan, sih. Ya enggak lah, jelas enggak."
Daniel tersenyum tipis.
***
Langit sore masih begitu cerah. Padahal bulan ini masih masuk dalam musim penghujan. Alova berjalan menuju halte sekolah yang sudah sangat sepi. Langkahnya terhenti ketika ponsel yang berada di dalam tasnya berbunyi. Cewek cantik itu segera mengambilnya dan sebuah nomor tak dikenal memanggilnya via suara.
"Siapa?" tanyanya penasaran. Nomor ponsel miliknya hanya diketahui oleh Hans
"Halo," jawab Alova ragu.
"Temui gue di kafe Kenanga." Suara seorang laki-laki membuat Alova bingung. Bukan Hans, Alova melihat layar ponselnya lagi. Ia ingat pemilik suara dingin itu.
"Arguby?" tanyanya memastikan setelah mendekatkan kembali ponsel dengan telinganya.
"Jam lima, nggak pake telat!"
Sambungan telepon terputus. Alova bingung.
"Apaan sih tuh cowok. Nggak jelas banget." Alova menggelengkan kepala dan kembali berjalan.
💦💦💦
Everybody hurts sometimes
Everybody hurts someday, ayu ayy
But everything gon' be alright
Go and raise a glass and say, ayy
-----
Lagu Maroon 5 berjudul memories mengalun indah menemani sore di sebuah kafe. Lagi-lagi Arguby melirik arloji di tangan kirinya. Sudah hampir jam lima, namun orang yang ditunggunya belum juga muncul.
"Aish," gerutunya kesal. Mengambil kunci mobil dan ponselnya yang diletakkan di atas meja yang masih bersih tanpa makanan dan minuman. Ia berdiri, tapi mengurungkan niatnya untuk melangkah ketika mata elangnya menangkap sosok yang sedang ia tunggu. Arguby menghela napas kasar. Kembali duduk dengan raut wajah kesalnya.
"Lama banget, sih!" Arguby membuka suara ketika Alova sudah di depannya.
"Belum juga telat. Masih jam lima kurang dua menit," protes Alova kesal.
"Eh, kalo gue bilang janjian jam lima, itu artinya lo harus dateng jam setengah lima."
"Cowok aneh." Alova mengambil sebuah menu di depannya. Namun, cowok di depannya mengambil alih menu itu.
"Ih, apaan sih." Alova kesal. Ia membuang pandangannya.
"Kemarin, yang lo liat di sekolah, tolong lupain." Ucapan Arguby setengah memohon. Mata Alova beralih, memandang Arguby penuh pertanyaan.
"Gue minta, lupain semua yang lo liat kemarin."
Alova menahan tawa, membuat Arguby merasa Alova menghinanya.
"Kenapa ketawa? Lucu?" ucap Arguby jengkel.
"Iya, kamu jauh-jauh manggil gue ke sini, cuma buat ngomong itu? Nggak salah?"
"Tentang misi terakhir, apa itu?" Pertanyaan Arguby membuat senyum Alova memudar.
"Misi terakhir? Maksud lo apa?"
Arguby tersenyum sinis. "Udah lah, nggak usah pura-pura bego. Gue tau satu rahasia tentang lo," ujarnya tegas.
"Oke, oke, gue bakal ngerahasiain masalah kemarin. Asal lo juga jaga mulut, jangan sampe ada yang tau."
Arguby tersenyum tipis. Ia menatap Alova penuh selidik. Semakin penasaran tentang cewek di depannya.
***
Arguby berjalan melewati puluhan pasang mata yang kini menatap dirinya tak percaya. Bahkan kupingnya mendengar samar-samar apa yang tengah dibicarakan siswa di sekolah.
"Ternyata dia sodaraan sama Attar." Ucapan itulah yang membuat Arguby menghentikan langkahnya. Dan menatap segerombolan siswa yang pagi itu tengah bergibah di koridor.
Cowok itu mencoba menahan emosinya, kembali melangkah menuju kelasnya.
Sesampainya di lantai dua. Belum sempat ia masuk ke kelas, orang yang ada di dalam pikirannya muncul, Alova.
Arguby mencengkeram lengan Alova dan menariknya ke atap. Tentu saja cewek mungil seperti Alova kesakitan, dan terkejut dengan perlakuan Arguby pagi itu.
"Apaan, sih!" gumam Alova mencoba melepaskan tangan Arguby. "Lepasin!"
Sepasang mata melihatnya dengan tatapan sinis, dan senyum liciknya terukir di bibir berwarna pink milik Bella.
"Arguby!" seru Alova berhasil melepaskan tangan besar cowok yang menyeretnya, saat sudah sampai di atap. Arguby menatap Alova kesal.
"Maksud lo apa? Hah!" teriak Arguby.
"Apaan?" Alova masih tak mengerti dengan sikap Arguby.
"Oke, lo mau rahasiain masalah kemarin, tapi lo ngebongkar rahasia kalo gue sodaraan sama Attar!"
"Enggak, gue sama sekali nggak ngebongkar apa-apa tentang lo," jawab Alova tegas.
"Heh." Arguby mendekat ke arah Alova. "Cuma lo di sini yang tau kalo gue sodaraan sama Attar," ucap Arguby.
"Daniel, bagaimana dengan cowok itu? Dia tau kalo kamu sodaraan sama Attar," ujar Alova.
Arguby tersenyum sinis. "Lo emang ya, cari perhatian mulu di depan gue. Inget, satu rahasia lo masih gue pegang." Arguby meninggalkan Alova di atap.
Cewek itu menghela napas lega.
Setelah beredar kabar bahwa Arguby adalah saudara kandung Attar. Langsung, cewek seantero sekolah berbondong-bondong mencari perhatian Arguby. Terlebih, mengetahui Arguby adalah anak dari pemilik sekolah itu. Bella, langsung gencar mendapatkan perhatian Arguby, dengan mendatanginya ke dalam kelas. Attar, cowok itu tak terlihat sama sekali di sekolah. Saat para siswa ingin mendapatkan konfirmasi tentang statusnya sebagai kakak dari Arguby.
Arguby menghela napas berat. Memejamkan matanya saat sudah berada di atap. Benar, kehidupannya berubah seratus delapan puluh derajat, yang awalnya tenang, hening dan juga damai, kini merasa terganggu karena perlakuan cewek sekolah yang mendekatinya.
"Menurut gue, nggak mungkin Alova yang nyebarin hubungan lo sama Attar." Suara Daniel berhasil membuka mata Arguby.
"Terus siapa? Lo?" tuduh Arguby.
"Ya enggak juga. Alova bisa dipercaya, kok."
"Lo belain dia mulu. Suka?"
"Bukan itu." Tiba-tiba Daniel gugup. "Aish, ngomong sama lo tuh susah."
Arguby menatap langit siang itu yang tak terlalu cerah. Otaknya seakan tengah berputar memikirkan cara supaya kehidupannya di sekolah kembali normal.
"Terus, kalo bukan tuh cewek, siapa lagi?" Ucapan Arguby membuat Daniel mendekat dan duduk di sampingnya.
"Gue bakal cari tau, siapa yang nyebarin tuh gosip."
Arguby menghela napas. Menatap sahabatnya tak percaya.
Sudah seminggu ini Arguby benar-benar terganggu akan sikap Bella. Cewek itu benar-benar mengejar cintanya, sampai terus menemuinya di kelas, kantin bahkan atap, yang notabene tepat paling sakral bagi Arguby.
Hubungan Arguby dan Alova menjauh, walaupun Daniel sudah membantu Alova menjelaskannya pada Arguby, namun cowok itu tetap kesal terhadap Alova.
Setiap Alova mengajak Arguby berbicara, selalu saja Arguby tak mempedulikannya.
Bel istirahat berbunyi. Daniel berencana akan mengajak Arguby dan Alova ke atap untuk berbaikan. Namun, Arguby menolak. Ia beralibi ingin tetap di kelas. Alova pun lebih memilih kantin sebagai tempat menghabiskan waktu istirahat. Daniel pasrah, cowok itu lantas hanya duduk bersama siswa cowok lain di halaman sekolah, duduk di bawah pohon rindang agar tak berinteraksi langsung dengan sinar matahari.
Netra Daniel melihat sosok Arguby, setelah identitasnya terbongkar, banyak cewek yang mengikutinya diam-diam. Kini mata Daniel menangkap sosok Bella yang berlari ke arah Arguby.
Arguby semakin dekat dengan keberadaan Daniel, bahkan kini langkahnya sejajar dengan cewek berambut pirang itu.
Daniel melambaikan tangan, Arguby hanya menatapnya lurus, membuat sahabatnya itu bingung.
Pemandangan tak terduga tercipta saat kedatangan Alova. Arguby dengan cepat memegang tangan cewek itu, siswa yang menyaksikannya bingung.
"Arguby apaan, sih," pekik Alova lirih.
Arguby tersenyum, entah senyum apa yang ia tebar kepada Alova. Senyum manis yang tak biasa, senyum yang tergambar penuh ancaman di sana.
"Apaan?" bisik Alova lirih. Siswa lain tertarik, mereka berkerumun menyaksikan pemandangan itu. Siswa perempuan mulai berkasak-kusuk membicarakan keduanya.
"Arguby, ada apaan?" Suara Daniel sama sekali tak membuat Arguby menoleh.
"Gue suka sama lo," ujar Arguby tiba-tiba. Langsung bergibah semua penonton yang ada di TKP. Mereka tak menyangka bahwa Arguby mengatakan hal itu, terlebih kepada anak baru.
"Apa?" Alova kaget, bingung, dan juga ragu.
Arguby menoleh. "Mulai hari ini, besok dan selamanya, lo jadi pacar gue." Pegangan tangan Arguby kini berubah, cowok itu mengaitkan telapak tangannya dengan telapak tangan mungil milik Alova. Tersenyum manis kepada cewek yang masih terlihat bingung di depannya.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top