7. Fakta Arguby

" Lo tuh aneh, lo cuek, lo nyebelin dan nggak biasanya lo ngurusin urusan orang!"

- Alova-

[]

Langit siang itu tak terlalu cerah. Bahkan hembusan angin seolah mengabarkan akan turunnya hujan. Alova terus menggerakkan kakinya mondar-mandir, entah apa yang sedang dipikirkannya. Angin membelai rambut perempuan itu dengan bebasnya.

"Ini nggak bisa, gue harus segera selesein misi. Gue hanya punya waktu lima bulan lagi, benar kata Hans, gue harus jauhi Arguby."

Panjang umur, orang yang sedang dipikirkannya muncul dari balik pintu. Tanpa disadari oleh Alova yang masih berbicara sendiri.

"Apa? Pacar? Orang nyebelin kayak dia ngaku-ngaku jadi pacar gue? Oh my God," ucapnya sedikit kesal. "Nggak kayak biasanya, cuek, nggak peduli. Tiba-tiba datang mau menggagalkan misi gue," gerutunya.

Arguby mendengarnya, kuping yang masih waras membuatnya mendengar semua perkataan Alova.
Ia perlahan berjalan menuju bangku panjang dan duduk di sana. Menyilang kan tangan di depan dada bidangnya. Matanya masih menatap Alova yang belum menyadari keberadaan dirinya.

"Aish," ucap Alova gusar. "Pasti Hans bakal kecewa banget, gue harus menemui pria kemarin, dia baik. Pasti dia bisa membantu misi terakhir gue," ucap Alova.

Perempuan itu mengedarkan pandangannya, terkejut mendapati Arguby tengah memperhatikannya.

"Se__sejak kapan lo di situ?" tanyanya ragu.

"Baru," jawabnya singkat dan ketus.

Mata Alova menyelidik. Mencari kebenaran yang terlontar dari mulut si cowok es batu.

"Apa?" Arguby menantang Alova.

"Yakin? Baru di situ?" Alova berjalan menuju Arguby. Duduk di sampingnya dengan tatapan tajam.

"Terus kenapa kalo dari tadi?" ujar Arguby kesal.

"Berarti lo denger dong, setiap kata yang gue omongin," jelas Alova tegas.

"Iya," jawab Arguby singkat.

Alova membulatkan matanya tak percaya.

"Dan semua yang lo omongin itu, nggak jelas dan nggak penting buat gue!" Arguby menekankan ucapannya.

"Guby!" ucapnya kesal.

Arguby tersenyum sinis.

"Cowok aneh! Lo nggak minta maaf ke gue masalah kemarin?"

Arguby menatap Alova bingung.

___

-Kemarin sore,

Fillmore coffee, Kuningan-Jakarta Selatan.

Arguby duduk di samping Alova dengan didepannya adalah laki-laki berusia sekitar tiga puluh lima tahun. Berjas dan dasi yang melilit di lehernya.
Arguby menatap aneh laki-laki itu. Bagaimana bisa laki-laki dewasa memacari anak remaja, pikirnya.

"Kamu siapa?" tanya laki-laki itu menatap Arguby bingung.

"Ah, gue? Pacarnya dia." Arguby menunjuk Alova tepat di samping kepalanya.

"Heh. Pacar?" laki-laki itu bingung, "Kamu masih SMA, kan?"

"Kenapa? Emang nggak boleh, anak SMA pacaran?" ujar Arguby sinis.

"Guby ," bisik Alova.

Mata Arguby melotot melihat Alova berusaha membuatnya diam.
Alova tersenyum kepada laki-laki itu.

"Nanti kita lanjut aja, aku harus ngurus anak ini." Alova memegang tangan Arguby sangat kuat.

"Aish," gerutu Arguby. "Sakit."

"Nanti aku hubungi kamu lagi, oke." Alova menyeret Arguby paksa. Arguby tersenyum sinis. Melepaskan tangan Biru saat sudah berada di tempat parkir kafe.

"Lo apa-apaan sih?" Mata Alova mengedar, Ia takut melihat laki-laki yang baru ditemuinya datang.

Alova tersenyum miris. "Nggak ada kerjaan ya, sampai harus gangguin urusan gue," ucap Alova kesal.

Arguby membalas dengan senyum sinis.

"Lo tuh aneh, lo cuek, lo nyebelin dan nggak biasanya lo ngurusin urusan orang!"

"Lo tuh yang aneh," ucap Arguby, meninggalkan Alova dan berjalan menuju motor gedenya.

Alova benar-benar kesal sore itu.

____

"Ngapain gue minta maaf," ujar Arguby.

"Ish," gerutu Alova kesal.

Alova memilih pergi, Ia takut jika terus bersama Arguby akan emosi karena kelakuan cowok itu.
Arguby seorang diri menikmati sepi di atap sekolah. Berbaring dan menutup matanya, tetapi tak tidur.
Tiba-tiba seseorang mengusik ketenangannya.

"Hai, Ternyata kamu di sini," ucap seorang cewek dengan gaya genitnya.

Arguby segera menoleh, tatapannya yang tajam membuat cewek yang datang mendekatinya berhenti.

"Santai aja, sih." Bella tersenyum genit.

Arguby mengubah posisinya menjadi duduk. Wajahnya kesal.

"Enak juga di atap, sayangnya nggak boleh dijamah siapapun, selain seorang Arguby dan Daniel." Bella terus berucap. Kini duduk di samping Arguby.

"Mau apa lo?" tanya Arguby ketus.

"Cuma pengen ketemu lo aja, di sini," jawab Bella lalu tersenyum.

Keduanya terdiam. Tingkat kekesalan Arguby hampir mendidih. Tetapi, cewek di sampingnya seolah sengaja mendekat ke arah Arguby.

"Gue udah tau banyak tentang lo, dari Danis." Bella berujar. Arguby mencoba tenang.

"Lo tuh beda dari cowok kebanyakan. Gue suka," ucap Bella genit.

Arguby tersenyum sinis. " Lo tau apa tentang gue? Si diktator yang selalu nge-bully orang?" ucap Arguby sinis.

"Bebas kali, orang kayak lo nge-bully orang. Sarkas, arogan, gue suka apalagi kaya."

Arguby menoleh, menatap tajam cewek di sampingnya. Bella mengangguk dan tersenyum. Cowok itu tersenyum sinis, lalu bangkit dari duduknya.

"Aneh lo." Arguby menjauh dari Belka dan pergi dari atap.

__

Attar duduk di bangku kantin bersama teman-temannya. Hari itu kantin cukup ramai. Cewek-cewek yang ada di sekitar Attar mulai bergibah, membicarakan ketampanannya hari itu.

"Jadi, weekend kita ke mana?" celetuk Gery yang duduk di samping Attar.

"Jadi, ngadain party. Gue bakal siapin semuanya." Cowok bernametag Haikal Gabriel menimpali dengan semangat.

Attar tersenyum dan mengangguk. Matanya mengedarkan pandangan pada seluruh area kantin. Mendapati sosok cewek yang berjalan dengan muka murung, dia adalah Alova.

"Siapa itu?" tanya Attar. Matanya tak lepas dari Alova.

Sontak semua teman-temannya mengalihkan pandangan ke arah yang sama.

"Denger-denger anak baru, dan Bella cari masalah sama dia," ungkap Haikal.

"Bella? Anak kelas sebelas?" tanya Attar.

Haikal menjawabnya dengan anggukan kepala. Netra coklat Attar kini tertarik dengan sosok Arguby dan Daniel yang mengejar Alova. Walaupun Arguby berjalan santai dan terlihat sangat cuek, tetapi terlihat Daniel menggoda Alova dan disambut dengan senyuman oleh gadis itu. Attar tersenyum simpul.

___

Wajah Arguby terlihat sangat kesal. Bagaimana tidak, Daniel terus menggoda Alova bahkan ketika sudah berada di meja kantin. Benar, Arguby terpaksa mengikuti Daniel yang ingin duduk bersama Alova. Arguby meletakan minuman kalengnya dengan sedikit keras. Membuat Daniel dan Alova menoleh ke arahnya.

"Lo gila?" tanya Arguby kesal pada Daniel.

"Jangan didengerin, dia yang gila." Arguby hanya sekilas mengalihkan pandangannya, lalu kembali menatap Alova.

"Gue pergi!" gumam Arguby kesal. Ia bangkit dan benar-benar pergi meninggalkan kedua teman sekelasnya. Mata Alova mengikuti langkah Arguby, hingga cowok itu menghilang dari balik pintu kantin.

Alova menghela napas pelan. "Dia tempramental banget, ya?" tanyanya pada Daniel.

"Sedikit," jawab Daniel lalu tersenyum.

Hujan sepertinya akan turun. Terlihat dari awan yang mengabarkan dengan warna abu-abunya. Kegiatan belajar mengajar masih berlangsung. Arguby, seperti biasa anak laki-laki itu selalu tertidur di pelajaran terakhir. Bukan karena bodoh, tetapi rasa malasnya sudah menjalar layaknya virus yang sedang menjadi trading topik di negara ini.

***

"Gue duluan," ujar Daniel. Setelah bel pulang berbunyi, Daniel segera membereskan buku di atas mejanya. Berbeda dengan Arguby, masih malas bahkan hanya terdiam memandang langit yang mulai gelap.

"Jangan kesorean pulangnya." Daniel menepuk bahu Arguby, dijawab anggukan oleh cowok itu. Daniel pun pergi meninggalkan ruang kelas.

Ruang kelas sudah sepi, sudah tradisi jika bel berbunyi, tanpa diperintah semua siswa akan mengeluarkan kekuatan teleportasinya. Arguby menggendong tas miliknya. Bangun dari posisinya dan berjalan meninggalkan kelas. Baru beberapa langkah, hujan turun bersama angin dan petir, membuat Arguby ketakutan. Hujan turun sangat deras. Arguby terduduk lemas. Tubuhnya bergetar hebat, Ia ketakutan. Menutup kedua telinganya, matanya dipejamkan. Arguby ketakutan.

Kenangan masa lalunya kembali menghantui pikirannya. Membuat dirinya kini berhalusinasi dan rasa takut menyerangnya. Sepasang mata tengah memperhatikannya dengan aneh dan juga khawatir. Pemilik mata hazel yang sedari tadi berdiri di ambang pintu kelas menatap bingung ke arah Arguby yang tak berdaya, dialah Alova.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top