6. Menyebalkan
"Gue nggak suka ada orang yang cari tahu rahasia gue."
-Ralion Arguby Permana-
°°
Arguby melangkahkan kakinya menuju atap sekolah tanpa sepatah katapun. Alova benar-benar mengikutinya setelah tadi cowok itu menarik lengannya dengan kasar. Tanpa protes, Alova terus berjalan menuju atap. Sepasang mata Mr. Hans menangkap keduanya tanpa diketahui oleh Arguby maupun Alova.
Arguby menghentikan langkahnya ketika sudah berada di atap. Memastikan tak ada orang selain dia dan Alova.
"Kenapa?" tanya Alova ragu.
Arguby mendengkus, matanya terpejam. Otaknya berpikir, memikirkan apa yang harus ia katakan. Sepersekian detik matanya kembali terbuka dan seperti meminta jawaban dari seorang Alova.
"Apa?" Lagi-lagi Alova bertanya.
"Maksud lo apa? Antara gue sama Attar."
"Kalian saudara," jawab Alova dengan polosnya.
"Apa?" Arguby tak percaya, "Gue nggak suka ada orang yang cari tahu rahasia gue!" ucapnya dengan nada tinggi.
Alova tersenyum lalu berkata, "Tenang aja, cuma gue yang tau di sekolah ini."
"Lo? Siapa lo? Tau semua tentang gue?"
"Lo anak dari pemilik yayasan ini," jawab Alova datar.
Arguby menanggapi jawaban Alova dengan hanya tertawa.
"Lo gila." Hanya itu yang keluar dari mulut cowok berwajah tampan itu.
Satu-satunya orang yang harus mempertanggung jawabkan adalah Daniel. Arguby menebak bahwa Daniel yang memberi tahunya.
"Lanjutin aja pikiran ngaco lo itu," ucap Arguby lalu meninggalkan Alova sendirian di atap.
"Aish," gerutu Alova kesal setelah Arguby pergi. "Tinggal jawab iya aja susahnya minta ampun."
Alova mengambil posisi duduk di bangku lusuh panjang, yang biasa digunakan Arguby untuk berbaring.
"Cowok aneh, nyebelin banget!" Lagi-lagi Ia menggerutu.
___
Untungnya, netra Arguby menagkap sosok Daniel lebih cepat. Mungkin jika dia mencari keberadaan sahabatnya itu lebih lama, dia akan bertambah kesal. Daniel masih berada di tempatnya, berdiri di depan kelas memandang lapangan basket yang kini sudah benar-benar riuh dengan teriakan para siswa perempuan.
"Lo suka sama cewek itu?" tanya Arguby tiba-tiba. Daniel menoleh bingung, mencerna maksud ucapan Arguby.
"Maksud lo? Alova?" Daniel balik bertanya.
Arguby tak menjawab, wajahnya terlihat sangat kesal.
"Dia cewek aneh," ucap Daniel lalu tersenyum. "Tapi, gue suka kalo lagi sama dia."
Arguby langsung menatap Daniel tak percaya. Sahabatnya tengah tersenyum menatap ratusan siswa di lapangan basket.
"Lo juga aneh," ucap Arguby. "Lo suka sama dia. Bukan berarti lo ngebongkar rahasia gue, kan?"
Kini Daniel sedikit bingung. Ia menoleh ke arah Arguby
"Rahasia? Maksud lo?"
"Antara gue sama Attar," jawab Arguby tegas.
"Heh." Daniel kaget, dia tertawa. "Maksud lo, gue ngomong ke Alova kalo lo sama Kak Attar sodara?" tanya Daniel memastikan. " Gue pria sejati, Bro. Rahasia yang gue pegang selalu aman."
"Alah, pria sejati. Bocah ingusan kayak lo disamain sama pria sejati."
Daniel tersenyum menanggapi ucapan Arguby.
"Tapi, serius bukan gue yang ngomong," ucap Arguby.
Arguby menghelakan napas pelan.
💦💦💦💦
Alova menjatuhkan tubuhnya di atas sofa panjang di depan layar TV flat berukuran besar. Seragam sekolah masih membalut tubuh mungilnya, bahkan sepatu masih menutupi bagian telapak kakinya.
"Aneh banget, emang hubungannya dengan Attar kenapa? Sampe harus dirahasiakan," ujar Alova.
Baru saja Alova ingin memejamkan matanya, Ia mendengar bel pintu apartemennya berbunyi. Dia menghela napas, dengan malas berjalan menuju pintu.
"Aku sudah bilang, jangan dekat-dekat sama Arguby." Mr. Hans langsung mengoceh setelah pintu terbuka.
"Duduk dulu, minum. Baru ngomel," ujar Alova mengikuti langkah Hans dari belakang, "Kenapa?" Alova seperti meminta jawaban, kenapa Hans datang dengan muka kesalnya.
"Lova, sudah aku bilang, jauhi Arguby!" pintanya memohon.
Alova mengangguk. "Tapi kenapa? Kenapa harus dia?"
Hans menggelengkan kepala pelan.
"Aku hanya nggak suka, kamu deket sama dia. Cowok itu terlalu bahaya buat kamu," ujarnya datar.
Alova mengangkat bahu tak mengerti, mengambil posisi duduk di samping Hans.
"Oh ya, hari ini kamu ketemu sama Zyan. Dia laki-laki baik, Buat dia jatuh cinta sama kamu," ucap Hans yakin.
"Kencan lagi?" Alova menghela napas berat.
"Supaya misi kamu cepat selesai. Kita bisa kembali ke kayangan," kata Hans pasrah.
"Aku mengerti. Oke, aku akan menemui laki-laki itu nanti sore." Alova setuju.
Keduanya terdiam. Alova mengambil ponsel yang berada di dalam tasnya. Membuka layar kunci, entah apa yang akan dicarinya di sana.
"Apa kamu bahagia di sini?" Pertanyaan Hans berhasil mengalihkan pandangan Alova dari gawai di tangannya.
"Kenapa?" Alova menatapnya nanar. "Sama sekali nggak, udah tiga ratus tahun aku hidup sendiri, berjuang sendiri, bahkan hidup dengan cara yang tidak halal. Menipu, bertemu orang yang aku sayang dan harus menghadapi perpisahan dengan mereka. Aku benci itu." Pandangan Alova menerawang. "Aku sendirian, aku kesepian. Bahkan kini aku harus menjadi anak remaja, karena nggak ada perusahaan yang mau mempekerjakanku."
Hans mengangguk mengerti, kini matanya sudah menatap Alova dengan belas kasihan.
"Maafkan aku," ucapnya lirih.
Alova menggelengkan kepalanya.
"Bukan salah kamu aku ada di dunia ini," ucap Alova datar.
"Sampai kapan pun, aku akan selalu ada di samping kamu," ucapnya.
Alova mengangguk sebagai jawaban.
°°
Arguby menatap langit sore dari balkon kamarnya. Langit yang saat itu masih cerah. Ponsel miliknya berdering, Arguby pun menoleh ke arah meja yang letaknya tepat di balik jendela kaca kamarnya. Ia berjalan masuk dan meraih ponsel miliknya.
Tanpa basa-basi, Arguby menyeret tombol hijau untuk menjawab panggilan itu.
"Iya, bentar lagi gue jalan," jawabnya.
Sore ini dirinya memiliki janji dengan Daniel di tempat futsal. Arguby keluar dari kamarnya, menuruni anak tangga. Mendapati Attar sedang sibuk bermain game di depan layar flat berukuran besar di ruang keluarganya.
"Mau kemana?" Sania yang merupakan ibu dari Attar dan Arguby kini penasaran. Pasalnya tak seperti biasa Arguby keluar saat sudah berada di kamarnya.
"Mau ketemu Daniel," jawabnya ketus.
"Jangan malem-malem pulangnya," ujar Sania lembut.
Arguby hanya tersenyum sinis. Sejak kapan mama peduli sama anak-anaknya? Pikirnya.
Attar menoleh sebentar, matanya mengikuti langkah Arguby sampai hilang dibalik lemari besar menuju pintu utama.
Arguby mengambil motor gede keluaran terbaru. Motor yang dibelikan oleh papanya saat ulang tahun lima bulan yang lalu.
Setelah mengenakan helm dan menunggangi motor gedenya, Ia langsung melajukan motornya meninggalkan pelataran rumah bernuansa putih itu. Hampir dua puluh lima menit, akhirnya dia sampai di tempat yang sudah dijanjikan.
Matanya langsung menangkap sosok Daniel setelah Ia melepas helm kesayangannya. Terlihat Daniel melambaikan tangan ke arahnya, Arguby juga membalas dengan mengangkat satu tangannya. Memarkirkan motor diantara motor-motor yang sudah berbaris rapi.
Arguby berjalan ke arah Daniel sembari merapikan rambutnya yang sedikit berantakan, efek penggunaan helm sport yang terlalu pas di kepalanya.
"Thank's udah dateng," ucap Daniel, lalu melakukan tos persahabatan mereka.
"Ini waktu gue yang berharga, jadi jangan sampe kebuang sia-sia." Arguby berucap tegas.
"Iya, tenang aja sih," jawab Daniel lalu berjalan masuk ke gedung futsal.
Pasalnya hari ini adalah pertandingan futsal pertama Daniel. Setelah berhasil masuk ke dalam klub futsal di sekolah, Ia dipercaya sebagai penjaga gawang.
"Lyra juga dateng, baek-baek sama dia." Daniel terus berjalan. Langkah Arguby terhenti. Daniel merasakannya, menoleh ke arah sahabatnya. Itu tanda bahwa Arguby tak menyukai Lyra.
Arguby tak ingin bertemu dengan Lyra, Daniel yakin itu.
"Sorry, dia maksa buat dateng, katanya pengen ketemu lo. Dia suka kalo lagi ngobrol sama lo," ucap Daniel.
"Please, kali ini aja. Gue janji abis ini kalian nggak bakal ketemu lagi."
Kata-kata Daniel berhasil membuat Arguby kembali melangkah. Benar, Daniel akan memegang ucapannya, dia tak pernah ingkar. Selama Ia bersahabat dengan Arguby, selalu menepati apa yang dia ucapkan.
Pertandingan di mulai, sorak para supporter kini membuat gendang telinga Arguby hampir pecah. Cowok itu sudah berdiri tepat di samping Lyra.
"Sorry, gue mau keluar aja," ujar Arguby sedikit meninggikan suaranya.
"Tapi___" Lyra berusaha mencegah. Namun, Arguby sudah berjalan meninggalkan tempat futsal itu dengan cepat. Lyra pasrah.
Arguby bisa bernapas lega. Ia lebih memilih duduk di taman yang berada tepat di samping tempat futsal. Sepi, membuat hatinya damai. Arguby melirik jam tangannya. Waktu menunjukan pukul lima sore.
Cowok itu memutuskan untuk pergi dari area itu. Pertandingan akan selesai pada jam lima lewat tiga puluh menit. Arguby hanya harus memberi kabar kepada Daniel agar dia tak mencarinya.
Arguby melajukan motornya dengan kencang. Melewati jalanan, yang sore itu cukup lengang dari keramaian. Karena bukan jalanan utama, jadi hanya beberapa mobil saja yang melintas. Setelah berjalan lebih dari lima belas menit. Ia memarkirkan motornya di sebuah kafe. Kafe langganannya.
Arguby masuk dan mulai memesan minuman, berdiri di depan meja pemesanan sembari menunggu pesanannya. Mengedarkan pandangan keseluruh penjuru kafe. Menangkap objek menarik. Pemandangan yang tak biasa ia lihat.
Ia tersenyum sinis, mendapati siswa baru di sekolahnya sedang duduk bersama laki-laki berbalut jas warna hitam. Dialah Alova, tengah tersenyum kepada laki-laki di depannya.
Entah apa yang merasuki Arguby. Setelah mendapat pesanannya. Ia berjalan menuju meja di mana Alova duduk.
"Ternyata lo di sini," ucap Arguby mengambil posisi duduk di sebelah Alova.
Alova bingung, dan kaget. Mendapati Arguby yang menyebalkan ada di sampingnya.
"Ngapain lo di sini?" tanya Alova ragu.
Arguby memandang laki-laki di depan Alova dengan teliti.
"Lo pergi deh, gue lagi ada urusan." Alova berbisik kepada Arguby.
"Ternyata bener kata Bella. Cewek gatel, maunya deket-deket sama cowok," ucap Arguby ketus.
"Heh." Alova kaget.
BERSAMBUNG ....
Ralion Arguby Permana (Jeon Jungkook)
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top