29. Alova Pergi
Sudah satu minggu, Alova tak tampak di sekolah. Arguby diam-diam mencarinya tanpa sepengetahuan Daniel.
"Lo serius? Nggak mau cari dia?" Daniel berkata kesal karena Arguby hanya duduk diam di kelas. Daniel tak mengetahui jika sepulang sekolah Arguby mencari Alova hingga malam.
"Udah lah, dia udah pergi. Biarin aja." Arguby terus menatap jendela kelas.
"Seenggaknya lo cari. Dia emang nggak bisa lo lindungi, tapi dia perempuan!"
"Niel, dia punya kekuatan, jadi biarin aja." Ucapan Arguby setengah berbisik.
Daniel mendengkus kesal.
Pulang sekolah, Arguby menemui Hans di kantor. Hans sama sekali tak menjawabnya, hingga Arguby terus mengikutinya. Ia yakin Hans tau keberadaan Alova.
"Demi Tuhan, aku nggak tau keberadaan Alova," ujar Hans tegas.
"Kalian berteman, nggak mungkin nggak saling komunikasi," desak Arguby.
___
Dengan bantuan Attar dan Daniel, Arguby mencari Alova. Di setiap sudut tempat ia masuki, namun nihil. Alova tak ditemukan di manapun. Arguby tampak sangat frustasi dengan menghilangnya Alova.
"Apa lo tau? Tempat rahasia yang disukai Alova?" tanya Attar pada kesempatan saat mereka tengah berkumpul untuk merencanakan sesuatu dalam hal pencarian Alova.
Arguby menggeleng pelan. "Yang gue tau cuma apartemennya. Bukit, nggak mungkin dia di sana sampai berminggu-minggu."
Attar mengangguk mengerti.
"Ah, gimana kalo lo ikutin terus Mr. Hans, dengan cara diam-diam." Daniel mengeluarkan ide briliannya.
Arguby memikirkan kata-kata Daniel, lalu akhirnya mengangguk.
"Oke, dia pasti tahu keberadaan Alova. Dia yang selama ini melarang hubungan kita, dia juga yang ingin Alova kembali ke dunianya." Tekad Arguby bulat.
[[]]
Arguby terus mengawasi gerak-gerik Hans. Entah itu di sekolah ataupun di luar sekolah. Di sekolah ia dibantu oleh Attar dan Daniel. Tetapi jika di luar sekolah, Arguby sendirian. Ia mengikuti kemana perginya mobil milik Hans.
Sudah dua hari ini Arguby berhasil mengikuti Hans, namun sia-sia. Laki-laki itu tak memiliki kegiatan lain, selain di sekolah. Arguby putus asa. Ia menghela napas ketika masih di dalam mobil. Langit berubah menjadi warna gelap, tapi hasil pengintaiannya masih nol. Arguby bersandar pada kursi kemudi mobilnya. Melepas lelahnya menunggu keluarnya mobil Hans dari apartemen.
Seolah mendapat jawaban, kedua bola mata Arguby membulat. Melihat mobil Hans kembali keluar tepat pukul 20.00 WIB. Arguby tersenyum, ia langsung menancap gas dan mengikuti Hans.
Jalanan malam itu sangat sepi. Mobil Hans masih dalam pemantauan Arguby. Mobil melaju dengan kecepatan kencang. Arguby tak tau keberadaannya seorang. Ia hanya terus mengikuti mobil Hans.
Cowok itu bingung, ketika Hans memasuki sebuah gerbang gapura yang sagat besar.
"Tempat apa ini?" Arguby bingung.
Tanpa pikir panjang, Arguby memasuki gerbang itu. Ia tak tahu keberadaan mobil Hans lagi. Terus melajukan mobilnya melewati jalanan seperti tak berujung.
Arguby menghela napas. "Gue di mana?" Ia terus melihat ke sekelilingnya. Seperti berkabut dan suasana sangat sunyi.
"Gue harus nemuin Mr.
Hans," ujar Arguby kembali melajukan mobilnya.
Sampai akhirnya sebuah lampu mobil menyala tengah menghadang Arguby. Arguby menghentikan laju mobilnya, meneliti siapa pemilik mobil itu.
"Mr. Hans," ujarnya. Hans terlihat menggunakan baju serba putih. Arguby segera turun dari mobilnya.
Seketika itu juga Arguby takjub, di sekelilingnya tampak nyata bangunan serba warna putih, yang sedari tadi tertutup oleh kabut. Bahkan penerangannya sangat berkilau.
"Wah," gumam Arguby kagum.
"Kenapa kamu mengikutiku?" Suara Hans terdengar berat dan tegas.
"Ah, aku yakin, Mr. Hans tau keberadaan Alova."
Hans tersenyum tipis. Tiba-tiba saja Arguby berlutut di depan Hans.
"Aku mohon, kasih tahu di mana Alova berada!" pinta Arguby memohon. "Aku akan melakukan apapun, agar bisa bertemu kembali dengan dia. Jadi, tolong! Kasih tahu di mana Alova." Arguby terlihat sangat Putus asa.
"Alova baik-baik saja."
"Katakan! Di mana Alova," ucap Arguby memaksa. "Apa dia akan kembali?"
"Entahlah," jawab Hans lirih.
"Kasih tau aku cara supaya dia tetap berada di sini."
Air mata Arguby menetes. Ia benar-benar ingin bertemu dengan Alova.
"Katakan padaku, tolong!" mohon Arguby pasrah.
"Hanya ada satu cara," ujar Hans. Seperti mendapat sebuah harapan, Arguby mendongak.
"Apa?" tanyanya penasaran.
"Apa kamu sangat mencintai Alova?"
Arguby mengangguk cepat. "Aku sangat mencintai dia."
"Hanya ada satu cara," ucap Hans tegas. Arguby mengangguk cepat.
"Katakan!"
"Menukar nyawamu dengan nyawa dia."
Arguby terkejut. "Maksudnya apa?" tanya Arguby ragu.
"Kamu harus rela mati agar Alova menjadi manusia seutuhnya."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top