24. Rahasia untuk Daniel

Daniel masih tak percaya dengan apa yang diucapkan Alova.

"Lo bisa jelasin ini?" tanya Daniel lirih.

Hans tanpa pikir panjang menggunakan kekuatannya untuk membuat ingatan Daniel hilang, namun Alova segera mencegahnya.

"Alova!" Hans kecewa.

"Tinggalkan kita di sini," pinta Alova.

"Alova!" tolak Hans tegas. "Ingat, waktu kamu cuma sebentar!" gumam Hans lirih. Ia meninggalkan ketiga siswa yang masih kalut dalam pikirannya masing-masing.

Alova, Arguby dan Daniel duduk berdampingan dengan jarak yang tak terlalu jauh. Daniel masih mencerna semua ucapan guru bahasa Inggrisnya. Sedangkan Arguby entah apa yang tengah ia pikirkan. Alova seperti sedang menyusun rencana untuk mengungkapkan dan menjelaskan semuanya kepada dua anak laki-laki yang duduk bersamanya.

"Niel," panggil Alova. Belum sempat melanjutkan, Daniel sudah berdiri. Ia terlihat masih tak mengerti dengan apa yang sudah didengarnya tadi.
Alova memperhatikan Daniel dengan seksama.

"Jadi___" Daniel menggantungkan ucapannya. Membuat Alova dan Arguby mengarah padanya.

"Lo bukan manusia?" tanya Daniel penasaran.

Alova menghela napas lirih, lalu mengangguk pelan.

Daniel tersenyum kecut, iya mendengkus kasar. "Gila, jaman sekarang masih ada, alien mondar-mandir di bumi? Ini dunia nyata, bukan fantasi."

"Niel," ujar Arguby, namun Daniel segera memberinya isyarat untuk diam.

"Lo udah tau?" selidik Daniel.

Arguby mengangguk pelan. Daniel tak percaya.

"Dan lo percaya? Bego lo, sadar!"

"Awalnya gue emang nggak percaya, tapi sekarang gue percaya." Arguby menerangkan.

"Atas dasar apa, lo percaya hal itu? Guby, gue tau hati lo, udah lo tutup sejak tiga tahun lalu. Tapi nggak jadi bodoh gini, kan?"

Arguby menggeleng. "Ini nggak ada kaitannya sama hati gue. Gue juga nggak tau, kenapa tiba-tiba gue percaya."

"Alova, bisa lo jelasin?" Daniel masih tak percaya.

"Niel," ujar Alova lirih. Ia ingin menjelaskan namun tak tau harus dari mana. "Benar, gue seorang malaikat, gue bukan manusia kayak kalian. Gue berasal dari atas sana."

Daniel mengerutkan kening, mencoba mengerti apa yang diucapkan Alova.

"Gue punya misi terakhir untuk gue selesaikan di bumi." Alova menerawang.

"Misi apa?" Daniel menyelidik. "Lo tau?" Kini Daniel beralih pada Arguby.

Arguby mengangguk lagi.

"Wah, kalian gila! Gue juga gila. Apa ini? Ada malaikat di sekitar kita?" Daniel sama sekali tak percaya.

"Apa lo juga perlu bukti?" Alova memberi penawaran.

"Bukti? Bukti kalo lo bukan manusia?" Daniel bertanya.

Alova mengangguk pasti.

"Boleh, buktiin! Gue mau liat kekuatan lo," ujar Daniel.

Mata Alova menatap tajam tumpukan kursi yang sudah tertata rapi, ia menggerakkan bola matanya sampai tepat di samping Daniel, kursi itu langsung berpindah di samping Daniel.

"Kaget!" Daniel segera berpindah tempat. Arguby yang melihatnya hanya tersenyum.

"Alova," protes Daniel.

Alova lantas mengeluarkan sebuah cutter dari saku OSISnya.

"Hei, mau ngapain?" Arguby kini bertindak. Cowok itu segera mengambil alih cutter di tangan Alova.

"Guby, sini." Alova mencoba mengambil cutter itu.

"Gue bilang, jangan pernah sakiti diri lo sendiri!" bentak Arguby kesal

"Enggak, gue harus buktiin ke Daniel."

"Alova!" Arguby tak setuju.

"Please!" Alova memohon.

"Tapi___" Arguby masih tak setuju.

Alova mengambil cutter itu, Arguby pasrah. Alova mulai mendorong cutter itu ke atas dengan ibu jarinya.
Daniel benar-benar melihat pemandangan di depannya. Melihat Alova yang sudah berancang-ancang akan menggoreskan tajamnya cutter di lehernya.

"Oke, oke, gue percaya." Daniel mencegahnya, mengatakan bahwa dirinya percaya. Namun, Alova ingin meyakinkannya. Dia tetap menyayatkan cutter itu tepat di lehernya.

Yang terjadi, bukannya darah yang keluar hilang, Alova terjatuh dan pingsan.

[[]]

Arguby panik, ia melarikan Alova ke rumah sakit terdekat. Hans turut serta menunggu Alova tersadar. Gadis itu sudah dua jam tak sadarkan diri.

"Dokter, apa yang terjadi? Dia baik-baik aja, kan?" tanya Arguby panik.

Dokter itu mengangguk. "Tapi, ada yang aneh___" Perkataan dokter itu tercegat ketika Hans memutus ucapannya.

"Dok, saya walinya. Bisa kita bicara di ruangan Dokter saja."

"Oke baiklah, mari!" Dokter itu mempersilakan.

Alova sudah berada di ruang inap pasien. Daniel pun turut serta di sana.
Arguby terliha sangat khawatir. Ia memegang tangan Alova sesekali menciuminya.

"Alova, bangun. Sadar dong," ujarnya lirih.

Hampir tiga puluh menit Arguby menunggu Alova tersadar, akhirnya gadis itu membuka matanya. Ada perasaan lega di hati Arguby dan Daniel.

"Lo nggak apa-apa?" Daniel segera mendekat. "Malaikat? Pembohong. Bagi gue lo cuma gadis kecil yang selalu bikin gue senyum setiap hari."

Alova tersenyum. "Sepertinya misi gue berhasil."

"Heh," ujar Arguby dan Daniel bersamaan.

"Kekuatan gue bakal menghilang saat misi gue berhasil. Atau gue sekarang seorang manusia?" Alova menebak.

"Tidak, semua yang lo ucapkan salah." Suara Hans menggema di ruangan itu. "Kekuatan kamu akan hilang, jika di depan orang yang kamu cintai, yang akan membuat dia khawatir," jelas Hans tegas.

"Hans," ujar Alova lirih.

Hans mengangguk. "Arguby nggak mau, kamu kenapa-kenapa. Itu sebabnya kekuatan kamu gagal. Kamu bisa buka, perban di leher kamu."

Tangan Alova meraba. Ia mendapati perban di sana. Dengan cepat membukanya. Daniel orang pertama yang terkejut, karena ia tak melihat bekas luka di sana.

"Dokter menyarankan, kamu pulang besok. Aku akan menjemputmu." Hans keluar dari kamar Alova.

Namun saat sudah di koridor yang sepi. Suara Arguby menghentikan langkahnya.

"Bisa kita bicara sebentar?" tanya Arguby memohon.

Hans menghela napas lirih, ia mengangguk.

____

Keduanya duduk di taman rumah sakit. Sepi, hanya angin yang bersuara, sesekali suara ambulan yang menggema di sana.

"Apa setelah misi terakhir Alova berhasil, dia akan pergi dari sini?" tanya Arguby datar.

Hans mengangguk.

"Trus kalo dia gagal menjalankan misinya, apa dia akan tetap di sini?"

Hans menggelengkan kepala. "Dia akan lenyap."

Arguby memejamkan matanya tak percaya.

"Tinggalkan dia, jika memang kamu tak bisa merelakannya."

"Apa dia bisa jadi manusia seutuhnya?"

Hans menoleh, ia mengamati wajah tulus Arguby.

"Aku akan menjadikan dia manusia, agar dia bisa tetap di sini." Arguby bertekad.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top