1. Arguby dan Atap

"Bagi manusia introvert macam gue, denger suara lo tuh, aneh."

_Ralion Arguby Permana_

💕💕💕💕💕

Katakanlah, atap adalah tempat ternyaman, sepi, dan juga terbaik di seluruh penjuru sekolah. Bahkan hening kelas saat ujian nasional, masih kalah dengan suasana atap yang hanya merasakan tiupan angin yang sedikit menggoda. Satu-satunya tempat paling indah di sekolah yang bisa melihat hiruk pikuk kota di siang hari, berjemur secara gratis tanpa harus pergi ke pantai.

Seorang cowok berseragam putih abu-abu, terlihat sangat santai di bangku panjang dengan posisi telentang. Bangku kayu yang sudah terlihat rapuh, bahkan catnya sudah memudar dari warna asli. Tetapi, seperti sangat nyaman berbaring di bangku itu. Satu tangannya diletakkan di atas kepala, menutupi kedua mata agar tak berinteraksi langsung dengan sinar mentari siang itu. Sesekali kepalanya digerakkan mengikuti alunan musik yang diputar melalui telepon genggamnya.

Cowok itu berdecak kesal, kala sebuah getaran telepon genggam miliknya menghentikan lagu yang kini tengah diputar mengisi gendang telinganya. Seakan sudah sangat hafal dengan letak touchscreen untuk menerima panggilan masuk, tanpa membuka matanya dia menjawab panggilan itu. Kalau bukan mama pasti papa, jika bukan keduanya pasti kakak, dan jika semua salah sudah dipastikan si bawel Daniel, pikirnya.

"Arguby!" seru si penelepon sedikit lebih kencang, membuat cowok bernama Ralion Arguby Permana menjauhkan barang yang berada di genggamannya.

"Aish," gerutunya kesal. Ia melihat layar dan nama Daniel terpampang dengan jelas di sana.

"Kenapa?" tanyanya setelah kembali mendekatkan gawai dengan telinganya.

"Kenapa? Lo lupa, sama yang tadi gue omongin?" Suara Daniel kini terdengar bingung dan juga kesal.

"Apa?" Arguby sedikit berpikir.

Cowok itu mendengar Daniel menghembuskan napas berat.

"Udah lupain aja, nggak penting juga," ujar Daniel kesal.

"Oke," jawab Arguby singkat, sesingkat senapan TNI yang diletupkan.

Arguby memutuskan panggilannya tanpa basa-basi. Kembali pada posisinya semula, setelah tadi dia menurunkan lengannya. Menggerakkan kepala setelah pemutar musik kembali menyala.

Daniel adalah satu-satunya sahabat yang selalu bersamanya sedari kecil, yang tak memandang aneh saat Arguby menciptakan dunia sendiri. Dunia yang melarang orang asing masuk. Hanya ada mama, papa, kakak dan Daniel sahabatnya, juga Mbok Tum yang sudah mengurusnya sedari kecil. Bahkan scurity yang berjaga hanya sebatas membukakan gerbang saat Arguby masuk, tanpa percakapan.

Dunia Arguby di sekolah hanya seputar, tidur di kelas, tidur di atap, dan diam saat melihat kegaduhan di dalam kelas. Bukan dunia introvert, melainkan dunia aneh yang diciptakannya, membuat orang di sekelilingnya menilai bahwa dia adalah orang yang sombong dan arogan. Dilihat dari matanya yang tajam seperti cutter milik guru kesenian. Cowok yang selalu cuek saat ada cewek yang dengan jujur menyukainya.

Arguby mengubah posisinya menjadi duduk. Mengedarkan pandangannya ke seluruh atap sekolah yang siang itu sangat sepi. Memasukkan ponsel ke dalam saku celana, lalu mulai berjalan menuju pintu akses untuk memasuki gedung itu.

Waktu istirahat hampir habis, Arguby harus menuruni anak tangga untuk sampai kelas. Kedua tangan dimasukkan ke dalam saku celana abu-abu yang dikenakannya. Sesampainya di lantai tiga, yang merupakan lantai kelas dua belas.
Langkahnya terhenti ketika seseorang memanggil. Suara yang sudah sangat Arguby kenal dan membuat cowok itu sangat sebal.

"Guby!" panggil seseorang dengan jarak sekitar lima meter dari arah kanannya.

Tanpa menoleh Arguby tahu pemilik suara itu. Mendapati sosok cowok yang dikenal sebagai playboy cap tiga jari yang kepopulerannya patut diacungi empat jempol. Siswa kelas dua belas yang tidak peduli dengan adanya ujian nasional. Di pikirannya hanya ada Azura, Angel, Maria, Davina, Cantika, Diandra, dan deretan siswi cantik yang sudah menjadi mantan tetapi masih hangat dalam ingatannya.

Arguby menoleh dengan wajah datarnya. Seperti tak tertarik dengan apa yang akan didengarnya, namun penasaran. Lebih tepatnya, bingung karena tiba-tiba cowok bernama Attar memanggilnya, bahkan ketika masih ada beberapa siswa yang masih mejeng di koridor itu.

"Bukan seperti itu cara lo supaya dapat pengakuan. Lo, 'kan? Yang laporin gue sama guru kesiswaan?" Belum sempat melanjutkan, Arguby sudah berbalik arah.

Tanpa menjawab ucapan Attar. Arguby kembali melangkahkan kaki menuruni anak tangga selanjutnya.

__

Seperti biasa ruang kelas sama persis dengan pasar pagi yang selalu digelar pada hari Minggu, ramai. Siswa perempuan biasanya ber-gibah ria, atau ada yang tertawa lepas saat mengobrol dengan siswa laki-laki. Arguby hanya harus menempati mejanya, duduk di kursi keramat yang berada di barisan paling belakang.

Menelungkupkan kepala di meja dan menghadap jendela kelas. Menikmati cahaya mentari siang yang memantul dari cermin mengenai wajah glowingnya.

"Rese lo," protes seseorang yang mungkin tingkat kekesalannya sudah berada di kerongkongan dan akan memuntahkannya. Melempar sebuah buku tulis yang mengenai tangan Arguby. "Untung gue selamat dari guru killer itu," lanjut Daniel kesal.

Tanpa menoleh Arguby meraba meja, dan berhasil meraih buku itu.

"Thank's," ucapnya singkat.

"Apa? Thank's?" Suara Daniel meninggi dan langsung mengambil posisi duduk tepat di depan sahabatnya.

"Cowok gila! Lo tau, gue dapetin tuh buku dengan cara apa?" tanya Daniel  kesal.

"Yang jelas, gue udah dapet bukunya. Tugas gue selamat, dan lo gue traktir makan," ucap Arguby. "Tunggu!" Arguby mendongakkan kepalanya. "Kan, lo yang salah, ngapa jadi gue yang traktir?" Arguby kembali menelungkupkan kepala.

"Hampir aja, tuh guru killer liat gue ada di mejanya," ucap Daniel. "Kalo ketauan gue tuker buku lo yang salah  dikumpulin, bisa-bisa gue dihukum keliling lapangan. Bukan, tapi berdiri selama dua jam di depan sana." Daniel menunjuk papan tulis yang tergantung manis di depan kelas.

"Udah ngocehnya? Berisik tau!" Arguby mendongakkan kepalanya menghadap Daniel.

"Sialan lo," gerutu Daniel kesal. "Nggak tau gue masih panik apa?"

Gara-gara kesalahan Daniel mengumpulkan tugas fisika milik Arguby, dan dia mengambil buku yang salah. Bukan buku fisika tetapi buku matematika yang dibawanya.

Daniel meminta bantuan Arguby untuk mengawasi dirinya menukar buku saat jam istirahat, karena Ia tahu bahwa para guru tengah mengadakan rapat. Akan tetapi, setalah bel istirahat berbunyi, Arguby malah pergi tanpa sepengetahuan Daniel yang sedang menikmati keindahan toilet siswa laki-laki.

"Karena gue lagi baik. Jadi, gue tunggu di atap, istirahat kedua. Gue traktir makanan paling enak di Jakarta." Pernyataan Arguby berhasil membuat Daniel tersenyum dan langsung membuang rasa kesal pada dirinya.

"Oke." Jarinya membentuk sign ok lalu dikecup dengan bibir seksinya.

💞💞

Pukul 12.00 WIB, bel istirahat kedua berbunyi. Waktunya makan siang, menunaikan ibadah sholat bagi yang menjalankan. Tetapi, biasanya kantin lebih rame dari tempat beribadah. Siswa biasanya lebih mendahulukan makan dibanding menyapa Sang Penciptanya. Kata guru agama, mengutamakan sholat itu lebih penting, tetapi saat kita sholat dalam keadaan perut kosong, bukan khusuk' yang didapat tapi pikiran kita akan melayang pada nasi dan teman-temannya.

Arguby menaiki anak tangga yang entah berapa jumlahnya. Gayanya sudah menjadi ciri khas, yaitu memasukkan kedua tangan di saku celana abu-abu yang dikenakannya. Langkahnya membuat sepatu yang dipakainya menimbulkan suara saat berinteraksi langsung dengan lantai.

Membuka pintu atap, disambut oleh angin yang berliuk tepat di depan badannya yang tinggi. Walaupun di ruang kelasnya memiliki pendingin ruangan, tetapi faktanya angin lebih segar dibanding sebuah AC. Arguby menginjakkan kaki lagi di atap, seperti ada kebahagiaan tersendiri saat cowok itu berada di atap.

Tiba-tiba sneaker berukuran empat puluh dua sentimeter, yang membalut telapak kaki panjang Arguby berhenti melangkah. Telinga cowok itu mendengar ada suara aneh yang menarik perhatiannya. Seperti isak tangis seorang perempuan yang sesekali mengumpat. Suara itu terdengar samar-samar, namun Arguby yakin kalau dirinya tak sendirian di atap.

Pertama kalinya Arguby penasaran, menemukan hal asing di hidupnya. Bukan hal asing, tetapi hal mistis di siang bolong. Dia berjalan sangat pelan menuju tumpukan meja dan kursi yang sudah ditata rapi, di ujung atap. Suara itu semakin jelas di gendang telinganya.

"Siapa dia, berani banget bilang kalo gue kegatelan! Padahal dia sendiri yang gatel! Kalo aja gue bisa pake kekuatan gue di sini, udah end semuanya," rutuk seorang perempuan, lalu kembali terisak.

Arguby dengan jelas mendengar suara aneh itu. Suara yang membuatnya penasaran, suara yang didengarnya pertama kali di atap.

"Apa makhluk halus juga berkeliaran pada siang hari?" batin Arguby penasaran.

Mata elangnya melihat warna seragam dari sela-sela meja yang tertumpuk. Dia pun memberanikan diri untuk lebih dekat dan melihatnya dengan jelas. Arguby mendapati seorang siswa perempuan tengah berjongkok di pojokan antara kursi-kursi yang sudah tak terpakai. Tanpa air mata, walaupun cowok itu mendengar bahwa cewek di depannya sedang menangis.

Bola mata cewek itu membulat, ketika melihat Arguby sudah berdiri di depannya. Mendapat tatapan aneh dari cowok yang kini sedikit membungkukkan badannya untuk melihat keadaan dirinya.

"Lo siapa?" tanya Arguby bingung. Matanya menatap tajam.

"Heh. Gue___" Cewek itu terlihat sangat gugup. Ia ragu untuk menjawab pertanyaan Arguby, terlebih dirinya belum menemukan seseorang yang akan ditemuinya di sekolah ini.

Bersambung ...

Challenge30GP ; GloriousPublisher9



Azizah Bee 💞

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top