1
Setelah memarkirkan motor matic-nya di pelataran, Selenia berjalan tergesa-gesa menuju gedung kampus. Dari grup chat kelas, teman-temannya mengabarkan bahwa Dosen Bahasa Inggris sudah memulai pembelajaran.
Berkali-kali ia mengecek jam tangan karetnya. Berharap waktu bisa melambat. Nyatanya tidak, detik demi detik terus bergulir, seirama dengan detak jantungnya. Resah. Sepanjang perjalanan ia berharap sang dosen sedang kerasukan malaikat.
Gara-gara drama korea duyung itu, ia menjadi kesiangan. Salahkan saja pesona Lee Min Ho yang membuatnya tak berhenti menonton hingga hampir subuh. Sialan, Lee Min Ho! Kau harus bertanggungjawab!
Di selasar, ia merasa ada yang memerhatikan. Ia menoleh ke kanan, dan mendapati seorang pria dengan kemeja hitamnya sedang menatapnya penuh selidik. Kening Selenia berkerut, merasa aneh dengan tindakan pria tersebut.
Pasti pria itu berfikiran bahwa Selenia tidak mandi. Gara-gara rambut acak-acakannya yang lupa ia sisir. Hanya diikat asal-asalan dan beberapa lembar keluar dari jalur.
Bodo amat! Selenia tidak ambil pusing. Yang terpenting sekarang adalah, bagaimana caranya untuk mencapai lantai dua selain melewati tangga? Ah, sial. Di kampusnya tidak ada eskalator ataupun lift. Lelah, sungguh. Tak ada jalan lain. Langkahi saja anak-anak tangga ini. Jika ingin cepat dua saja sekaligus. Tenang, kakinya panjang, sehingga tidak akan terjatuh atau tersandung.
Akhirnya ia mampu bernapas lega, teman seperjuangannya juga baru saja sampai. Ah, ini kejadian langka. Hani yang disiplin, kini kesiangan.
"Tumben baru dateng?"
"Iya, tuh. Mamahku riweuh tadi di pasar. Jadi, kesiangan, deh."
Mereka hanya terdiam di pintu kelas. Ragu untuk masuk ke dalam, karena pintu tertutup rapat. Itu artinya, Sang Dosen sudah tidak menoleransi mahasiswa yang tidak disiplin. Boleh saja masuk, tetapi mereka tidak diizinkan untuk mengisi absen. Sial.
"Gimana, nih? Masuk aja?" Ini pilihan yang pelik. Masuk kelas percuma, karena tidak akan mendapat tanda tangan dari dosen di Kartu Kehadiran Mahasiswa. Yang artinya, mereka dianggap tidak hadir. Tetapi jika tidak masuk, mereka akan kehilangan ilmu. Dilema.
Ya, sudahlah, kembali ke niat awal. Yaitu, menuntut ilmu.
Hani mengangguk berat sebagai jawaban.
Dengan tangan bergetar, Selenia membuka gagang pintu. Decitannya membuat suasana kelas menjadi senyap. Gadis itu mengigit bibirnya seraya mendorong pelan daun pintu. Senyum canggung tersemat di bibirnya, ketika matanya bertabrakan dengan tatapan wanita berkacamata yang sedang berdiri di depan kelas.
"Darimana saja kalian?" nada dinginnya seakan menembus tulang. Membuat Selenia menunduk. Lidahnya kelu. Tak sanggup menjawab.
Merasa diacuhkan, dosen itupun mendengkus. "Kalian mau duduk atau keluar?" Mereka cepat-cepat bergegas dan duduk di kursi yang biasa mereka tempati.
...
Sepanjang Mata Kuliah Bahasa Inggris, Selenia dan Hani merasa tidak nyaman. Telinganya pengang karena terlalu sering mendengar sindiran. Jika tahu akan seperti ini, Selenia lebih baik mojok di kantin atau perpustakaan. Hampir satu setengah jam, sang dosen terus menerus menyinggung kejadian barusan. Lima belas menit lagi, sabar. Sebentar lagi, penderitaan ini akan berakhir.
"Hal yang perlu diingat dalam Mata Kuliah saya, kalian hanya boleh terlambat maksimal 15 menit setelah saya berada di ruangan. Selebihnya kalian dianggap tidak hadir. Mengerti!"
Selenia mendengkus. Ia berjanji dalam hati, tak akan mengulangi kesalahannya lagi.
...
Selenia mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada pemilik kampus ini. Banyak sekali keuntungan kuliah di sini. Jam kuliahnya berbeda dari lain, di mulai pukul 7.00 hingga 14.00 siang, paling lambat pukul 16.00. Tidak ada jam malam.
Selain itu, kampus hanya berlangsung dari hari Selasa hingga sabtu. Menyenangkan, bukan? Minggu dan senin bisa digunakan untuk liburan atau sekedar mengerjakan tugas. Ataupun menonton Drama Korea.
Seperti aktifitas Selenia sekarang, hari ini adalah hari terakhir dalam minggu perkuliahan, artinya besok libur. Karena tidak ada yang mengajaknya berlibur, dan tugaspun telah selesai dikerjakan, iapun berlama-lama di Kampus untuk menikmati Wifi gratis. Lumayan menghemat kantong, walaupun agak lelet. Tidak apa-apa.
Kampus ini memang sangat pengertian. Di selasar, bukan hanya ada Wifi gratis, tapi disediakan juga bangku-bangku besi. Membuat betah berlama-lama di sini.
Sangking asiknya dengan ponsel, Selenia tidak menyadari ada seseorang duduk di sampingnya. Dengan santai ia memerhatikannya. Lama ia bergeming, dan Selenia masih betah dengan aktivitasnya.
Suara deheman terdengar, membuat gadis itu tersentak. Dan cepat-cepat menangkupkan ponselnya pada paha. Lantas memeriksa headset-nya yang terpasang di telinga, aman. Matanya membulat, ketika mendapati pria yang ia temui di selasar pagi tadi berada di sebelahnya. Sejak kapan?
Senyum terlukis di bibirnya, manis. Ah, tidak. Tampan. Ada dekik di bawah bibir tipisnya. Oh, tidak, dia sangat menawan. Pria itu menjentikan jarinya di depan wajah Selenia. "Kok, malah melamun?"
Selenia menggeleng pelan. Lantas membalikkan ponselnya kembali. Dan ia tertegun. Tunggu, sejak kapan pria itu berada di sisinya? Apakah pria itu juga mengintip apa yang ia buka di ponselnya? Oh, tidak, gawat. Selenia menatap pria itu penuh kecurigaan.
"Apa?"
Pria itu menghembuskan napas. Mengerti akan arti tatapan si gadis berkucir asal-asalan tersebut. "Aku berada di sini sejak ...," ucapnya mengantung. Memasang pose berfikir, dengan jari telunjuk berada di dagu. Selenia menunggu kelanjutan kalimatnya.
"Aku melihatmu membuka Youtube, menonton video pria sedang memamerkan perut kotak-kotaknya di atas panggung. Entah apa itu, mungkin konser. Errr, seksi. Sayangnya aku tak berminat. Mereka siapa? Artis korea?"
Selenia mengangguk pelan. Sungguh ia malu, lantaran terciduk fangirling di kampus oleh ... tunggu, dia siapa, ya?
"Masih ingat siapa aku? Kalau ikut OPAK ( Orientasi Pengenalan Akademik Kampus) pasti tahu. Aku 'kan yang promosi BEM." Selenia terdiam, mencoba mengingat-ngingat apa yang terjadi semester lalu. Jika dia promosi BEM, berarti dia adalah Seniornya? "Kak Dwiki?"
"Widi. Hahaha. Ingatanmu buruk. Tapi tak masalah aku tidak keberatan." Ada semburat merah di pipinya. Kembali, dia merasa malu. Rasanya ingin cepat-cepat melarikan diri dari tempat ini.
"Jadi, siapa namamu?"
"S-selenia," ucapnya gugup.
Widi manggut-manggut. "Nama yang indah, seperti orangnya."
Selenia mengabaikannya untuk mencegah baper.
"Jadi, kenapa kamu suka Korea?"
"Enggak pa-pa."
"Oppa-oppa Korea'kan putih-putih, cantik, gitu. Kayak banci. Kenapa suka?"
Selenia mulai kesal mendengar idolanya dihina. Apa? Banci? Keterlaluan.
"Masa banci punya ABS."
"Oh, jadi, kamu suka ABS mereka? Kalau Cuma ABS, aku juga punya. Mau lihat?" tangannya sudah menyentuh ujung kemeja bagian bawahnya, bersiap mengangkatnya. Mata Selenia reflek tertuju pada tangannya, seolah menunggu.
Tetapi tangannya tak kunjung bergerak, membuat Selenia sadar itu hanya jebakan.
Widi terkekeh geli setelahnya.
"Ikut BEM, yuk?" Kening Selenia mengkerut. Rasanya terlalu tiba-tiba.
"Kamu nggak ada kerjaan lain'kan selain kuliah? Ngajar misalnya?" Selenia menggeleng. Ya, dia hanya manusia kupu-kupu*, tidak seperti teman-temannya yang mengajar ataupun bekerja part time.
Pria itu mengangguk faham, "Oh, ngajaredog**."
"Ingat, hidupmu bukan hanya tentang Oppa-Oppa koreamu. Hidup harus terus berlanjut. Oppa-oppamu tidak akan membantumu membangun negeri. Mereka tidak akan membantumu mencari pekerjaan apalagi mencari jodoh."
Selenia tetap bergeming.
"Aku pulang duluan, ya. See you, Selenia." Widi beranjak dari duduknya. Dan melangkah menuju pelataran.
Apa maksud ucapan Widi?
*Kupu-kupu = Kuliah Pulang Kuliah Pulang
** Ngajaredog = diam
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top