16 - Kondangan

DION

"Coba hubungin Fila kalau lo bosen. Teteh lo gue pinjem dulu yak," pesan Bang Bisma saat menculik Teh Dian yang cuman senyam-senyum salah tingkah.

Oke fix gue bosen. Baru sekitaran sepuluh menit gue ditinggalkan Teh Dian bersama Bang Bisma untuk menemui kedua mempelai yang sekaligus temen kuliah mereka. Fakta berikutnya adalah sang pengantin wanita itu ternyata sepupunya Gina.

Gue udah liat sekaligus salim sama nyokapnya Gina yang lagi kumpul sama keluarga besarnya.
Terlihat dari pakaian mereka yang bercorak seragam, hanya modelnya saja yang bervariasi.

Gue duduk sendirian di meja makan kayak jomblo.

Eh bukannya gue emang jomblo yak.

Tanpa lama gue mulai mengirimkan pesan line ke Gina.

Dion A.A; Oy temenin gue
Dion A.A; Lo di mana, Nang. Kok gue nggak liat?

F.Angginaf; Belum selese gue didandanin
F.Angginaf; Gatel nih muka we
F.Angginaf; Lo dmn nyet?

Dion A.A ; Widih lo mau jadi ondel-ondel pake dandan?
Dion A.A ; Di meja makan deket pelaminan

Tiba-tiba ada seseorang yang duduk di seberang kursi gue. Gue nggak sengaja nelen air liur dan menatap cewek yang duduk di hadapan gue ini dengan horor.

"Hai, Dion? Astaga nggak ngira kita bakalan ketemu di sini," kata cewek itu antusias.

"Lo..." gue tercekat, "Dora...."

"Iyah aku Dora, Yon!" seru dia sembari mengibaskan rambut dan mengedipkan matanya genit.

Nggak salah lagi.

Jujur aja gue agak sedikit phobia sama ini cewek.

Ya gimana nggak? Tiga tahun SMP gue suram gara-gara dia. Kemana-mana selalu dikuntilin.

Resiko orang ganteng, emang.

Gue pernah baca artikel sasaeng fans yang ada di Korea, nah kurang lebih kayak gitu tuh si Dora ini.

Tapi nggak sampe nyolong kolor gue juga sih ya. Hm.

Pokoknya dia ini stalker sejati. Bukan stalker sosmed doang, tapi di dunia nyata juga. Heran, baru SMP loh dia udah jadi pemuja cogan kategori ekstrem.

Kalau cinta monyet atau suka malu-malu meong gitu 'kan wajar. Lah ini agresif kebangetan. Ngelendotin gue mulu.

Dia juga penyebab gue nggak terlalu dekat sama cewek. Semua cewek yang dekat sama gue langsung dia labrak. Tapi setelah lulus SMP gue mulai bebas dari dia. Beruntung banget dia nggak masuk Pelita Angkasa.

"Dion?" Dora melambaikan tangannya ke depan muka gue.

"Eh iya, lo apa kabar?" tanya gue basi-basi busuk.

"Baik kok," dia senyum. Namun untuk sepersekian detik ekspresinya berubah drastis. "Kamu kenapa blokir line aku? Blokir instagram aku? Blokir twitter aku?" Dia mulai ngomel dan bikin telinga gue panas dengar cerocosannya.

Well, itu bener. Gue ngeblokir semua sosmed dia. Karena dia sumpah annoying banget. Gue juga udah beratus kali ganti nomor ponsel karena dia.

Gue sebenernya nggak mau nyakitin cewek. Gue udah berapa kali nolak ini cewek secara baik-baik sampai dengan cara yang nggak baik-baik.

Tapi dia maju terus pantang mundur. Mungkin itu bagus menurut dia. Namun ya gimana, menurut gue sikapnya itu terlalu berlebihan. Belum jadi pacar aja bawelnya ampun-ampunan. Dan gue emang nggak sedikitpun kasih harapan buat dia. Yaelah, dia deket aja gue pengin langsung lari jauh-jauh.

Terus denger-denger dia nggak lakuin hal itu ke gue doang.

Dasar buaya bini.

Nama dia emang Dora. Tapi lo jangan bayangin tokoh kartun rambut pendek, badan bantet yang suka berpetualang sama monyet itu ya.

Dora real ini harus gue akuin dia cantik, impor gitu bray. And lihat penampilannya sekarang, belahan dada tumpeh-tumpeh, punggung sama paha diobral. Rambut and bibir sama merahnya. Make up-nya menor.

Gue bahkan nggak percaya bahwa dia ini masih SMA sama kayak gue. Yang ada dia malah mirip tante-tante girang.

Mungkin gue salah nge-judge orang tentang penampilan luarnya. Tapi ya attitude-nya juga sama nggak bener. Kalau nggak pernah ngelibatin gue sih ya nggak masalah, ini gue hampir gila broh, stres ngadepin kelakuan dia.

"Yon? Kalau aku nanya tuh dijawab dong," rengek Dora seraya memukul pelan telapak tangan gue yang berada di atas meja. Alisnya mengkerut saat gue refleks narik tangan gue ngejauh.

"Oh ya? Hp gue rusak," gue mengangguk-angguk meyakinkan, "iya Hp gue rusak," jawab gue yang tentu saja dusta.

"Oh jadi kamu nggak maksud blokir aku 'kan?" tanyanya sambil senyum menggoda. Gue cuman bisa cengegesan terpaksa.
Kemudian Hp gue geter, ada line dari Gina.

F.Angginaf ; Enak aje gue jadi ondel ondel. Cantik gini lah we
F.Angginaf ; Gue udah selese. Lo masih di sana?

Si Dora masih ngomong nggak jelas ke gue yang gue tanggepin iya-iya aja. Tapi yang sempat gue tangkep dia ini kenal sama si mempelai cowok.

Gue ngebalas line Gina dengan kekuatan super.

Dion A.A ; Nang bantu gue. Keknya gue bakalan mampus dimakan tante girang
Dion A.A ; Lo ke sini ngaku jadi pacar gue ya. Emergency Nangggg!!!!!!!😨😖😭

Itulah ide yang terlintas di pikiran gue supaya ini cabe impor nggak usah deketin gue lagi. Soalnya sekarang dia lagi melancarkan kiat-kiat untuk kembali menghantui hidup gue.

Gue juga nge-spam Gina dengan deretan stiker paling menderita.

F.Angginaf; Etdah buju. Seriusan lo?
F.Angginaf; Biar aja deh derita lo yak wkwkwkw

Dion A.A; Nang Tegaaaa looo
Dion A.A; Nang gratis kantin bude deh tiga hari

F.Angginaf; Hmm... seminggu yaaa

Gue makin risi ketika kaki Dora dengan nakalnya main-main di kaki gue. Tobaaaat. Pengen gue lempar aja ini cewek ke Zimbabwe.

Dengan gesit gue menghindari kaki Dora yang bergerak nakal, tangan gue kembali sibuk ngetik meminta pertolongan.

Dion A.A; Lo pengin gue bangkrut? Iya dah deal. Buruan sebelum gue tinggal nama doang

F.Angginaf; Muehehehe..Wokedew princess meluncur Gan.

Gue nunggu Gina dengan harap harap cemas. Si Dora sekarang masih asik ngomong tentang dirinya sendiri. Gimana saat dia liburan ke Paris, Moscow, New Zealand dan apapun yang gue nggak minat sama sekali buat nyimak.

Tiba-tiba Dora menghentikan bacotannya. Cewek itu sedang memandangi sesuatu di belakang gue dengan heran. Gue yang melihat ekspresi Dora pun langsung berbalik.

Gue refleks berdiri melihat seseorang yang ada di hadapan gue.

"Hai sayang, udah lama?" dia tersenyum manis sambil cipika-cipiki ke gue.

Apa tadi?

Sayang?

Siapakah dia gerangan? Terlihat seperti bidadari jatuh dari sorga di hadapanku.

Eak.

Mata gue nggak lepas dari dia yang kemudian melingkarkan tangannya ke lengan gue. Tangannya yang lain menarik kursi mepet ke samping kursi gue. Kita pun duduk dengan nyaman.

"Ini siapa Bi? Temen kamu?" tanyanya manis.

Gue masih cengo tersepona liatin dia. Dan gue baru tersadar sambil menahan jeritan saat merasakan denyut luar biasa di lengan gue.

Cewek itu nyengir manis menampilkan gingsulnya. And gue baru aja sadar ini cewek tiada lain dan tiada bukan adalah si Rengginang.

Mata gue siwer apa gimana? Dia cantik overdosis, man!

"Eh i-iya ini temen SMP aku. Namanya Dora."

Dora menatap kita berdua dengan ekspresi tidak suka.

"Hai, Dora. Aku Gina. Pacar Dion." Gina mengulurkan tangannya ke arah Dora sementara tangan kirinya masih melingkari lengan gue.

"Dora." Si cabe menyambut tangan Gina dengan males.

Gina beralih menoleh kearah gue. "Oh iya Bi. Sori ya kamu udah nunggu lama. Gimana penampilan aku?" tanyanya seraya menyelipkan rambut ke belakang telinga dan tersenyum manis.

"Kamu cantik," kata gue singkat dengan pendar mata penuh cinta.

Kalian harus tau kalau gue tuh jujur bin tulus. Gina badai banget hari ini. Mukanya dipoles make up tapi nggak menor kayak itu cabe. Dan inner beauty-nya keluar maksimal.

Anjay Dion lo kok jadi norak?

Kayak nggak pernah liat cewek cantik aja gue.

"Ekhem." Dora berdeham. Acara tatap-tatapan gue sama Gina pun jadi terhenti.

"Aku minta nomor ponsel kamu dong, Yon." Dora mengulurkan ponselnya, sedangkan gue seolah lagi kesamber petir mendengar permintaan Dora.

"Sorry Dor, kayaknya nggak bisa deh. Calon bini gue cemburuan," jawab gue kalem sambil melirik Gina.

"Iya, kalau mau, nomor ponsel aku aja, gimana?" tanya Gina dengan tampang sok manis ke Dora.

"Dion selalu stay sama aku, kita tak pernah terpisahkan ya kan Bi?" Gue menggangguk seraya mengelus sayang rambutnya.

"Nggak butuh!" Dora merebut ponselnya dari tangan Gina.

Gue cuma bisa nahan ketawa ngeliat ekspresi Dora yang kesel bukan main.

Tiba-tiba gue liat Teh Dian dan Bang Bisma berjalan menuju ke arah kita.

Dari kejauhan Teh Dian menatap Dora seolah lagi ngeliat setan yang lagi kondangan.

Selain gue, Teh Dian juga mengalami teror dari Dora dengan modus SKSD-nya kepada sang calon kakak ipar. Cih, kakak ipar palelu.

Gue langsung bertelepati dengan Teh Dian menjelaskan situasi yang ada. Sekarang gue lagi ngerangkul bahu Gina dengan mesra.

"Hei kalian berdua ngap--" suara Bang Bisma tercekat saat Teh Dian melingkarkan tangannya ke lengan Bang Bisma. Mereka pun mulai berinteraksi lewat bahasa kalbu.

"Hai, adik ipar cantik banget sih," puji Teh Dian ke Gina.

Pandangannya kemudian beralih ke Dora. "Kamu, Dor... Dor...."

Andeca andeci edora dora dori....

"Iya aku Dora, Teh." Si Dora langsung cipika-cipiki ke Teh Dian. Si Teteh cuman senyum dengan ekspresi terpaksa.

"Oh iya, Yon! Katanya kamu mau nyanyi buat Gina, kan? Hari ini 'kan anniversary kalian," seru Teh Dian antusias. Kelewat antusias malahan.

"Sana gih Bis, kamu yang gitarin." Teh Dian mendorong gue dan Bang Bisma ke arah panggung kecil yang ada di gedung itu.

Dia sendiri kemudian menggandeng Gina mengekor gue dan Bang Bisma.

Meninggalkan Dora yang sedang merutuk-rutuk kesal.

AUTHOR

Bisma dan Dion menaiki panggung. Bisma langsung memakai gitarnya dan duduk dengan nyaman. Dion mencek microphone-nya.

"Ekhem, cek satu, dua, tiga."
Dion menatap lurus ke arah Gina. Mereka saling melemparkan senyuman.

Bisma mulai memainkan gitarnya dengan apik. Suara Dion pun kemudian mengalun dengan indah.

Melihat tawamu
Mendengar senandungmu
Terlihat jelas di mataku
Warna warna indahmu

Menatap langkahmu
Meratapi kisah hidupmu
Terlihat jelas bahwa hatimu
Anugerah terindah yang pernah kumiliki

Dion bangkit dari kursinya kemudian berjalan menuruni panggung menuju ke arah Gina.

Sifatmu nan selalu
Redakan ambisiku
Tepikan khilafku
Dari bunga yang layu

Saat kau di sisiku
Kembali dunia ceria
Tegaskan bahwa kamu
Anugerah terindah yang pernah kumiliki

Dion lalu menggenggam tangan Gina lembut. Dengan tatapan yang menunjukkan seolah Gina adalah dunianya.

Belai lembut jarimu
Sejuk tatap wajahmu
Hangat peluk janjimu

Nyokap Gina memandang pemandangan itu dengan tersenyum lebar bersama dengan tante-tante Gina.

"Aduh Teh Ninda, kasep pisan itu cowoknya Gina."

"Suaranya bagus banget juga."

Ninda hanya tersenyum simpul mendengar ocehan keluarganya.

"Putri kecil kamu udah besar sayang," batin Ninda sambil menatap foto almarhum suami tercinta pada wallpaper ponselnya. Senyuman tak lepas dari bibir indah wanita itu.

Lain hal dengan Gina, gadis itu sekarang lagi sibuk nyebut.

Bukannya apa-apa, rasanya dia bakalan mati muda gara-gara Dion. Gina bersumpah bahwa cowok itu berhak banget untuk menyabet piala Oscar karena actingnya yang luar biasa.

Karena kamu adalah anugerah terindah yang pernah ku miliki....

Tepuk tangan bergemuruh saat Dion menyelesaikan lagunya. Cowok itu mengacak rambut Gina lembut.

Dora yang kesal langsung meninggalkan gedung itu dengan langkah kaki dihentak.

Gina menatap Dion yang masih aja tersenyum ganteng. Entah kenapa pipi Gina jadi merona.

"Gina sadar ini cuman akting!" batin Gina.

Tangan Dion terulur untuk mencubit pipi Gina pelan. Tapi yang membuat jantung Gina ingin meledak adalah saat Dion mengelus pipinya dengan begitu lembut. Ditambah dengan tatapan Dion yang errrrrrr---rasanya pengen bengek deh kalo ditatap kayak gitu!

"Dion bangke monyet banget napa dah. Gimana gue bisa berhenti baper kalau gini caranya?"

Rengginang Kesayangan Iyon

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top