Kanae 2022

Naa, Kuzuha.”

“Hmm?”

“Menurutmu kalau aku dapat sesuatu yang sama setiap tahunnya di tempat dan hari yang sama, kira-kira aku harus apa?”

“Hah, gimana?”

Kuzuha menghentikan permainan di ponsel pintarnya dan memegang susu kotak stroberi yang sedari tadi tergantung dengan pipet di mulut dengan tangan kanannya. “Kau dapat apa? Siapa yang memberimu sesuatu itu?” Perhatiannya kini teralihkan sepenuhnya saat melihat wajah kesulitan Kanae. Temannya itu bahkan mengeratkan pelukan pada boneka kucing hitam panjang di pangkuan.

“Aku tidak tahu siapa pengirimnya, tapi aku selalu mendapatkan sepucuk surat beserta setangkai bunga lili putih setiap tahunnya di hari ulang tahunku. Biasanya diletakkan di halaman rumah atau di tempat yang mudah aku temukan di sekitar rumah, seperti beranda atau kotak surat. Tetapi isi suratnya bahkan tidak membantu sama sekali. Hanya ada ucapan selamat ulang tahun dan sebuah nama asing di bawahnya.” Kanae mulai menjelaskan secara perlahan.

Kuzuha menyesap kembali susu stroberinya sembari berdengung panjang. Alisnya sedikit berkerut seolah sedang berpikir keras. “Siapa nama asing itu? Sepertinya nama pengirimnya. Hora, kau ‘kan pelupa, mungkin aku bisa membantumu mengingat apakah orang itu kenalanmu atau bukan!” usul sang pemuda berambut hitam lurus.

Kanae menatap Kuzuha lamat-lamat sebelum berujar canggung, “Alexandre Lagusa.”

Kuzuha meneguk susunya cepat dan mendesah dramatis. “Nama dari mana itu?” Nada tidak yakin terdengar dari suaranya yang bergetar. “Aku tidak ingat kau pernah bercerita padaku tentang kerabat asing dengan nama sekeren itu.”

Kanae mengembuskan napas risau. Sudah dia duga Kuzuha juga tidak mengetahui siapa pemilik nama tersebut. Namun, setidaknya rasa gelisah di hatinya telah berkurang.

“Entahlah, aku awalnya juga berpikir nama itu keren. Tapi sekarang nama itu seolah menghantuiku di setiap hari ulang tahunku. Bagaimana kalau itu stalker fanatikku dari sekolah atau semacamnya?” Kanae tersenyum miring.

Delikan iris cokelat tajam Kuzuha membuat Kanae memasang wajah bertanya-tanya. “Apa? Aku hanya berandai-andai, malah kalau semua yang kukhawatirkan adalah benar, bukankah itu buruk?”

“Kau ... sepertinya terlalu memikirkannya,” komentar Kuzuha yang lalu menghabiskan susu kotaknya sebelum bangkit untuk membuang sampah tersebut ke kotak sampah di sudut ruangan. “Bukankah dia tidak pernah melakukan hal buruk padamu? Bagaimana kalau kau coba berpikir positif dan menganggap surat itu sebagai ucapan selamat biasa? Dengan begitu kau bisa menganggapnya sebagai hadiah tahunan dari salah satu penggemar rahasiamu.”

Kanae mengerjap. Perkataan Kuzuha ada benarnya. Bisa jadi dia hanya terlalu memikirkan hal-hal buruk yang mungkin tidak akan pernah terjadi. Tatapan Kanae melekat pada punggung Kuzuha yang masih berusaha memasukkan kotak susu bekasnya ke kotak sampah lantaran lemparan pertama pemuda itu gagal.

“Hah? Kenapa?” Pertanyaan itu keluar dari mulut Kuzuha yang telah berhasil membuang sampah miliknya. Pemuda jangkung itu kembali ke sofa dan menjatuhkan diri di sebelah Kanae. “Kau masih kepikiran soal hadiah itu?”

Pemilik rambut bergelombang kecokelatan menggeleng pelan. “Mmmm, terima kasih banyak ya, Kuzuha. Sepertinya malam ini aku bisa tidur dengan tenang memikirkan besok ada yang memberikanku hadiah tahunan yang istimewa.”

“Heh, tentu saja~”

Malam itu, kala jiwa-jiwa kelelahan terlelap dalam bunga tidur, sesosok pemuda melebarkan sayap kelamnya di bawah keremangan rembulan. Kepakan menggelegar mengagetkan beberapa hewan dengan karakteristik serupa dengannya hingga kelompok nokturnal itu berpencar ke sana kemari. Membuat siluet kedatangannya terasa semakin mencekam.

Sosok itu memelesat di halaman belakang rumah Kanae. Secepat dan sepelan mungkin meletakkan sepucuk surat yang ditimpa setangkai lili putih.

Setelah memastikan angin tidak akan menerbangkan surat serta bunganya dan awan sekitar tidak akan menurunkan hujan, secarik seringai dia pamerkan seraya menatap Kanae yang tertidur dari jendela kamar pemilik boneka kucing hitam tersebut. “С днём рождения, Канаэ.” Detik berikutnya, sosok tersebut menghilang. Memelesat kembali ke asalnya. Meninggalkan kilauan perak yang menyilaukan mata sesaat ketika disinari cahaya bulan.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top