Abang Tukang PHP

Sudah dua puluh menit berlalu semenjak Guinevere mendapat pesan dari kakaknya sendiri, Lancelot, ia terus saja memukul-mukul nakas berwarna merah muda yang polos tanpa dosa.

Namun, bukan Guinevere namanya jika ia tidak menyiksa barang-barang miliknya ketika marah. Ia melakukannya karena ia amat sangat kecewa dengan isi pesan tersebut.

Ia terus saja uring-uringan sedari tadi. Tidak lupa ia meneror dan membantai setiap barang yang ada di kamarnya, tak terkecuali jam tangan rolex dan HP yang baru dibelikan ayahnya seminggu yang lalu.

Emosinya meledak-ledak bagai bom atom Hiroshima dan Nagasaki yang meledak di Negeri Nihongo beberapa tahun silam. Bibirnya terus saja nyerocos, bagai mulut emak-emak kalau lagi ngeghibah.

"Argh. Dasar abang gobl*g! Buaya Ciliwung, babi gunung, kadal gurun," umpatnya, "Katanya, dia mau beliin gue HP baru! Cih, PHP!"

Pasalnya, ia berulang kali meminta Lancelot untuk menepati janjinya, tapi ia selalu saja ngeles dengan alasan kantong kering karena doyan dipalakin sama temen-temennya. Namun, ia tahu bahwa abangnya itu menghabiskan uangnya untuk membelikan pacarnya, Neng Odette, berbagai barang mewah yang ia saja tidak tahu harganya.

Dikala ia sedang mencak-mencak, tiba-tiba pintu kamarnya diketuk oleh seseorang dari seberang pintu.

*Tok tok

"Ya, masuk."

Dari luar, sosok itu melangkah santai dengan gelas di tangannya. Mata besar, senyum manis, dengan rambut pendek berwarna oranye yang menjadi mahkotanya. Begitulah penampakan sosok Angela, sebuah boneka berhati malaikat ciptaan laboratorium 1718.

Ia berada disitu karena awalnya dibawa oleh asisten rumah Guinevere. Ia merasa iba melihat Angela sendirian dan memutuskan untuk membawanya ke rumah Guin. Angela sendiri yang menawarkan diri menjadi asisten pribadinya Guin dan sudah berjalan kurang lebih dua tahun.

Guin menghempaskan pantatnya ke kasur empuk bermotif Shincan sambil terus merutuki kakaknya sendiri. Angela hanya menghela napas sambil memutarkan kedua bola matanya. Tangan mungilnya menaruh gelas berisi air minum itu di nakas yang sudah tak berbentuk. Lantas, ia pun menghampiri Guinevere dan duduk disampingnya.

"Masih marah?" tanyanya lembut. Ia melihat rambut apricot Guinevere yang tergerai acak-acakan bagai narapidana yang habis disetrum di kursi listrik.

Sadar bahwa majikannya itu sedang tidak waras (memang selalu nggak waras), ia pun menata poni Guinevere sembari menenangkannya dengan berbagai kalimat yang sudah dia ucapkan tiap kali Guinevere marah.

"Udahlah Guinnn, jangan marah-marah teruss …. Kan, baru bulan kemarin kamu beli HP baru," ucap boneka cantik itu dengan nada lebay.

"Iya, sih. Tapi kan dia udah janji sama gue, Ngel. Masa adeknya sendiri nggak pernah diprioritasin? Ah udah makin bete gue!"

"Yaa, tapi semakin kamu sering marah, rambutmu juga sering kusut, shampo gampang abis, terus aku juga yang harus nyisirin." Bibir bawah boneka manis itu maju dua sentimeter, Guin tahu itu adalah trik andalan untuk menghiburnya, meski agak menyebalkan, tapi setidaknya amarahnya mereda.

HP milik Guin tiba-tiba berdering, mendandakan ada pesan yang baru masuk. Ia langsung berdiri dan menepuk tembok kamar yang sering kali jadi sasaran untuk melempar barang-barangnya.

"Nah, akhirnya si buaya buntung balik juga! Kali ini dia harus nepatin janjinya. Gue gamau tau apapun alasan dia, janji ya janji, harus dipenuhi, apalagi ke adik sendiri," tuntutnya puas.

***

Mobil Lamborghini hitam terparkir di depan halaman rumah gedongan yang besarnya melebihi rumah Rafathar. Di depannya terpampang kolam kecil dan ditengahnya ada air mancur yang keluar dari mulut patung buaya.

*mencerminkan pemiliknya

Sebelum pemilik mobil itu mematikan mesin dan membukakan pintu, tak lupa ia mengambil payung dari jok belakang dan memakainya untuk dipakai di luar. Ia takut jika kulitnya yang mulus, putih, nan gemoynya terbakar oleh sinar matahari. Namun anehnya, ia tidak takut terbakar oleh api cintanya Odette.

Ia menutup pintu mobil dan berjalan melenggang ala cewe tukang open BO yang suka mangkal di pinggir trotoar.

Baru saja ia tiba di pintu depan, tiba-tiba terdengar nyanyian dari lantai dua yang membuat telinganya merah bagai digigit tawon.

"Rambut keriting blonde, berkulit pucat, hidung mancung, dan pantatnya bohay. Membuatku tersadar bentuk banci itu, ya Lancelot."

Ia sudah tahu siapa yang bersenandung dengan lagu penghinaan yang hanya akan diciptakan oleh adik laknat pemuja tomat.


"Cih."

Lancelot tampak emosi dan mendengus kesal. Bibirnya monyong dua kali lipat dari biasanya, urat dikedua pelipisnya sudah siap tempur, dan uap putih mengepul dari atas kepalanya menuju plafon yang terbuat dari metal.

Adek kurang asem!" rutuknya dalam hati.

Segera ia menggantungkan payung motif hello kitty-nya di tempat yang sudah tersedia dan berlari menuju lift untuk sampai ke lantai dua rumahnya.

Tak lama kemudian, ia sudah sampai di depan kamar Guin dan mendobrak pintu kamarnya (yang lagi-lagi tidak punya salah apapun) dengan brutal.

Tampak Guinevere sedang bertengger santai di atas tembok yang membatasi balkon depan kamarnya. Lalu ia loncat indah ke lantai dan membenarkan gaun violet-nya yang kusut seperti tidak pernah disetrika.

"Selamat datang tuan rumah," sapanya ramah, "tuan mau makan kue atau makan janji sendiri?" Seringai buas terlukis di wajah manisnya.

Angela yang duduk di kursi hanya bisa diam tak bergeming. Ia lebih baik mencari aman daripada harus dikambinghitamkan oleh kedua kakak beradik yang isi kepalanya sudah tinggal tengkorak.

Lancelot menggertakan giginya sampai berbunyi. Mata sipitnya melotot, amarahnya sudah tidak bisa ditahan lagi. Kemudian ia mengejar Guin dengan skillnya, tapi Guin tak tinggal diam, ia segera melompat ke atas kasur dan lari keluar dari kamarnya.

Si Bibi yang sedang ngepel sambil nge-live di channel YT-nya pun terkena imbasnya. Entah sudah berapa kali ia harus mengulang pekerjaannya dari awal dan membuat viewers-nya agar tidak kabur.

Seketika ia berteriak dan menghentikan perang saudara yang baru meletus beberapa menit yang lalu.

"Cukup! Kalian memang majikan gue, tapi nggak kayak gini juga dodol! Udah cape-cape gue ngepel dari anyer sampe panarukan, malah nginjek seenak jidat!" semburnya sambil menjatuhkan alat pel nya.

Guin dan Lancelot pun seketika terdiam sambil melihat live-nya yang masih menyala. Namun, perhatian mereka bukan tertuju ke viewers-nya yang melebihi jumlah pasir di gurun sahara, tapi melihat iphone 11 pro milik si Bibi.

"Emh, bau kentang," celetuk Guinevere.

"Nanti, kalo gue dibeliin HP baru sama si Lanlekong, pasti gue kasih semua koleksi HP gue sama lo, termasuk pemberian bapak gue seminggu yang la–"

Lancelot pun menyela, "Najisun ogah banget beliin lu HP, cih. Pemboros."

Mendengar kata terakhir dari Lancelot, mata Guin pun berkaca-kaca dan berakting seakan menangis. "Mamiiii, Abang jahat udah mukul Guin, Mii" Ia merengek bagai anak manja yang tidak tahu diri.

"Apaansi loo, bibir dimonyongin kayak monyet kesengat tawon. Lagian, kapan gue mukul lo? Makanya jangan keseringan main among us nanti jadi tukang fitcnahh," ucapnya dengan mulut yang dimonyong-monyongin.

"Kenapasih Odette bisa doyan sama abang gue yang kayak banci?" tanya Guin dalam hati.

"Tapi kan, lo udah janji, Bang. Kok pilih kasih banget sih? Giliran Odette lo beliin segala macem, lah gue adek lo sendiri di PHP in terus," keluh Guin.

Meski setiap hari ia meneror kakaknya, mulai dari menaruh kecoak di makanannya sampai mematikan wifi saat ia bermain Mobile Legends, Lancelot tetep keukeuh nggak mau membelikan adiknya itu HP.

Bahkan, Guin pernah melempar bangke kelabang ketika Lancelot sedang asyik spa di kamar mandi bersama bebek karet kesayangannya. Akibatnya, ia pun ngacir keluar dengan badan yang masih bugil dan junior mungilnya terlihat oleh si Bibi.

"Kalo lo nggak mau beliin, gue bakal bilang lo selingkuh sama si Bibi. Dia kan pernah liat lo telanjang," ancam Guin.

"Emm, boleh. Bibi juga lagi nyari calon suami nich, hehe," ucap si Bibi sambil tersipu malu.

Lancelot menatap Guin dan si Bibi secara bergantian sambil membayangkan bagaimana jika ia berpacaran dengan janda tompelan yang umurnya dua puluh tahun lebih tua darinya.

"AAAAAAAAAA." Lancelot menjerit histeris sambil kejang-kejang, kayang, jungkir balik, ngesot, dan lain sebagainya.

"Astagfirullah allahuma lakasumtu! Bi, pegangin tangannya!"

Si Bibi pun menuruti permintaannya, ia memegangi kedua tangan Lancelot yang sudah seperti cacing kepanasan. Seketika Guin pun menyiram Lancelot dengan air ember bekas ngepel.

Lancelot pun tersadar dengan rambut keriting yang berubah lurus karena tersiram air yang sudah bau ketek si Bibi yang sudah seminggu belum mandi.

Berhubung Lancelot tipe orang yang perfeksionis, maka ia pun menyerahkan diri kepada Guin dan bersedia membelikannya HP baru.

"Iya iya, besok gue beliinn, tapi tolong jangan siksa gue, please. Gue masih mau hidup, hiks, gue belum nikah sama Odette jadi tolong hentiin semua penyiksaan ini," pinta Lancelot sambil merengek meminta belas kasihan.

Guinevere gembira bukan main. Ia pikir tidak sia-sia setiap hari mem-bully kakaknya sendiri sampai Lancelot merasa tersiksa dan terintimidasi.

Dengan senyum licik, ia pun mengancam akan menerornya lagi dan meminta Lancelot mentransfer uang senilai 1M sebagai uang jajan tambahan.

Lancelot yang sudah pasrah hanya bisa mengiyakan dan mengambil HP esia hidayahnya dari saku celananya. Lalu ia mentransfer uang tersebut, dan terlihat saldonya tersisa "0 jamet"

*Jamet : nama mata uang di land of dawn.

Guinevere pun akhirnya mendapatkan HP baru dan uang 1M dari Lancelot dengan cara yang sungguh berfaedah.

***

Ps : Sorry kalau garing. Kalo ada saran/kritik, dll boleh disampaikan di komentar yah ^^

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top