A Man with Rain Surrounds Him
Hari itu sedang hujan. Aku menyusuri jalan di Yokohama hingga ke pertokoan. Kebiasaan ini sulit dihilangkan. Mendengar air yang turun menghentak atap, jalanan, payung maupun orang-orang, bak simfoni bagiku. Rasa yang bergejolak di dalam dada seakan ikut larut bersama aliran air dan pergi begitu saja, menjauhiku yang berdiri cukup lama di seberang toko—atau harus kusebut kafe? Entahlah.
Ini bukanlah tentang aku yang ingin memasuki toko itu tapi tidak bisa. Ini tentang seseorang yang pernah duduk di sana. Seorang pemuda— dia masih kecil untuk disebut pemuda, sih—yang membaca buku dengan tenang dan tak acuh dengan sekitar. Buku dengan sampul yang sederhana dan kupikir tidak memikat untuk kisaran seusianya.
.
Pagi itu— jika aku tidak salah ingat —dia duduk cukup lama di sana. Aku memperhatikan dari tempatku berdiri sekarang. Hampir sama lamanya. Pikiranku memerintahkanku untuk menghampirinya. Ayolah, ini jam sekolah. Kenapa dia di sana?
Oke, itu memang bukan urusanku. Tapi, sungguh, benakku terus mengecam tindakanku yang tidak menegakkan kebenaran.
Pada akhirnya, aku masih berdiri di sana. Hanya memerhatikan.
Sampai ada seseorang dengan pakaian yang menutupi dirinya— cukup merepotkan hingga aku mati penasaran dengan wajahnya —datang kepada anak itu. Kuperhatikan, mereka bercakap-cakap. Awalnya, sang anak hanya menatapi buku yang di genggam. Lalu, seakan sebuah kalimat menarik perhatiannya, dia menoleh ke arah pendatang tersebut. Rautnya seperti berkata 'eh?'.
Aku penasaran.
Sungguh.
Tapi tak bisa.
Sekali lagi, aku menyesal tak mendengar titah tubuhku sendiri.
Tak lama, air muka sang anak berubah. Terlihat lebih cerah dari sebelumnya.
Saat itu pun, aku tersenyum lalu melangkah pergi.
.
Hari, bulan, dan tahun telah berlalu setelah melihat anak itu di depan toko. Aku berjalan di tepi jembatan, trotoar tepatnya. Ketika itu hujan juga. Cukup deras hingga aku perlu memakai jas hujan juga. Ah, menyebalkan. Yah, setidaknya aku masih bisa lebih bergerak bebas tanpa takut terkena cipratan genangan.
Lagi-lagi mataku mengangkap siluet seseorang. Dia tampak familiar. Hanya saja dia terlihat jauh lebih tinggi dan tegap dari bayangan ingatanku. Dia tengah berjalan dengan pandangan yang entah kenapa seperti tidak ada cahaya di sana.
Ah, dia yang waktu itu.
Spontan kuingin berteriak, mencuri perhatiannya.
Untung saja tidak jadi. 'kan aku tidak tahu namanya, haha.
Namun, kali ini aku merasa tidak boleh mendekatinya sedikit pun. Tidak boleh. Seakan aku akan pergi ke rumah sakit atau langsung ke pemakamanku sendiri jika macam-macam dengannya saat ini. Berbeda sekali dengan waktu itu.
Seseorang yang lain mendekat. Dia terlihat terburu-buru. Payung dan berjas hujan dengan sebuah tas selempang di dekapannya. Dia menubruk lelaki itu. Orang yang tergesa-gesa itu terjatuh. Dia terlihat marah.
Tetapi, lelaki yang lebih tinggi tak banyak menanggapi. Hanya sedikit membalikan badan dan melihat orang yang terjatuh itu. Ngomong-ngomong, aku terkekeh saat melihat momen itu. Tenang, hanya dengan suara kecil, kok. Aku tidak mau dianggap aneh oleh orang yang berlalu-lalang di dekatku.
Ah, lelaki bertubuh tinggi itu hendak melanjutkan perjalanannya. Wah, pemuda— mungkin? —yang terjatuh itu berani menghentikannya. Aku agak kagum, entah mengapa. Hm? Dia mengeluarkan kacamata dan memakainya. Apa dia ingin mengetahui wajah pria yang mencari gara-gara dengannya? Tidak sesuai dengan penampilannya, haha.
Oh, ekspresi orang itu berubah. Dia tampak serius.
Hujan mulai reda dan seakan ada jeda sesaat di sana.
Pendengaranku lebih leluasa sekarang.
"Ya, aku tahu." Pria yang kulihat hari itu (di depan toko) berbalik kembali dan mulai melanjutkan perjalanan.
Aku tahu, dia bilang.
Tahu tentang apa?
Ugh, aku mengutuk ke-kepo-an-ku ini. Inginku menarik lelaki itu dan menghentikannya dari apapun yang akan dia lakukan.
Kenapa, ya? Kenal saja, tidak. Bertatap muka juga, tidak.
Tetapi, aku ingin menghiburnya walau sedikit. Sedikit untuk menghilangkan raut itu. Raut seperti putus asa.
Tunggu, apa? Dari mana kesimpulan itu kudapat? Sudah kukatakan pada diriku bahwa aku tidak mengenalnya. Kenapa aku sok tahu, sih?
Baiklah. Semoga saja bukan hal yang kubayangkan tidak-tidak. Mungkin, pertemuan selanjutnya akan kusapa dan berkenalan dengannya. Jika terus seperti ini, aku terkesan berlagak seperti penguntit. Haha.
~~~
Begitulah. Ini sudah bertahun-tahun terlewati. Bahkan kawasan pun ada perubahan di sana-sini. Aku pun sudah tidak senganggur itu untuk jalan-jalan. Banyak yang kukerjakan.
Kenapa aku tidak pernah melihatnya sekarang? Padahal dulu, tanpa diminta, aku akan bertemu— lebih tepatnya melihat —dengannya di jalanan Yokohama. Apa terjadi sesuatu dengannya? Tidak, 'kan?
Sekali lagi, perasaan bersalah dan meruntuki diri dimulai. Kenapa aku tidak berlari ke arahnya? Kenapa aku segan dengannya? Kenapa aku terlalu memperhitungkan apa yang aku lakukan jika itu berkaitan dengannya? Aku ini dikenal "bertindak lalu berpikir", tahu.
Aku ingin bertemu sekali lagi. Setidaknya, memastikan bagaimana keadaannya saat ini. Ugh, terdengar seperti ingin mengecek doi.
Untung saja aku sudah menghubungi pihak tertentu untuk mengetahui secara pribadi siapa dirinya. Hari ini pun hari yang dijanjikan. Sekitar jam makan siang aku akan bertemu dengan perwakilan dari organisasi—atau agensi?—yang akan memberikan detail tentangnya. Pertemuannya di kafe dekat rumah.
Aku sudah duduk di salah satu kursi di sana, dekat dengan konter mini bar. Mengutak-atik ponsel untuk mengirim pesan kepada teman-teman. Hingga atensiku teralihkan dengan denting bel di pintu lalu seseorang yang mengambil kursi tepat di sebelahku.
"Anda klien kami, 'kan?"
Aku menoleh dan mendapati pemuda dengan senyum terukir dan memakai mantel cokelat menatapku . Tak lama, aku mengangguk.
"Baiklah. Jadi, dari mana kita perlu membicarakan Odasaku?"
Setelahnya, aku mulai mendengar cerita laki-laki di depanku tentang seseorang bernama Oda Sakunosuke.
[End]
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Hai, semua~ lama tak jumpa wkwk
/sayayangminggatsih
//slapped
Okeee, satu judul kelar lagi :v terasa familiar? Ehehehe
Gimana, gimana? Ada feel-nya kah? Ditunggu responnya ya XD
Oh iya, untuk req yg belum saya post, mohon maaf nih, harus ditunda lagi. Kenapa? Banyak error gitu :") tapi masih terima req selagi itu bukan sesuatu yang tidak saya terima(?)
Terima kasih mau baca (/ >A<)/💕
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top