Koro-Sensei(Shinigami) x Reader - Butler (1)

Jadi, ini tuh koro-sensei pas jaman masih bentuk manusia. Sebelum dia jadi koro-sensei
Dan anggap lah Shin itu nama samarannya. Shinigami->Shin
Yah... naming senseku receh XD

"Mulai hari ini aku akan menjadi pelayan pribadi untuk ojou-sama. Namaku Shin, mohon bantuannya." Seorang pria yang mengenakan pakaian butler berdiri di depan seorang gadis. Dengan tangan kanan di atas dadanya, dia membungkukan badannya tanda memberi hormat kepada gadis itu.

Gadis itu mengenakan sebuah dress, siapapun yang melihatnya akan langsung tau, bahwa harga dari pakaian tersebut bukan harga yang bisa di beli oleh orang biasa. Gadis tersebut dengan wajah datar, melihat-- lebih tepatnya menganalisa pria yang berdiri di depannya itu. Kemudian dia pun tersenyum tipis, dan akhirnya menjawab.

"Ya.. Aku juga mohon bantuannya ya Shin."

'Senyuman palsu.. Sepertinya dia membenciku, itu tidak penting sih. Tidak lama lagi aku juga akan membunuhnya' Pikir Shinigami dalam hati.

Shinigami mendapat sebuah misi untuk melakukan pembantaian terhadap salah satu keluarga konglomerat di Jepang, keluarga (L/N) dan semua cabang keluarganya. Untuk itu dia menyusup dengan bekerja sebagai butler di cabang utama dari keluarga ini, dan sekarang ditugaskan untuk menjadi pelayan pribadi (L/N) (F/N), putri tunggal dari keluarga tersebut.

"Kalau begitu ojou-sama-"

(F/N) dengan cepat memotong ucapannya. "Panggil saja aku (F/N). Usia kita juga sepertinya tidak berbeda jauh."

(F/N) mengaitkan kedua tangannya di depan dadanya, dan mengalihkan pandangannya ke arah jendela. Entah dia kesal atau tidak peduli dengan apa yang akan di katakan oleh Shinigami.

Shinigami hanya tersenyum, mencoba memikirkan tindakan yang tepat agar dia bisa mendapatkan kepercayaan sang tuan putri. Ia pun memutuskan untuk mengikuti kemauannya.

"(F/N)" Mendengar namanya keluar dari mulut Shinigami membuat (F/N) terkejut. Dia langsung mengalihkan seluruh perhatiannya ke arah pelayan barunya itu. "Tapi jika aku memanggil anda seperti itu di depan orang lain akan terlihat tidak sopan, jadi jika di depan orang lain aku akan tetap memanggilmu ojou-sama. Bagaimana?"

"I-iya boleh." Kata (F/N) masih terlihat sedikit terkejut.

"Kalau begitu (F/N), jika membutuhkan sesuatu silahkan panggil aku. Aku permisi dulu." Shinigami membungkukan badannya sekali, lalu pergi berjalan untuk mengerjalan tugasnya yang lain.

Shinigami tersenyum tipis. 'Ojou-sama yang aneh. Setidaknya ini akan menghiburku sampai waktu menjalankan rencananya tiba.'

-

Berkumpul di meja makan yang cukup panjang, keluarga (L/N) sedang makan bersama. Meskipun di bilang makan bersama, ini tidak seperti yang di lakukan oleh keluarga pada umumnya. Tempat duduk mereka terletak cukup jauh satu sama lain, di belakang masing-masing anggota keluarga terdapat pelayan pribadi mereka, dan di kelilingi oleh para butler dan maid umum yang siap melayani kapan saja. Pakaian yang di kenakan juga terlihat sangat elegan.

Hari ini salah satu cabang keluarga (L/N) sedang berkunjung. Sehingga makanan dan pelayanannya terlihat lebih mewah dari biasanya.

"(F/N)-san, bagaimana dengan sekolahmu?" Tanya seorang perempuan yang terlihat cukup tua.

"Baik-baik saja. Aku tinggal menunggu kelulusan 3 bulan lagi."

"Kamu kuliah di Universitas elit itu kan." Kata pria yang duduk di sebelah wanita itu, yang sepertinya adalah suaminya. "Kudengar (F/N)-san menjadi lulusan terbaik ya."

"Iya."

"Wah hebat ya."

"Memang pantas menjadi penerus keluarga (L/N) ya."

"Itu biasa saja, sudah sepantasnya sebagai keluarga (L/N) untuk berada di paling atas." Kata ayah (F/N).

"Hahaha iya juga ya." Balas paman yang sedari tadi memuji (F/N).

(F/N) mengecangkan genggamannya pada alat makan yang sedang ia pegang. Dengan satu kalimat dari ayah (F/N) hal yang seharusnya patut di banggakan, menjadi hal yang seolah biasa saja.

(F/N) merasakan ada perasaan yang ingin meledak keluar saat mendengar itu, tapi dia menahannya. Dia sudah menahannya lebih dari 10 tahun dan sudah merasakan yang lebih buruk dari pada ini. Tidak mungkin dia akan membuang semua usahanya itu sia - sia, hanya karena masalah sepele ini.

Kedua orang tua (F/N) terus berbincang-bincang dengan kedua orang itu, sedangkan (F/N) hanya tersenyum dan sekali-kali menjawab bila di ajak bicara.

Sejujurnya (F/N) sudah merasa muak. Sejak kecil di didik dan di besarkan untuk menjadi penerus keluarga utama (L/N), membuatnya tidak bisa bermain dan tumbuh seperti anak-anak pada umumnya. Tapi bila dia tidak melakukan ini, kedua orang tuanya akan sangat marah dan (F/N) tau akan konsekuensinya.

(F/N) menghela nafas kecil, yang dia pikir tidak di sadari oleh siapapun, tapi dia salah besar. Ada seseorang yang sejak tadi tidak melepaskan pandangannya dari (F/N) sedetik pun, memperhatikan semua gerak geriknya. Orang itu adalah shinigami.

'Gadis malang. Menjadi anak dari keluarga konglomerat berat juga ya..' Pikir Shinigami dalam hati.

-

Hari sudah semakin malam. Di luar sudah sangat gelap, bila tidak ada lampu mungkin jalan di rumah tersebut tidak akan terlihat lagi. (F/N) sedang duduk di pinggir tempat tidurnya, sambil melihat ke arah jendela mengamati bulan yang terlihat sangat indah.

Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu kamarnya.

"Masuk." Seru (F/N).

Pintu terbuka, Shinigami masuk sambil mendorong sebuah trolley. Di atasnya terdapat cangkir teh, teko, serta sebuah tutup saji yang sepertinya terdapat makanan di dalamnya.

"Shin? Seingatku aku tidak meminta apa-apa.."

"Iya, ojou-sama memang tida-"

"Bukankah kamu bilang akan memanggil namaku bila tidak ada orang?" Potong (F/N) dengan wajah tegas.

Shinigami tersenyum dan mengulangi perkataannya. "(F/N) memang tidak meminta apa-apa, tapi kupikir kamu butuh ini."

(F/N) memiringkan kepalanya, penasaran dengan apa yang di bawa oleh pelayan barunya itu. Shinigami membuka tutup saji tersebut, di dalamnya terdapat sepotong kue coklat.

Shinigami memberikan potongan kue coklat itu kepada (F/N) yang terlihat sangat terkejut. Dia melanjutkan tugasnya dengan menuang teh ke dalam cangkir teh itu.

"Kenapa kamu memberikanku ini?" Tanya (F/N) yang masih bingung.

"Aku merasa kamu butuh ini, setelah memaksakan senyum dalam waktu lama. Kamu pasti lelah kan. " Meski berkata begitu namun niat asli Shinigami adalah untuk mendapatkan kepercayaan sang tuan putri. Jika (F/N) percaya padanya dia akan dapat lebih mudah menjalankan persiapan untuk rencananya.

(F/N) tercengang, dia tidak menyangka ada seseorang yang memperhatikannya saat itu "Bagaimana kamu bisa tau?"

"Hm.. Insting seorang pelayan?" Jawaban dari shinigami membuat (F/N) terdiam. "Apakah aku melakukan hal yang tidak perlu?"

(F/N) menggelengkan kepalanya, dan tersenyum- Senyuman sesungguhnya. "Tidak... Terima kasih Shin, aku suka coklat."

"Syukurlah kalau begitu."

(F/N) memakan kue coklat itu dan wajahnya langsung terlihat sangat bahagia. Dia menaruh piring itu di pangkuannya, dan mengambil cangkir yang di berikan oleh Shin. Setelah menghirup aroma dari teh itu, (F/N) pun meminum seteguk teh kemudian melihat ke arah Shin sambil tersenyum tipis.

"Kamu tau Shin? Sebenarnya aku tidak terlalu suka diberi pelayan pribadi seperti ini."

Shin hanya diam. Pandangannya tidak lepas dari sang tuan putri, dan (F/N) menganggap itu tanda untuk dia melanjutkan perkataannya.

"Sejak kecil aku selalu di didik untuk menjadi penerus keluarga utama (L/N). Aku bahkan tidak punya teman untuk bermain. Makanya aku menganggap pelayan pribadiku sebagai teman, tapi ternyata mereka sama saja. Mereka hanya orang yang di suruh oleh orang tuaku untuk mengawasiku. Tidak boleh ini, tidak boleh itu.. Sejujurnya aku sudah muak." Ekspresi (F/N) terlihat datar saat mengatakan itu, pandangannya kosong.

Orang mungkin iri padanya karena hidup di keluarga konglomerat, tapi untuk (F/N) dia malah ingin tinggal di keluarga biasa. Di didik dan di besarkan untuk menjadi penerus keluarga, membuatnya tidak bisa bermain dan tumbuh seperti anak-anak pada umumnya.

"Makanya saat melihatmu yang dengan mudahnya memanggil namaku. Lalu sekarang kamu memberikanku ini... Awalnya aku terkejut, tapi aku senang."

(F/N) berdiri dan berjalan ke depan Shin, lalu dia memegang tangan kirinya Shin dengan kedua tangannya. "Makanya Shin... Terima kasih ya!"

Senyuman (F/N) kali ini terlihat sangat polos. Siapa pun yang melihatnya akan ikut tersenyum secara tidak sadar. Shinigami yang biasanya dingin juga hampir lupa pada misinya di hadapan sang tuan putri.

Tangan kanannya yang bebas, bergerak ke arah kepala sang tuan putri dan mengelus-ngelus rambutnya yang terasa halus dan lembut. Shinigami membalas, sambil ikut tersenyum. "Sama-sama."

Pipi (F/N) spontan memerah, karena sentuhan yang tidak biasa ia rasakan. Mungkin ini pertama kalinya ada seorang pria yang mengelus kepalanya selain ayahnya. Dia pun melepas tangan shinigami dan mundur beberapa langkah.

"Bila (F/N) mau, aku bisa menjadi temanmu."

"Sungguh?!"

"Iya."

"Kalau begitu, mohon bantuannya mulai sekarang!"

"Aku juga mohon bantuannya. Sekarang sudah malam, sudah saatnya aku pergi."

Shin membereskan piring dan cangkir yang ada, lalu meletakannya di atas trolley.

"Sampai jumpa besok (F/N). Selamat malam."

"Selamat malam."

Shinigami pun keluar dari kamar (F/N). Di dalam kamar, (F/N) pergi ke kamar mandi untuk persiapan sebelum tidur. Dia sangat senang, karena mungkin akhirnya dia mendapat orang yang dia bisa sebut sebagai teman.

Di sisi lain, Shinigami sedang berjalan di koridor yang kosong dan gelap. Matanya terlihat sangat serius dan dingin, berbeda dari senyuman hangat yang tadi di berikan pada (F/N).

'Aku harus fokus ke rencana. Aku sudah melakukan ini bertahun-tahun tidak boleh ada yang membuatku bimbang.'

-

Dua bulan sudah berlalu, persiapan Shinigami berjalan dengan lancar tanpa diketahui siapa pun, dan Shinigami tetap menjadi butler pribadi untuk (F/N). Hampir kemanapun (F/N) pergi Shinigami pasti akan mengikutinya.

Shinigami sedang berkumpul bersama butler-butler yang lain, mempersiapkan peralatan untuk makan malam.

"Hey Shin.. Coba jujur saja, sebenarnya apa yang kau lakukan?" Tanya seorang butler kepada Shinigami.

Di luar Shinigami hanya tampak bingung, tapi di dalam dia terkejut karena berpikir bahwa ada yang tidak sengaja melihat dia sedang menjalankan rencananya.

'Haruskah kubunuh mereka diam-diam?' "Apa maksud kalian?"

"Jangan pura-pura bodoh!"

"Iya! Apa yang kau lakukan sehingga bisa sedekat itu dengan ojou-sama?"

Shinigami merasa ingin memukul mereka karena membuatnya salah paham. Yang dia takutkan ternyata hanya beberapa pelayan yang bingung melihat 'fenomena' asing bagi mereka ini.

"Memang biasanya ojou-sama tidak seperti ini?"

"Aku tidak pernah melihatnya sesenang ini dengan pelayan pribadinya. Biasanya dia akan meminta tuan besar mengganti atau memundurkan pelayan pribadinya dalam kurang dari 1 bulan."

Shinigami sudah mendengar soal (F/N) yang tidak suka dengan pelayan pribadi. Tapi dia tidak tahu, bahwa dia sampai separah ini.

"Aku tidak melakukan hal yang spesial, aku hanya melakukan yang seharusnya aku lakukan sebagai seorang pelayan."

Pelayan yang lain masih menatap Shinigami tidak yakin, tapi akhirnya mereka pun kembali ke pekerjaan mereka masing-masing.

Waktu makan malam pun tiba, Shinigami pun pergi menuju ke kamar (F/N) seperti biasanya untuk memanggilnya. Dia mengetuk pintu kamar (F/N). Biasanya tidak lama setelah itu (F/N) akan keluar dan tersenyum ramah pada Shinigami, namun kali ini yang terdengar hanyalah suaranya yang terdengar murung.

"Aku tidak mau makan."

"Tapi ojou-sama, tuan sudah menunggu di--"

"Aku tidak mau makan!"

Baru pertama kali Shinigami mendengar (F/N) berteriak padanya, Shinigami yang bingung pun memutuskan untuk kembali ke ruang makan dan melaporkannya dulu.

"Dimana (F/N)?" Tanya ibu (F/N) ketika Shinigami tiba di ruang makan.

"Ojou-sama bilang dia tidak ingin makan.."

"Haa... Dia masih memikirkan hal yang tadi ya." Seru ibunya sembari menghela nafas.

"Hanya karena hal itu dia tidak mau makan, memalukan. Dia seharusnya tau itu sudah menjadi salah satu kewajibannya juga sebagai penerus keluarga (L/N)." Timpal ayahnya tegas.

"Memang masih anak-anak ya.. Shin bawakan makan malam ke kamarnya."

"Baik."

Shinigami pun membawakan makanan ke kamar (F/N) sambil memikirkan kejadian ini. Yang dibicarakan oleh kedua majikannya itu pasti ada hubungannya dengan kenapa ojou-sama nya ini menjadi murung begini. Sesampainya di depan kamar (F/N), Shinigami mengetuk pintunya lagi.

"Ojou-sama, aku bawakan makan malamnya."

Hening.

Shinigami pun mengetuk pintunya lagi "Ojou-sama?"

Masih tidak ada balasan.
Akhirnya Shinigami pun membuka pintunya dan masuk ke dalam, dilihatnya bahwa (F/N) sedang berada di balkon. Dia sedang menatap ke pekarangan, pandangannya kosong. Entah apa yang sedang dipikirkannya.

Shinigami menaruh makan malam yang dibawanya di meja, mengambil mantel dan menaruh mantel tersebut ke pundak (F/N) dengan lembut. "Jika berada diluar malam-malam begini nanti tubuhmu akan kedinginan (F/N)."

(F/N) terlihat terkejut, dia menyentuh mantel yang Shinigami taruh di pundaknya itu. "Shin.. sejak kapan kamu disini?"

"Aku mengetuk pintu sejak tadi, namun tidak ada balasan. Maaf aku sembarangan masuk."

"Tidak apa-apa.."

"Jadi.. Ada apa? Kalau (F/N) mau aku bisa mendengarkan ceritamu."

Awalnya (F/N) diam, dan Shinigami kira dia memang tidak ingin berbicara. "Aku akan dijodohkan."

"Eh?"

Shinigami sudah biasa berurusan dengan kegiatan yang menyangkut nyawa, jadi dia tenang dalam menghadapai berbagai situasi. Tapi dia terkejut karena tidak menyangka bahwa masalah yang akan keluar dari mulut tuan putrinya itu adalah soal pernikahan.

(F/N) menaruh kedua lengannya pada sandaran di balkon, dan meletakan kepalanya di atas lengannya. "Saat aku lulus itu akan diadakan pesta perayaan, dan bersamaan dengan itu mereka akan mengungumkan calon suamiku. Pesta pernikahannya sendiri akan diadakan akhir tahun ini."

"Apa (F/N) tidak ingin menikah?"

"Siapa yang ingin menghabiskan sisa hidup mereka dengan orang yang baru mereka temui?" Tanya (F/N) balik. "Aku tahu cepat atau lambat hal ini akan terjadi, tapi Ini terlalu cepat. Aku baru berumur 22 tahun ini. Seumur hidupku aku terus mengikuti kemauan mereka. Masuk sekolah pilihan mereka, bahkan jurusan kuliah yang ku ambil pun pilihan mereka. Setidaknya mereka bisa berikan aku kebebasan sedikit setelah lulus kan.."

Suara (F/N) terdengar semakin kecil dan semakin sedih dengan setiap kata yang dia ucapkan, bahkan di akhirnya mungkin samar tapi jika didengarkan baik-baik dapat terdengar suara isakan.

Shinigami pikir hatinya sudah luput dari yang namanya perasaan, tapi dia merasakan emosi menjolak dalam hatinya saat melihat (F/N) menangis. Dia merasa ingin membunuh orang yang membuatnya menangis seperti ini--

"Apa yang baru saja kupikirkan..." Dia disewa untuk membantai seluruh keluarga ini, berarti pada akhirnya dia pun harus membunuh (F/N), kenapa dia malah jadi kasihan dengan targetnya? Itu kegagalan terbesar sebagai seorang assassin. "Ingatlah.. Kamu hanya dekat dengan dia supaya rencanamu berjalan dengan lancar."

"Menjadi seorang tuan putri itu berat juga ya." Mendengar perkataan Shinigami, (F/N) pun mengangkat wajahnya dan melihat ke arah Shinigami, terlihat ada sebuah air mata yang mengalir dari sudut matanya. "Banyak perempuan yang bilang ingin menjadi tuan putri, tapi dibalik itu.. Harus melakukan ini, tidak boleh itu, dalam hal apapun harus selalu menjadi nomor 1. Tidak semua orang bisa melakukannya... Tapi (F/N) telah melakukan itu semua selama ini dengan baik, menurutku itu hebat."

(F/N) yang tidak menyangka akan tiba-tiba dipuji seperti itu merasakan pipinya yang tadinya dingin karena angin malam menjadi sedikit hangat. Dia segera mengusap air mata yang mengalir dari matanya itu untuk menutupinya. "Apa sih tiba-tiba.."

"..... Apa kamu ingin keluar dari sini?" Melihat (F/N) yang malu-malu seperti itu membuat ucapan itu tanpa sadar keluar dari mulut Shinigami.

"Eh?"

"Maaf aku kelewatan. Aku sudah menaruh makanannya diatas meja, jadi jika ingin silahkan dimakan. Besok pagi akan ku ambil saat membangunkanmu. Kalau begitu aku permisi."

Tanpa menunggu balasan Shinigami langsung keluar dari kamar (F/N) secepatnya, sebelum dia mengucapkan kata-kata bodoh lebih dari itu.

"Apa sih yang aku lakukan.."

Shinigami berjalan menuju ke ruang makan, untuk melanjutkan rencananya. Sebenarnya selama beberapa bulan dia bekerja disini, setiap malam ketika ada kesempatan dia akan diam-diam memasang bom di berbagai tempat dan jika saatnya tepat dia tinggal meledakan semua bom itu. Informasi dari (F/N) tadi memberikan peluang yang tepat baginya untuk menjalankan rencananya. Jika sedang ada perayaan pasti banyak orang penting dari keluarga (L/N) yang akan datang kesana.

Dia sedang memasang bomnya dibalik salah sebuah lukisan yang cukup besar, sampai tiba-tiba terdengar suara berdecit dari belakangnya dan dia langsung berbalik dan mengambil pisau yang ada di kantungnya. Untung saja dia segera dapat melihat wajah orang yang datang itu walaupun dalam kegelapan. Jika tidak...

"Shin?"

"Ojou-sama..." Shinigami segera memasukan pisau itu ke kantungnya lagi, berharap (F/N) belum melihatnya.

"Sedang apa kamu disitu?"

"Mengecek apakah ruangan ini sudah dibersihkan dengan baik atau belum, tuan agak berisik kalau soal ruang makan. (F/N) sendiri ada apa?"

(F/N) awalnya menatap Shinigami setengah tidak percaya, karena membereskan ruang makan ini biasanya pekerjaan para maid. Namun dia memilih untuk tidak mempertanyakannya lebih lanjut. "Aku ingin minum teh, tapi susunya tidak ada.."

"Maafkan kecerobohanku, aku lupa membawakannya.. Biar aku siapkan sekarang."

"Haha, santai saja."

Shinigami langsung menuju ke dapur untuk menghangatkan susu. Diluar dia terlihat baik-baik saja tapi di dalamnya dia sedikit panik. "Apakah tadi dia melihat pisau itu... Tidak, ruangan ini gelap seharusnya dia tidak bisa melihatnya dengan jelas."

Saat Shinigami kembali ke ruang makan (F/N) seperti sedang mengamati lukisan yang tadi baru saja ia taruh bom dibelakangnya. Shinigami langsung sergap berdiri di depan (F/N) dan sambil tersenyum dia mengangkat teko berisi susu yang telah dihangatkannya itu. "Sudah kuhangatkan, mari kuantar kembali ke kamar."

"Un.." (F/N) hanya mengangguk kecil dan berjalan kembali menuju kamarnya sambil di ikuti oleh Shinigami dibelakangnya.

Sesampainya di depan kamar, (F/N) berbalik menghadap ke arah Shinigami. "Sudah sampai sini saja, aku bisa bawa sendiri ke dalam."

"Baiklah kalau begitu." Seru Shinigami sambil menyerahkan teko yang dipegangnya itu.

(F/N) membuka pintu kamarnya, namun sebelum ia masuk dan masih membelakangi Shinigami dia berhenti. Dengan suara pelan yang nyaris tak terdengar dia pun berkata. "Hei Shin... Jika aku bilang aku ingin keluar dari sini bagaimana?"

"....."

"Haha, aku bercanda kok. Oyasumi."

(F/N) menutup pintunya meninggalkan Shinigami di koridor sendirian. Dia bilang hanya bercanda, tapi Shinigami sangat yakin hanya dari mendengar suaranya bahwa dia serius mengatakan itu. Dia serius memikirkan ingin pergi dari sini. Shinigami pun mengepalkan kedua tangannya, dan ekspresinya berubah serius. Dia berjalan meninggalkan kamar (F/N) untuk melanjutkan persiapannya.

-

Ya, karena ini udah kurang lebih 2700 kata kupotong dlu disini. Doakan supaya niat melanjutkan chapter 2 nya. XD

Maapkan ga update-update soalnya emang hype-nya ansatsu udah turun banget sejujurnya ^^" udh mulai ganti fandom haha

Btw ada yang nonton live actionnya juga? Sukaan mana shinigami koro-sensei ver anime atau live action? Aku pilih live action karena aktor yang meraninnya Nino /plak

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top