Asano Gakushuu x Reader - Maaf

"KENAPA KAU TIDAK PERNAH MENDENGARKAN KATA - KATAKU?!"

"AKU TIDAK PUNYA ALASAN UNTUK MENGIKUTI SEMUA UCAPANMU!"

Di dalam ruang OSIS, terlihat kamu dan Asano yang sedang beradu mulut, anggota OSIS lainnya hanya melihat ke arah kalian berdua dengan tatapan maklum--

Seharusnya sih seperti itu. Tapi sekarang sudah saatnya pulang sekolah dan event hari ini pun telah selesai. Di ruangan OSIS hanya ada kamu, Asano, dan Sakakibara Ren salah satu anggota Five Virtuosos' yang juga seorang anggota OSIS.

Melihat sang ketua dan wakilnya bertengkar bukanlah sesuatu yang baru bagi anggota OSIS, terkadang kalian malah terlihat seperti pasangan yang lucu. Tapi pertengkaran kalian kali ini, terlihat berbeda dari biasanya. Sepertinya ini tidak akan berakhir begitu saja.

"Kalian berdua, ayo tenang dulu." Kata Ren mencoba menenangkan kalian berdua.

"KATAKAN ITU PADANYA!" Jawab kalian berdua bersamaan.

Ren menghela nafas. Kalian berdua memang tidak bisa dihentikan jika sudah bertengkar.

Asano berdiri dari kursinya dan berjalan ke depanmu. "Apa kau sadar apa yang kau lakukan? Jika kau lengah sedikit saja maka-"

"Tapi aku tidak apa - apa kan? Lagipula aku hanya melakukan tugasku saja, aku tidak mengerti kenapa kau harus membesar - besarkannya." Katamu sambil menyilangkan kedua tanganmu, dan mengalihkan pandanganmu dari Asano.

Melihat sikapmu yang seperti itu, membuat Asano semakin kesal. "Aku tau kau ketua klub kendo. Tapi bukan berarti kau menjadi nekat dan melawan sepuluh orang sendirian! Terlebih lagi mereka semua murid SMA!"

"Sudah kubilang aku bisa mengurus diriku sendiri!" Jawabmu akhirnya melihat ke arah Asano dengan wajah kesal. "Atau apa? Karena aku perempuan, jadi kau merasa aku tidak mampu?!"

"IYA!" Jawab Asano yang membuat ruangan tersebut hening.

Kamu pun terdiam sejenak, menelan apa yang baru saja Asano katakan. Sebaliknya Asano sendiri terkejut, kenapa dia menjawab iya?

"(F-F/N) aku-"

"Oh begitu.." Kamu langsung berjalan menuju pintu.

Mungkin ini terdengar hal yang sepele, tapi bagimu tidak. Kamu punya harga diri sebagai ketua klub kendo, dan dipandang lemah hanya karena kamu perempuan hanya membuatmu semakin kesal.

"Mau kemana?" Tanya Asano.

"Bukan urusanmu, ini sudah jam pulang sekolah kan." Jawabmu ketus, dan dengan suara pelan kamu berkata. "Dasar Gaku bodoh..."

Tanpa melihat ke belakang, kamu membuka pintu dan keluar dari ruangan itu. Di saat bersamaan Araki Teppei, anggota lain dari 'Five Virtuosos' memasuki ruangan dengan setumpuk kertas di tangannya.

Dia sedikit terkejut melihatmu keluar dari ruangan dengan aura yang sangat menyeramkan. Tapi saat melihat situasi di dalam ruangan dia langsung mengerti apa yang menyebabkanmu bersikap seperti itu.

"Kali ini apa sebabnya?" Tanya Araki sambil menaruh dokumen yang dia bawa di atas meja.

"Di event hari ini (F/N)-chan bertindak nekat lagi dan Asano menegur... Kurasa lebih tepat memarahinya." Jawab Ren terlihat sedikit lelah karena pertengkaran mereka.

"Melawan sepuluh orang itu ya."

Hari ini OSIS sedang mengadakan event terbuka, sehingga siswa dari luar sekolah bisa bebas masuk. Kamu sedang berpatroli dan menemukan sekelompok murid SMA yang mengganggu murid sekolahmu. Dengan berani kamu pun mengalahkan mereka, dan eventnya berlangsung dengan lancar. Tapi saat tindakanmu ini sampai ke telinga Asano, sampailah pada keadaan ini.

"Aku tidak salah." Jawab Asano dengan tegas.

"Kau memang tidak salah, tapi cara menyampaikanmu yang salah. Secara tidak langsung kau mengatakan bahwa (F/N)-chan itu lemah, dan kau harusnya paling tau itu salah." Kata Ren, sambil berjalan menuju pintu. "Aku akan mencarinya." Lalu dia pun meninggalkan ruangan.

"Jadi?"

"Jadi apa?"

"Kenapa kau berkata seperti itu pada (L/N)-san?"

"Karena dia bertindak nekat--"

"Alasan sebenarnya?" Tanya Araki lagi yang membuat Asano terdiam.

"Aku khawatir padanya." Jawab Asano dengan suara kecil namun cukup untuk terdengar. "Tapi dia itu.. Benar - benar tidak mengerti apa - apa! Tidak bisakah dia diam seperti anak perempuan biasanya?!"

"Haha semua orang juga menyebut dia samurai dan sebagainya." Kata Araki sambil tertawa kecil. "Tapi Asano, jika kau tak segera minta maaf, kau tau kau yang akan menderita."

"Tch.. iya iya aku mengerti. Aku akan minta maaf... Jika dia minta maaf duluan." Kata Asano masih tidak ingin mengalah.

Araki tidak menjawab lagi, dan hanya keluar meninggalkan Asano sendirian unuk menenangkan dirinya.

Di sisi lain, Ren terus mencarimu ke sana ke mari dan menemukanmu di ruang klub kendo sedang berlatih sendirian. Setelah beberapa saat, kamu baru menyadari Ren berdiri di sana. "Sakakibara.. sejak kapan?"

Ren melihat ke arah jam tangannya. "Sekitar 10 sampai 15 menit." Jawabnya yang lebih terdengar seperti pertanyaan.

"Maaf, aku..." kamu melanjutkan kata - katamu dengan suara lebih kecil "Aku ingin melepas emosiku..."

"Tidak apa - apa, aku mengerti. Jadi, apa kau akan minta maaf?" Tanya Ren.

"Jika dia minta maaf duluan." Jawabmu tanpa ragu.

"Kalian berdua ini... Bukankah kalian sudah berteman sejak kecil? Kenapa kalian bertengkar terus sih?"

Ya. Kamu dan Asano adalah yang biasa kita kenal dengan teman sejak kecil. Karena orang tua kalian berhubungan bisnis, kalian sering bermain bersama atau mungkin lebih tepatnya di katakan saingan.

Kamu pun duduk dan memeluk lututmu. "Aku hanya ingin membantunya... Gaku sudah sibuk dengan urusan sponsor dan sebagainya, setidaknya dia bisa membiarkanku membantunya sedikit." Wajahmu nampak sedikit sedih.

Kamu merasa Asano tidak bisa mengandalkanmu karena menganggapmu tidak mampu, dan itu membuatmu sedih bercampur kesal.

"Kau harusnya mengatakan itu kepada Asano, bukan aku." Balas Ren yang ikut duduk di sampingmu.

"TIDAK MUNGKIN!" Teriakmu secara spontan. "Gaku pasti akan berbicara macam - macam lagi, jadi tidak."

Ren hanya diam. Di dalam hatinya dia ingin sekali mengatakan bahwa sebenarnya mereka berdua saling menyukai. Tapi jika dia mengatakannya Asano akan marah.

"Yah, setidaknya berbaikanlah dengannya. Minta maaf tidak akan membunuhmu kan."

"Itu akan membunuh harga diriku."

"(F/N)-chan..." Kata Ren dengan nada memperingatkan.

"Baiklah! Akan kulakukan besok, kau senang?!"

"Tidak, Asano yang akan senang jika kalian balikan."

"Gaku? Kenapa dia akan senang?" Tanyamu penasaran mendengar nama Asano.

"Pikirkan itu sendiri, aku duluan ya." Jawab Ren yang langsung pergi meninggalkanmu sendiri kebingungan.

"Hey tunggu Sakakibara! Gaku akan senang? Apa maksudnya.."

Ren memang tidak bisa mengatakan yang dia tahu, tapi jika sedikit petunjuk tidak masalah kan? Mungkin seharusnya Asano berterima kasih padanya.

Besok paginya, kamu sedang melepaskan sepatumu untuk menaruhnya di dalam loker sepatu. Di saat yang sama Asano tiba di sana, dan mata kalian berdua bertemu. Sedikit canggung kamu berusaha untuk meminta maaf.

"Gaku!/(F/N)!" Kata kalian berdua bersamaan. "Kau dulu." Kalian berdua pun terdiam lagi. Setelah beberapa saat akhirnya Asano memulai percakapannya.

"Apa kau sudah merenungkan kesalahanmu?" Tanya Asano.

"... hah?" Tanyamu tidak percaya dengan apa yang baru saja di ucapkan Asano.

"Aku harap kau tidak bertindak nekat seperti kemarin lagi." Katanya tegas, sambil menyilangkan kedua tangannya.

Kamu pun hanya terdiam menahan kesal, kedua tanganmu mengepal kencang. Baru saja kamu ingin meminta maaf tapi Asano malah bersikap seperti ini! "Kau sendiri? Apa kau sudah belajar untuk tidak terlalu meremehkan orang lain?" 

"Apa katamu?" 

Kamu dan Asano saling menatap tajam ke arah satu sama lain dengan kesal lalu membuang muka dan berjalan ke arah berlawanan.

2 minggu sudah berlalu dan belum ada dari kalian yang meminta maaf. Jika ada kesempatan untuk mengatakannya, percakapan tersebut selalu berakhir dengan pertengkaran. Kalian berdua juga berada di kelas yang berbeda, hasilnya selain bertengkar obrolan kalian hanya tentang urusan OSIS.

Hari minggu. Kamu sedang berjalan sendirian di kompleks sekitar rumahmu. Biasanya di akhir pekan seperti ini kamu akan ke rumah Asano, tapi karena pertengkaran ini tidak mungkin kamu bisa melakukan itu. Kamu mengingat - ingat saat kalian berdua masih kecil. 

Kamu dan Asano yang berumur 7 tahun sedang bermain di sebuah taman, kalian sedang membangun sebuah istana pasir. Orang - orang yang ada di sana hanya bisa tersenyum melihat kalian, yang terlihat senang sekali bermain pasir.

Kalian terlihat sangat senang, sampai tiba - tiba tidak sengaja Asano menghancurkan istana pasir yang sedang kamu buat. Melihat istana pasir yang sudah susah - susah kamu buat itu hancur, kamu pun langsung menangis.

"(F-F/N) maafkan aku ya, aku tidak sengaja." Kata Asano langsung menghampirimu.  Kamu tidak menjawab, dan masih saja menangis. Asano bingung apa yang harus dia lakukan untuk membuatmu berhenti menangis.

"A-Aku tau, bagaimana kalau kita buat yang baru saja bersama - sama?" Usul Asano, sambil menggenggam tanganmu.

".. bersama Gaku?" 

"Iya, kita buat yang besar sekali sampai kita bisa masuk ke dalamnya dan itu akan jadi rumah kita!" Kata Asano sambil tersenyum lebar.

Kamu pun tersenyum dan akhirnya tangisanmu pun berhenti. "Iya! Nanti kita bisa tinggal di dalamnya ya."

".... maafkan aku (F/N), aku tidak sengaja." Kata Asano sekali lagi. Meskipun dia berhasil membuatmu tertawa lagi, dia tetap merasa bersalah karena mengacurkan istana pasirmu.

"Tidak apa - apa! Dari pada istana pasir itu, aku lebih pilih bisa tinggal dengan Gaku!"

Kalian berdua pun mulai membangun rumah pasir besar itu. Meskipun akhirnya sampai sore kalian tetap tidak berhasil membangunnya, kalian tetap tersenyum gembira karena bisa menghabiskan waktu untuk bermain bersama.

Kamu merasa ingin kembali di saat itu. Saat masih kecil, meminta maaf itu adalah hal yang sangat mudah. Tapi semakin usia bertambah, kenapa semakin sulit hanya untuk mengucapkan sepatah kata 'maaf'?

Kamu pun berhenti berjalan saat tiba di sebuah taman. "Taman ini kan..." Ini adalah taman yang baru saja kamu ingat tadi. Sejak masuk SMP kalian tidak pernah bermain di sini lagi, karena lebih fokus ke pelajaran sekolah. Di taman itu ada beberapa anak kecil yang sedang bermain, dan tanpa sadar kamu pun tersenyum melihatnya.

"Ah.." Saat melihat ke sampingmu, ada Asano yang sedang berjalan ke arahmu. Dia sedang berjalan - jalan juga, dan dia juga terkejut bertemu denganmu di sini. Canggung. Itulah situasi di antara kalian berdua sekarang.

Tidak tahan dengan suasana ini kamu pun berjalan pergi ke arah lain, tapi Asano menarik tanganmu dan mencoba menghentikanmu. 

"(F/N)--"

"KEMBALIKAN BONEKAKU!"

"COBA SAJA!"

Mendengar suara teriakan, kalian berdua berhenti di tempat dan melihat ke arah sumber suara itu. Suara itu berasal dari seorang anak perempuan dan laki - laki. Anak laki - laki itu mengangkat sebuah boneka di tangannya tinggi - tinggi, sehingga anak perempuan itu tidak bisa menggapainya.

"Satoshi kembalikan!!" Kata anak perempuan itu sambil mencoba melompat, meskipun usaha tersebut sia - sia.

"Dasar pendek, jika kamu ingin boneka ini cobalah ambil. Lagipula apa yang bagus sih dari boneka jelek ini?" Tanya anak bernama Satoshi itu sambil tersenyum mengejek.

Anak perempuan itu berhenti melompat, bahkan berhenti mencoba untuk mengambilnya lagi. Sebaliknya dia malah terdiam dan air mata mulai muncul di matanya. Melihat itu anak laki - laki itu terlihat sedikit panik.

"HUWA!!!" Tangis anak itu sejadi - jadinya.

"H-hana? Jangan menangis dong.."

Kamu dan Asano saling melihat ke arah satu sama lain, dan langsung menghampiri kedua anak itu. Kamu mencoba menenangkan anak perempuan yang sedang menangis itu. 

"Apa yang kamu lakukan membuat perempuan menangis?" Kata Asano sambil mengambil boneka dari tangan Satoshi, lalu menyerahkannya kepada Hana yang membuatnya sedikit tenang.

"A-aku hanya.." 

"Meskipun kamu menyukainya, bukan berarti kamu bisa menjahilinya sampai dia menangis." Katamu yang membuat wajah Satoshi merah padam.

"HAH?! S-siapa juga yang suka dengan gadis jelek seperti dia!" 

Mendengar kata - kata itu membuat Hana menangis lagi. "HUWAA!! Satoshi bodoh! Aku benci Satoshi!!"

Satoshi melihat ke arah Hana dengan wajah bersalah. Sementara itu kalian berdua juga terlihat kebingungan. Kalian memang tidak terlalu baik dalam menghadapi anak - anak, apalagi jika mereka sedang menangis.

"Ja-jangan bertengkar ya.." Katamu mencoba tersenyum sebaik mungkin.

"Iya, bertengkar itu tidak baik." Tambah Asano.

Satoshi pun meminta maaf kepada Hana sambil mecoba membuatnya berhenti menangis. Melihat Satoshi mencoba berbaikan dengan Hana, kamu pun tersenyum kecil. Asano yang melihat itu bertanya karena penasaran. "Kenapa kau tersenyum?"

"Tidak, hanya saja. Anak kecil itu gampang menangis karena hal kecil seperti ini, dan aku hanya berpikir lucunya." Katamu masih tidak melepaskan pandangan dari kedua anak itu.

"Kau juga dulu seperti itu." Kata Asano, yang membuatmu sedikit malu. "Aku masih tidak percaya anak cengeng yang bisa menangis karena hal kecil itu, bisa berubah menjadi pendekar seperti ini." 

Mendengar itu kamu tidak mau kalah dan balas menyerang lagi. "HAHAHA! Kau sendiri? Malaikat baik hati itu sudah berubah menjadi iblis sepertimu sekarang."

Asano yang juga ikut tersindir karena kata - katamu, dan akhirnya pertengkaran dengan kata - kata yang biasa kalian lakukan pun di mulai lagi. Kedua anak kecil tadi sudah berhenti bertengkar, dan sebaliknya sekarang mereka melihat ke arah kalian berdua dengan mata yang besar itu.

"Kakak!" Panggil Satoshi.

"Apa?" Balas Asano mencoba untuk menjawab selembut mungkin karena sedang berhadapan dengan anak - anak.

"Kenapa kalian berdua bertengkar?" Tanya Satoshi.

"Iya, tadi kakak yang bilang sendiri kalau kita tidak boleh bertengkar dan bertengkar itu tidak baik!" Kata Hana.

Mendengar perkataan itu kalian berdua hanya bisa diam dengan wajah terkejut. Seperti sesuatu di dalam kalian yang membut kalian bertengkar terpatahkan begitu saja. Kalian akhirnya saling melihat ke arah satu sama lain, dan akhirnya tertawa lepas.

"Hahahaha, benar juga." Katamu sambil mengusap air matamu yang keluar karena terlalu banyak tertawa.

"Hahaha... Baiklah ayo kakak traktir ice cream." Kata Asano yang membuat kedua anak itu berteriak kegirangan.

Setelah mentraktir mereka berdua ice cream, kalian berdua duduk di sebuah ayunan di taman itu. Taman itu sekarang sudah sepi karena hari sudah mulai sore. Ayunan tersebut berada pada jarak yang cukup dekat satu sama lain, sehingga jika kalian bergeser tangan kalian bisa bersentuhan.

"Aku tidak percaya kita akan di sadarkan oleh anak - anak." Katamu, sambil memaju - mundurkan ayunan yang sedang kamu duduki itu.

"Jika di pikir - pikir lagi, kita bertengkar karena hal yang bodoh."

"Iya....." Kamu pun menghentikan ayunanmu, tapi masih tidak melihat ke arah Asano. "Hey, maafkan aku ya. Perkataanmu ada benarnya, mungkin aku terlalu nekat." 

"Sungguh, akhirnya kamu menyadari kesalahanmu juga." Jawab Asano yang membuatmu sedikit kesal, kamu pun ingin membalas perkataannya tapi Asano melanjutkan kata - katanya. "Tapi aku juga salah, seharusnya aku tidak berkata seperti itu. Maafkan aku." Kata Asano melihat ke arahmu sambil tersenyum, yang membuat jantungmu berdebar.

"Tapi (F/N), aku harap kau tidak melakukan hal itu lagi untuk ke depannya." Perintah Asano dengan tegas.

"Jadi aku memang tidak bisa di andalkan ya?" Tanyamu terdengar sedikit sedih.

"Bukan begitu!" Kata Asano, yang membuatmu terkejut karena dia tiba - tiba menaikkan suaranya. "A-aku.. Aku hanya khawatir padamu."

"..... Khawatir?" Tanyamu sambil sedikit memiringkan kepalamu.

"Kau bayangkan saja, kau melawan 10 orang siswa SMA. Meskipun kau kuat, bisa saja mereka menggunakan pisau atau semacamnya." Wajah Asano terliht sangat khawatir saat mengatakan itu. "Jika sesuatu terjadi padamu... Aku pasti akan menghabisi mereka." Kali ini suaranya terdengar sangat seram saat mengatakan itu.

Kamu terkejut mendengar kata - kata Asano, jadi selama ini kamu hanya salah paham?

".... Aku mengerti, lain kali aku akan memanggilmu jika ada hal seperti itu lagi."

"Janji?" Kata Asano.

"Iya aku janji!" Katamu sambil tersenyum ke arah Asano.

Wajah Asano pun terlihat senang akhirnya bisa baikan denganmu. "Ternyata aku memang tidak bisa marah padamu."

"Tapi bukankah kita selalu bertengkar?"

"Itu berbeda, pertengkaran itu sudah seperti rutinitas bagiku. Kadang aku malah menikmatinya."

"Kau ini aneh ya... Tapi kenapa kau tidak bisa marah padaku?"

Asano melihat ke arahmu dengan wajah serius. Kemudian Asano mendekatkan ayunanmu dengan tangan kirinya, lalu menaruh tangan kanannya di belakang kepalamu. Dia pun mendekatkan wajahmu ke arahnya, dan mencium keningmu yang membuat wajahmu memerah seketika. Lalu Asano meletakan keningnya di atas keningmu dan menatap langsung ke arahm matamu. "Karena aku suka (F/N)."

Asano pun mundur dan tersenyum lembut ke arahmu. Kamu langsung memegang tempat yang baru saja di cium oleh Asano. Wajahmu masih merah padam dan bingung harus berkata apa untuk menghadapi situasi ini.

"Sejak dulu kau memang tidak pernah peka dengan hal seperti ini. Aku tidak mengharapkanmu untuk menjawabku sekarang, tapi setidaknya pikirkan ya." Kata Asano lalu bangun dari ayunannya. "Ayo kita pulang, karena sudah sore aku akan mengantarmu."

Asano mulai berjalan dan kamu pun bangun dan mengikuti Asano dari belakang. Jantungmu masih berdebar sangat kencang karena tindakan Asano yang sangat di luar dugaan. Kamu sendiri sebenarnya juga menyukai Asano, jadi apakah kamu harus menunggu lagi untuk mengatakannya?

Kamu pun berlari ke arah Asano, dan menarik tangannya sehingga kamu bisa membisikan sesuatu. "Aku juga suka Gaku..."

Kamu pun melepaskan tangan Asano dan berjalan cepat mendahuluinya, meninggalkan Asano masih dalam kondisi terkejut.

"(F/N) katakan sekali lagi!"

"Tidak mau!"

Meminta maaf memang bukanlah hal yang mudah jika sudah melewati masa anak - anak. Tapi setelah mengatakan yang sebenarnya, akhirnya kalian bisa jujur dengan perasaan kalian masing - masing.

-

Maaf ya kalo Asanonya OOC T^T. Yukina masih sedikit bingung sama karakter Asano sebenernya wkwk.

Makasih udah baca dan sampai ketemu di chapter selanjutnya ^^

Selanjutnya pilih Chiba atau Shinigami? :3

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top