First Challenge!
Konbanwa minna-san! Arichan publish buku baru lagi! *ditabok readers*
Singkat cerita, aku dan Ki_Liya07 melakukan fanfic Challenge. Ohohoho terima kasih atas kontribusinya yah, ini pertama kali aku ikut ginian dan.. I feel my adrenaline pumping!
So yeah, kita sudah mendiskusikan tema pertama yaitu ‘incest’. Uuu~~ incest *doktel ambigu* //slap//
Well, here we go!
Title: In 4000 years or more
Pair: Reirei X Author (pakai nama Suzuki Aria)
Anime: Midnight Jiang Shi (Sebenarnya Drama CD yah guys :))
Berikut penampakan dari Reirei!
----------------------------------------
Mata terbuka namun hanya terdapat kehampaan. Aku kembali terseret ke alam mimpi yang sungguh janggal ini. Apakah hanya sebuah kebetulan? Atau sebuah pertanda?
“Airi…”
Entah mengapa suara itu terus memanggil-manggil sebuah nama. Mimpi ini seolah tak pernah berakhir. Setiap aku memasuki alam bawah sadarku, pasti orang itu kembali menyebut nama yang sama. Terkadang dengan nada yang begitu ceria, kadang pula terdengar pilu, bahkan lebih seperti berteriak.
Siapa dia? Apa yang dia inginkan dariku dengan terus menghantui bunga tidurku?
4000 Years or More
[Reirei X Aria]
Tak peduli berapa ribu tahun… Kita akan kembali bersama
Semilir angin membelai wajahku, menginggalkan rasa dingin yang menusuk tulang. Namun ragaku masih diam mematung di tempat yang sama, di bawah pohon persik yang berjarak 100 meter di belakang sekolah.
Daun-daun yang menempel di ranting-rantingnya sudah berguguran. Bukan masalah bagi gadis itu. Dia hanya ingin menanti salju pertama yang jatuh hari ini di bawah pohon yang terlihat damai bak tertidur itu.
Untuk pertama kali, sosok pemanggil nama Airi muncul dalam mimpinya. Pemuda bersurai oranye dengan beberapa helai yang teranyam. Siapa Airi? Dan siapa pula pemuda itu? Itu masih menjadi sebuah tanda tanya dalam benak gadis ini, Suzuki Aria.
Butir salju melayang pelan dan jatuh ke ujung hidung Aria, menambah rasa dingin pada epidermisnya. Lagi-lagi dia bersikap acuh. Tak peduli dengan keadaan sekitarnya. Yang kini ada dalam benak gadis itu adalah adegan yang menghias bunga tidurnya semalam.
.
.
Bertempat di sebuah paviliun cina klasik. Aria sendiri tak tahu dimana itu, asing. Namun kesan yang dia dapat adalah sepertinya tempat ini merupakan bagian sebuah istana kerajaan jaman dulu. Tapi sayang, pada bangunan itu terihat jelas tanda habis terbakar. Tak ada kata indah lagi yang melekat padanya. Aria bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi.
Seolah melompati waktu, tiba-tiba saja paviliun itu tampak seperti sedia kala. Dengan banyak orang-orang disana dan seorang gadis yang tepat berada di tengah-tengah mereka. Gadis yang tampak sangat anggun dalam balutan Cheongsam putih. Orang-orang bersorak, suasana amat meriah, tapi entah pesta apa sebenarnya.
Tudung putih tersingkap dari kepala, menunjukkan surai cokelat dengan sebuah teratai imitasi menghias kundainya. Ciri-ciri yang begitu khas dengan Aria. Tapi apa yang dia lakukan disana? Apakah dia seorang putri kerajaan yang memiliki wajah yang sama dengan Aria? Lagi, masih menjadi misteri.
Gadis itu terlihat amat girang saat sosoknya melewati Aria yang menjadi penonton bisu dalam mimpinya sendiri. “Onii-chan!” Dia menghampiri pemuda bersurai oranye yang sudah menyambutnya dengan senyum terbaik sembari membuka kedua lengannya, menanti sang putri jatuh dalam dekapan.
“Selamat ulang tahun, Airi!”
Sukses mata Aria terbelalak. Jadi gadis itulah Airi. Dan sosok yang sempat dipanggil ‘onii-chan’ itulah yang selalu memanggil nama itu dalam lelap tidur Aria. Seribu tanda tanya masih ada dalam benak Aria. Namun dia memilih kembali menyaksikan adegan ini.
Saling berpelukan dengan bahagia. Ruang dan waktu seolah hanya milik kakak beradik itu. Begitu damai, bahkan Aria tak ingin mengusik kebahagiaan dua insan ini dan memilih untuk mengatupkan kedua matanya, menanti kala sang surya menyapanya di pagi nanti.
Namun hanya berselang beberapa detik Aria memejamkan mata. Saat netranya kembali terbuka. Menatap nanar kondisi yang kini telah berubah 180 derajat. Siang berganti malam, cahaya digantikan kegelapan, namun sunyi tak menggantikan kegaduhan. Malah sekarang lebih terlihat ricuh.
Banyak orang membawa obor dan benda tajam berjalan beriringan menuju teras paviliun. Raut geram semua orang bagai mencekam malam. Suasana yang seharusnya senyap justru terisi dengan teriakan amarah.
“Keluar kau, kyonshi!”
“Dasar monster! Enyahlah dari dunia ini!”
Kyonshi atau biasa disebut Jiang shi. Makhluk legendaris dalam mitologi cina kuno. Iblis penghisap darah layaknya vampire dalam cerita Eropa abad pertengahan. Aria sungguh tak mampu mempercayai mata dan telinganya. Kedua saudara itu adalah kyonshi?
“REIREI ONII-CHAN!!!”
Airi mulai diseret keluar dari kediamannya. Dia diperlakukan layaknya ternak yang hendak disembelih. Air mata sudah tumpah membasahi pipi. Tangisan tak mampu dibendung siapa pun. Dikeroyok puluhan orang membuatnya tak mampu melawan saat tubuhnya kini sudah diikat menggunakan tambang.
Aria menoleh ke arah lain. Mendapati sang pemeran kakak, Reirei, yang kini ditahan masyarakat. Berulang kali dia berontak mencoba melepaskan diri, namun dengan hasil yang nihil. “JANGAN SAKITI AIRI!!” Taring Reirei bisa terlihat dengan jelas saat amarah menjadi kawannya. “TIDAK! AIRI! AIRI!!”
Sungguh tragis nasib Airi sekarang. Dia bahkan tak mampu memanggil nama kakaknya lagi karena mulut yang kini telah dibungkam dengan secarik kain. Hanya air mata yang mampu menyiratkan semua. Setiap bulir air mata menusuk hati Reirei, apa yang harus dia lakukan?
Nyala api kini berhadapan dengan gadis itu. Teriakan panik dari sang adik membuat Reirei makin berontak. “Kumohon! Jangan sakiti adikku!! Airi! Airi!!” Tak ada satu tangan pun yang hendak melepas pemuda itu.
Tubuh ramping adiknya dilempar kedalam api. Menggeliat dalam merah sang gejolak karena merasakan bara api kini mulai mengoyak setiap sel tubuh. Matanya menatap penuh harap pada Reirei agar menyelamatkannya dari siksa itu. Namun dia sendiri tahu bahwa dirinya tidak akan tertolong.
“Nii…” suaranya melirih dan maniknya tak terlepas pada wajah sang kakak. “La.. ri..” Tangan kecil Airi menjulur mencoba meraih wujud Reirei.
Dengan bersimbah air mata, Reirei menggeleng kuat. “Tidak Airi! Nii-chan harus menyelamatkanmu… Bertahanlah, nii-chan segera kesana…”
“La.. ri.. nii.. chan…” Seorang pria tua menatap jijik Airi yang masih bertahan dalam nyala api. Netra sang gadis langsung membulat sempurna saat merasakan bilah besi menembus tubuhnya tepat di jantung, berkat si pria tua. Diikuti dengan orang-orang yang kini menancapkan berbagai macam benda tajam padanya. “Sa..kit, onii-chan…”
“HENTIKAAAAAAN!! AIRI-KU! JANGAN SAKITI DIA! AKAN KUBUNUH KALIAN SEMUAA!!” Seorang pria lagi kini menempelkan sebuah kertas mantra ke kening Reirei, menyegel sang kyonshi dalam tidur panjang. Pemuda oranye itu kini tak mampu bergerak. Hanya sisa air mata yang mengalir di pipi.
Aria tanpa sadar menutup mulut dengan kedua tangannya sendiri. Gemetar raganya menyaksikan ini. Tak kuasa dia menahan pedih di hati. Rasa bersalah akan ketidakberdayaan menghantui Aria. Ya, dia tak mampu melakukan apa pun.
Karena ini hanya sebuah mimpi.
.
.
Manik keemasan itu perlahan menyapa gelap malam. Dirinya yang kini berada di ketinggian puluhan kaki tak menyurutkan keberanian. Dia masih setia menatap dari kejauhan seorang gadis yang tengah terlelap.
Seringai lebar menghias wajah pucatnya. “Aku menemukanmu… Airi-chan!” Tawa terlepas dari bibir pemuda itu. Terdengar sarkastik dan menyeramkan. Seolah hendak menelan malam.
Sosoknya tiba-tiba berpindah ke depan bingkai kaca kamar sang gadis. Menatap isi bilik itu dengan sebuah senyum kebahagiaan. “Airi-chan!” Satu sentakkan jemari dan kaca yang memisahkannya dengan gadis itu langsung hancur berkeping-keping. Kegaduhan langsung membangunkan sang gadis, Aria, yang sebelumnya tertidur pulas. Matanya kini menatap horror pemuda yang mulai memanjat masuk ke kamarnya lewat jendela. Surai oranye yang sebelumnya hanya dia lihat via mimpi kini terealisasikan.
“Airi! Onii-chan datang menjemputmu!”
Bibir Aria bergetar karena mengetahui sosok sebenarnya dari kedok Reirei—seorang kyonshi. Dan lagi pula, dia bukanlah Airi adiknya. “A-Apa yang kau lakukan disini?” dengan keberanian tersisa, Aria mulai membuka percakapan.
“Hee? Aku bilang aku ingin menjemputmu, adikku sayang!” Reirei langsung menarik pergelangan tangan Aria dan mendekapnya erat. “Airi-ku..” Jemarinya mengelus lembut helai rambut Aria. “4000 tahun aku menunggumu.. 4000 tahun aku disegel, aku percaya kau akan terlahir kembali.”
Aria berontak. Mendorong dada bidang pemuda oranye itu kuat-kuat. “L-Lepaskan! Aku bukan Airi, namaku Aria, Suzuki Aria!” Dorongannya dikalahkan dengan rasa rindu dari Reirei. Tak ada jarak yang bisa dibuat Aria, sang kyonshi terlalu kuat. “Airi sudah mati, kau tahu sendiri kan?”
Reirei tiba-tiba mematung. Bisa Aria rasakan kesedihan yang dirasakan Reirei, toh dia melihat sendiri saat Airi meregang nyawa. “Kau adalah Airi… Airi yang baru.” Nada suaranya lemah dan mendalam. Sedikit membuat Aria tertegun.
“D-Dari mana kau tahu? Airi itu kyonshi, kan? A-Aku ini manusia biasa!”
Pemuda bermanik keemasan itu mendekatkan wajah ke leher Aria dan menghirup dalam-dalam aromanya. “Aku bisa tahu dari bau darahmu.” Kalimat itu sukses membuat tubuh si gadis bergetar hebat. Takut akan kemungkinan yang mulai dia pikirkan.
“4000 tahun lamanya…” Bukannya menggigit jenjang leher Aria, Reirei hanya meletakkan keningnya di sana. “Karena ketidakmampuanku, kau sampai mati. Aku kakak yang bodoh. Maafkan aku.” Bisa dengan jelas Aria lihat Reirei yang terisak. Hal yang menimpanya tentu saja bukan perkara mudah.
“Reirei…” Sepertinya perasaan Airi mengalir pada Aria. Dadanya terasa hangat dengan rasa tersebut. Dugaan Aria dan Reirei sendiri tampaknya benar, bahwa Aria adalah reinkarnasi dari Airi. “Berhentilah memanggilku Airi, namaku Aria.” Refleks, gadis bersurai cokelat yang dikuncir ke samping itu membelai lembut pucuk kepala Reirei, menenangkannya. Benar-benar perasaan nostalgia, padahal sama sekali tak pernah dialaminya.
“Gomen… aku tak bisa menyelamatkanmu hari itu.” Bukannya malah mereda, tangis Reirei malah menjadi-jadi. Seperti seorang bocah lelaki yang baru saja terjatuh dari sepeda. “Gomennasai!”
Aria membulatkan tekadnya untuk kembali berujar. “Bisakah aku memanggilmu onii-chan lagi…?”
Reirei mengangkat wajahnya, mendapati derai air mata yang tercipta dari netra milik Aria, tapi dengan seutas senyum manis yang menempel di bibir. Reirei mengangguk mantap. Rindu benar-benar mendominasi sarat matanya.
“Tadaima, onii-chan…”
OMAKE
“A-ri-a-chaaan~!!!!” Si pemuda oranye tiba-tiba memeluk Aria dari belakang. Mengagetkan sang korban hingga tersedak susu stroberi yang tengah diminumnya. “Hidoi ne, meninggalkan onii-chan!”
Aria mengerucutkan bibir. Sedikit kesal pada Reirei yang selalu tiba-tiba muncul dan memeluknya. “Kenapa sih onii-chan harus memelukku di depan semua orang? Malu tahu!”
Tatapan Reirei menyelidik ekspresi Aria. Sangat imut seperti kucing tsundere, batinnya. “Kalau tak mau onii-chan peluk, nanti aku cium loh!”
Tas tenteng sukses menghantam wajah Reirei. Strike one, untuk Aria. Tak ingin meladeni Reirei, gadis itu segera melangkah pergi sambil menggerutu.
Reirei mengelus pipinya yang tidak sakit. Hanya bisa menghela napas, Reirei berumam, “Kita sudah tidak punya hubungan darah lagi. Berarti kali ini aku bisa mencintainya, kan?”
--The End--
Besok ujian dan aku sempat nulis ini 😎 Hehehe
Btw, gimana Fanfic di challenge pertama ini? Eeeaaa, Reirei itu vampir cina loh. Yang kalo di film itu yang biasanya jalannya lompat-lompat :'v
Aku saranin kalian denger Drama CD yang satu ini (Midnight Jiang shis/Kyonshi) karena beda dengan cerita vampir biasa.
Reirei adalah vampir pertama yang kudapati memiliki sifat deredere. Biasanya kan para vampir tuh egonya tinggi yah, nganggap heroine sebagai barang ataupun hanya makanan. *nyindir dialov, nyindir ayato*
Semoga menghibur kalian wahai para pembaca 😄
Fujiie Aricchan
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top