2
Malam Minggu biasanya dihabiskan dengan jalan-jalan bersama kekasih, tapi untuk malam ini aku melewatinya hanya seorang diri, tanpa seorang kekasih. Memang malang nasibku, tapi mau bagaimana lagi? Pacarku sedang sibuk, dan aku tidak bisa menuntutnya untuk berbuat ini itu terlalu banyak.
Sampailah aku di pesta ulang tahun teman ku, “Aurel!” panggil Agnes saat aku baru memasuki halaman belakang rumahnya yang luas. Aku langsung melambaikan tangan kearahnya, lalu berjalan secepat mungkin menuju tempatnya berdiri.
“Agnes, selamat ulang tahun ya?” aku menjabat tangannya lalu memeluk tubuh mungilnya yang dibalut dengan mini dres berwara putih dengan motif bunga-bunga di pakaiannya. Agnes tampak sempurna dengan pakaiannya yang dipadu padankan dengan liontin emas putih kecilnya yang berbentuk hati, cincin berbentuk bunga mawar, dan di tengah-tengah cincin itu ada berlian yang berkilauan.
“Terima kasih Aurel, akhirnya kamu datang juga,” kata Agnes dengan senang.
Aku melepaskan pelukanku, “tentu saja, mana mungkin aku tidak datang ke pesta ulang tahun teman terbaikku?” aku memberikan kado ke Agnes, “ini untukmu. Semoga kamu suka ya?” aku tersenyum.
“Terima kasih Aurel, sebenarnya kamu tidak perlu repot-repot membelikan aku hadiah seperti ini,” ungkapnya. “Ngomong-ngomong dimana pacarmu? Katanya kamu akan mengajaknya kemari?” tanya Agnes.
“Maaf ya Agnes, dia sedang ada urusan lain,” sesal ku. “Tapi aku janji, lain kali aku akan mengenalkannya kepada mu.”
“Iya, tak apa,” kata Agnes. “Oh iya Aurel, kamu harus cobain makanan dan minuman yang ada disana. Aku yakin kamu akan menyukainya,” lanjut Agnes.
Aku mengangguk, “baiklah, aku kesana dulu ya,” setelah melihat Agnes mengangguk, aku langsung berjalan menuju meja tempat minuman berjejer rapih.
Saat ingin mengambil minuman yang ada di meja tersebut, dengan tidak sengaja aku memegang tangan orang lain yang ingin mengambil minuman juga, “maafkan ak...” kata-kataku terputus setelah melihat wajah orang yang tangannnya tak sengaja ku pegang. “Dave...” desisku heran. Kenapa ia bisa berada disini? Bukankah ia sedang sibuk?
Sebelum Dave mengatakan apa yang sedang terjadi, tiba-tiba datanglah seorang wanita yang merangkul bahunya, “sayang, lama banget sih ambil minumnya,” kata wanita itu.
Astaga! Aku kaget setengah mati, kalau orang yang sekarang telah merangkul Dave adalah Sinta, sahabatku sendiri! Oh tuhan, yang benar saja, masa Dave selingkuh dengan sahabatku sendiri!?
“Aurel?” Sinta sepertinya baru menyadari keberadaanku disini. Wajahnya terlihat memerah dan panik. “I-ini ti-tidak seperti yang kamu pikirkan,” kata Sinta tergagap, “aku dan Dave tidak...” kata-kata Sinta terputus karena aku sudah lebih dulu menyiram wajahnya dengan minuman yang sedang aku pegang.
“Aurel! Kamu apa-apaan sih!?” bentak Dave.
“Kamu itu yang apa-apaan! Ngapain kamu jalan sama dia!? Kamu bilang ke aku kalau kamu lagi sibuk, kok sempet-sempetnya kamu nemenin dia!? Udah gitu make bilang sayang-sayangan lagi!” emosi ku sudah tak terkendali lagi. Nafasku memburu, danaku merasa mataku mulai panas karena kesal.
“Memangnya apa hak kamu melarang Dave untuk jalan sama aku? Lagi pula kamu itu terlalu sibuk dengan kegiatan pemotretanmu, dan kamu jarang sekali memerhatikan Dave!” bentak Sinta.
“Kamu tanya apa hak aku? Aku pacarnya! Aku punya hak sepenuhnya atas Dave!” bentakku pada Sinta.
“Tapi mulai detik ini aku bukan pacarmu lagi,” sungguh, kata-kata yang dilontarkan Dave barusan berhasil menghancurkan hatiku dalam hitungan detik. Untuk beberapa saat aku tertegun, otakku masih belum dapat mencerna kejadian yang baru saja terjadi.
Karena merasa jadi perhatian orang yang ada di pesta ini, aku segera berlari meninggalkan pesta ini sambil menangis menahan malu.
Aku menangis sejadi – jadinya di sebelah mobilku. Aku tak percaya, orang selama ini aku cintai dengan setulushatiku, ternyata akan menghianatiku seperti ini. Jika ia berselingkuh dengan wanita lain sih aku tidak akan sesedih ini, tapi wanita yang menjadi selingkuhannya ini adalah sahabatku sendiri!
Sambil menangis terseduh – seduh, aku memasuki mobilku dan meninggalkan tempat sialan ini. Aku sengaja memacu mobilku dengan kecepatan tinggi. Berharap rasa kesalku bisa hilang karena telah memacu mobilku dengan kecepatan tinggi.
Saat berbelok ke kanan, tiba – tiba ada anak yang sedang menyebrang jalan. Dengan cekatan, aku membelokkan mobilku untuk menghindari anak tersebut. Aku melirik kea rah spion, ternyata anak itu baik – baik saja. Syukurlah. Tapi begitu aku mendengar suara klakson yang sangat kencang dan melihat sebuah truk sedang melaju ke arahku, aku tak sempat lagi menghindar.
Aku merasa, dunia sedang bergerak melamban. Bagaimana truk melaju ke arah ku, dan menabrak mobilku, semua terlihat berjalan lambat di mataku. Bahkan saat tabrakan itu terjadi, aku benar – benar merasakan seperti sedang melakukan adegan slow motion.
Darah dari kepalaku mulai bercucuran dengan derasnya, dan aku merasakan setiap inci dari serpihan kaca yang menancap di kulitku dan kepalaku terasa seperti akan pecah. Perih, sakit, tapi rasanya tak seperih dan sesakit hatiku saat ini.
Apakah benar? Ini adalah akhir dari perjalanan hidupku? Benarkah aku akan mati dalam keadaan yang menyedihkan ini? Jika iya, mungkin itu akan terasa lebih baik jika dibandingkan harus merasakan sakit hati yang begitu mendalam.
Penglihatanku mulai kabur, tapi aku masih sempat melihat anak kecil yang hampir aku tabrak itu sedang menunjuk – nunjuk ke arah ku sambil menunjukkan wajah yang panik. Aku tak dapat mendengar apa yang anak kecil itu, tapi tak lama kemudian, banyak orang yang menghampiri mobilku dan membantuku keluar dari sana. Aku memang tak dapat mendengar suara mereka, tapi sepertinya mereka berusaha untuk membuatku tetap terjaga. Tapi sayangnya usaha mereka sepertinya akan gagal, karena aku sudah merasa tak kuat menahan mataku agar tidak terlelap.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top