1

Siapa yang gak senang sih jadi gadis super populer di sekolah? Model remaja pula. Jika kalian tanya itu siapa? Jawabannya cuma satu, aku. Ya, hanya aku, satu-satunya murid terpopuler di SMA Platinum yang ada di Jakarta Utara.

Walaupun aku sedikit egois, tapi menurut teman-temanku, aku anaknya baik, murah senyum, dan tidak sombong. Bukannya ingin menyombongkan diri sendiri ya, tapi memang itu kenyataannya. Aku terkenal, kaya, dan yang terpenting adalah... aku cantik.

Jam istirahat sekolah, aku sedang duduk di bangku taman, sambil membaca majalah Candy edisi spesial.

"Aurelia Utami!" panggil Rena, salah satu sahabatku yang ada di sekolah ini.

"Iya?" sahutku sambil tersenyum rama ke arah Rena.

"Kamu hebat! Kamu bisa memenangkan lomba model di majalah Candy!" Rena memelukku. "Oh ya, ku dengar kamu akan jadi model tetap di majalah itu ya?" tanya Rena.

"Ya, mungkin aku sedang beruntung," kataku sambil tersenyum.

"Apa kata mu!? Beruntung!?" kata Sinta. Entah dari mana, tiba-tiba ia sudah berdiri di belakang ku. "Ayolah Aurel... semua tahu kalau saingan untuk menjadi pemenang di majalah Candy itu sangat sulit," lanjut Sinta.

"Dan kamu masih bilang kalau kamu itu sedang beruntung?" sahut Dave yang tiba-tiba sudah berdiri di belakangku.

"Oh, Dave!" aku langsung membalikkan badan, dan memeluk pacar tercinta.

"Selamat ya, sayang," Dave membelai rambutku dengan lembut.

"Udah dong pacarannya... di sekolah nih..." goda Anna. Aku tersenyum sambil melepaskan pelukan ku dari Dave.

"Anna, iri ya... gak ada yang meluk....? kasihan," berkat perkataan Dave, kami langsung tertawa, "hahahaha."

***

10 menit setelah bel pulang berbunyi, aku Anna, Rena, dan Sinta berjalan menuju lapangan basket sekolah, karena biasanya Dave dan kawan-kawannya sedang berlatih basket untuk perlombaan bola basket antar SMA yang akan dilaksanakan seminggu lagi.

Benar saja, saat kami tiba di sana, Dave dan teman-temannya sedang melakukan pemanasan agar otot mereka tidak tegang saat melakukan olahraga yang berat-berat. Itulah kebiasaan Dave, selalu menganjurkan para anggotanya untuk melakukan pemanasan selama 20 menit sebelum ke latihan inti.

Setelah pemanasan selesai, Dave membagi teman-temannya menjadi dua kelompok untuk melakukan latih tanding. Ketika melihat Dave beraksi di dalam lapangan basket, aku seperti terhipnotis dengan karisma yang dimiliki oleh Dave. Cowok blasteran Inggris - Indonesia ini, selalu berhasil membuatku jatuh cinta kepadanya. Ia berlari di lapangan sambil mendrible bola dengan lincahnya, seakan ia bergerak tanpa ada halangan di depannya.Pantas saja ia ditunjuk sebagai kapten tim basket di sekolah ini.

Jujur, baru kali ini aku menyaksikan pacar ku beraksi di lapangan seperti ini. Bukannya aku tidak suka dengan kegiatannya yang penuh dengan keringat. Justru aku sangat suka cowok yang pandai dalam bidang olahraga. Tapi karena kesibukan ku sebagai orang yang baru merintis karir sebagai model remaja, membuatku tidak pernah menyaksikan permainan basket pacarku. Untung hari ini jadwal ku benar-benar sedang kosong, jadi aku bisa melihat Dave bermain basket.

Baru satu setengah jam mereka melakukan latih tanding, Dave langsung memerintahkan teman-temannya untuk istirahat selama lima menit. Dave berjalan ke arah ku, "belum pulang?" tanyanya setelah berdiri tepat di hadapan ku.

Aku menggeleng sambil tersenyum manis, "belum," ku serahkan botol minum ku kepada Dave, aku yakin ia sedang haus.

"Kamu pulang ya?" kata Dave lembut sebelum ia meminum air yang ada di botol itu.

"Enggak ah, aku mau lihat kamu main basket, habis kamu mainnya keren banget sih," puji ku sambil mengacungkan kedua ibu jari ku.

Dave mengembalikan botol yang airnya sudah diminum sedikit olehnya, "Aurel sayang... kalau kamu tidak pulang sekarang, nanti kamu pulangnya kesoren, dan aku gak mau kamu dimarahi sama orang tua kamu gara-gara kamu ngelihat aku main basket sampai jam 6 sore," ucap Dave dengan tatapan mata yang tegas.

Aku hanya mengangguk, lalu Dave mencium kening ku dan kembali ke lapangan untuk melanjutkan latihan. Sebenarnya sampai saat ini aku masih merasa bingung, kenapa aku tidak dapat melawan ucapan Dave sedikit pun? Sebenarya aku ini pacarnya atau anaknya sih? Terus selama aku pacaran sama Dave, apa aku dalam keadaan sadar atau sedang terhipnotis?

"Teman-teman, pulang yuk!" ajak ku.

"Maaf Aurel, tapi aku masih ada urusan di sekolah ini," kata Sinta.

"Aku juga Aurel, maaf ya gak bisa pulang bareng," sesal Anna.

"Iya, gak papa kok," aku tersenyum, "pulang yuk Rena!" aku dan Rena berjalan ke arah pintu gerbang sekolah sambil menggandeng lengan Rena.

***

Malam harinya aku mengirim pesan singkat ke Dave, agar ia mau menemani ku ke pesta teman ku.

Tak lama kemudian nama Dave menghubungiku, "halo Dave," jawabku setelah mengangkat panggilan tersebut.

"Aurel, aku minta maaf ya? Aku gak bisa nemenin kamu ke acara teman kamu itu. Aku masih sibuk mengurusi latihan tim basket untuk lomba Minggu depan," kata Dave dari ujung telp sana, "kamu tidak marah kan?" tanyanya.

"Oh, tentu saja tidak," jawabku berbohong. Sebenarnya aku kecewa ia tidak bisa ikut. "Kalau begitu yasudah, selamat malam," aku mematikan telp ku, lalu duduk di kursi yang ada di depan meja rias. "Hah... kok Dave akhir-akhir ini agak aneh ya? Perasaan kalau dulu, sesibuk apapun dia, ia pasti mau menemaniku pergi," gumam ku pada diriku sendiri.

Aku melamun sesaat, memikirkan kejadian di masa laluku bersama Dave. Begitu indah, bagaikan dunia ini hanya milik berdua, dan seakan-akan tidak ada dinding yang membatasi dunia kami, tapi sekarang... perlahan semuanya mulai berubah. Aku tersenyum, "yasudahlah, aku tidak boleh egois," aku bangkit dan berjalan menuju lemari pakaian.Aku tidak boleh terlambat datang ke pesta temanku. Dia kan sudah capek - capek mengundangku, masa aku tidak datang? Yah... walaupun tak ada Dave, bukan berarti aku tidak jadi datang kesana dong...

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top