3. Jodoh di tangan Papa (JDTP)
Happy reading
.
.
.
.
Aila sudah empat tahun tinggal di Surabaya karena kuliah di salah satu universitas negeri Surabaya. Mahasiswi jurusan Olahraga. Cita-citanya menjadi guru olahraga masih tetap dan tidak berbelok.
Aila tidak mau tinggal bersama Akhtar atau Hamzah di rumah dinasnya. Aila lebih memilih kos di dekat kampus. Dan untungnya kos yang dia tempati adalah milik Akhtar pribadi yang tidak diketahui oleh Raya dan anak-anaknya. Akhtar sengaja memberikan kos itu untuk Aila, karena Aila tidak mau tinggal di rumah dinasnya.
Aila hanya ke rumah dinas Akhtar setiap hari Sabtu dan Minggu, kalaupun dia tidak repot. Aila masih aktif mengikuti kejuaraan pencak silat.
"Ai, besok hari Sabtu, Lo pulang dong ke rumah bokap Lo?" Tanya Sania. Sania adalah sahabat Aila sedari kecil, mereka terus bersama dalam suka maupun duka.
Sania ada disaat Inara--Mama Aila meninggal, dan Aila ada disaat kedua orang tua Sania bercerai. Ada lagi sahabat mereka orang asli Surabaya bernama Rebecca.
"Hmm" Aila sibuk mengerjakan tugasnya.
"Kalau Lo ketemu tentara ganteng itu, Lo kasih tahu gue ya Ai" goda Sania. Aila sangat menjauhi tentara, karena dia tidak ingin kehidupannya seperti Akhtar.
"Males banget"
Sania menengadahkan tangannya keatas seperti sikap berdoa. "Ya Allah, semoga Aila berjodoh dengan tentara. Amin" Sania mengusap wajahnya.
"Jodoh ndasmu. Ogah gue" Sania makin terbahak-bahak.
PING
Bang Habib AL
Share loc, Abang jemput
Kita kencan
Aila Zahira
Share located
❤❤❤
Habib berdiri di depan kantor Akhtar dengan menggunakan seragam PDH (Pakaian Dinas Harian) berwarna biru. Habib adalah anak dari kakak Akhtar yang sekarang tinggal di Jambi sebagai TNI AL. Dan Habib mengikuti jejaknya. Sedangkan Hafizh adik Habib memilih menjadi seorang TNI AD seperti Akhtar dan Hamzah. Sedangkan Alka anak dari Hamzah sedang AKMIL di Magelang.
Habib memberikan hormat kepada Akhtar. "Dari tiga bulan yang lalu kamu pindah, baru sekarang berani mengunjungi saya?" Tanya Akhtar. Jabatan Akhtar adalah Mayor Jenderal.
"Siap salah. Saya baru saja selesai bertugas. Apa kabar Om?" Akhtar berdiri dan memeluk Habib.
"Ayo kita makan siang bersama" Habib mengangguk dan berjalan keluar bersama Akhtar dan Hamzah yang juga ikut di restoran terdekat.
Setelah memesan makanan. Habib menimbang-nimbang untuk bertanya. "Aila apa kabar Om? Saya kangen sama Aila" tanyanya. Hamzah diam dan Akhtar menghembuskan nafas berat. "Ai tidak tinggal sama Om"
"Kenapa?" Akhtar tidak kunjung menjawab. Habib menepuk keningnya. "Maaf saya lupa. Karena keluarga baru Om yang belum dia terima?" Akhtar mengangguk.
"Dimana dia sekarang om?" Akhtar memberikan sebuah alamat kos kepada Habib. "Ijin. Saya akan mengajak Aila jalan-jalan"
"Silahkan nak. Om harap kamu bisa membawa keceriaan kembali pada Aila" Habib tersenyum dan mengangguk.
"Hafizh akan pindah tugas kesini Minggu depan" kata Hamzah. Habib mengangguk. "Ya benar. Saya harap Hafizh nantinya bisa ada untuk Aila kapanpun, dimanapun"
❤❤❤
Habib menepati janjinya. Haidar berdiri di depan kos Aila. Aila keluar berdecak sebal karena Habib masih menggunakan PDH miliknya.
"Ganti baju gak bisa apa?" Habib nyengir dan menggeleng. "Ayo sini peluk Abang"
Aila memeluk Habib tanpa rasa sungkan. Semua para mahasiswi menjerit histeris melihat Aila berpelukan dengan Habib.
"Ayo jalan" Aila mengangguk. "San, tinggal dulu ya" toa Aila dan Sania mengangguk dan berdada ria. "Bawa makanan kalau pulang"
"Makanan udelmu San" gerutu Aila dan Sania malah tertawa terbahak-bahak. "Gue nggak suka udel Ai, gue suka cinta" Habib hanya menggeleng melihat kedua perempuan di depannya.
Habib mengajak Aila jalan di salah satu mall, mengajaknya nonton bioskop dan makan. Banyak perempuan yang memandangi mereka.
"Duh lakinya TNI. Mau dong"
"Duh lakinya cakep pake banget"
"Mau dong gantiin ceweknya"
Aila dan Habib tak ambil pusing. Habib mengajak Aila ke salah satu pusat perbelanjaan untuk membeli kemeja dan baju untuk Aila.
"Bagus gak Ai?" Habib menempelkan kemeja putih di badannya. Aila menilainya dan memberikan jempol ke Habib. "Sekarang pilih buat kamu"
Habib menarik Aila ke deretan baju wanita. Habib membelikan Aila baju untuk menghadiri kondangan rekan sejawatnya.
"Pokoknya lusa kamu temani Abang. Awas kamu lupa, Abang seret kamu" Aila tertawa mendengarnya. "Iya babang tamvan"
"Jijik dek" Aila kembali tertawa.
❤❤❤
Disinilah Aila sekarang. Berdiri di halaman rumah dinas milik Akhtar. Aila menghela nafas panjang sebelum masuk kedalam rumah. Di halaman terdapat mobil SUV warna hitam terparkir di sebelah mobil milik Akhtar.
"Assalamu'alaikum" Aila melepaskan sneaker dan masuk ke dalam rumah. "Waalaikumsalam" jawab serentak.
"Yee kak Ai pulang" teriak Ramzan, anak berumur 10 tahun itu menghampiri Aila yang sedang di ambang pintu. Aila melihat tamu yang memakai PDH sama seperti Akhtar, memilih berakting agar terlihat baik-baik saja.
"Kak, sini sayang" Akhtar memanggilnya agar dia mendekat. Disana sudah ada Vebby dan Raya yang duduk tak jauh dari Akhtar.
"Ini anakku Aila yang pernah aku ceritakan itu" laki-laki yang memakai pakaian PDH itu mengangguk dan tersenyum hangat kearah Aila. Aila tanpa diminta langsung menyalami laki-laki yang seumuran dengan Akhtar dan perempuan disampingnya. Aila berhenti di depan lelaki yang mengenakan pakaian doreng yang berwajah datar dan dingin. Aila Hanya menangkup tangannya di dada lalu kembali duduk di samping Akhtar.
"Kak, itu om Wahyu Iskandar dan Tante Regita Cahyani sahabat baik Papa dan almarhumah Mama" Aila diam dan mengangguk. "Itu Lettu Azlan anaknya"
Azlan hanya diam, dia berusaha mengingat wajah Aila. Dan detik berikutnya dia ingat, Aila adalah gadis yang menolak berkenalan dengan seorang Alvino playboy cap kaki tiga. Azlan rasanya ingin tertawa, tapi dia masih saja menampilkan wajah datarnya.
"Kedatangan kami kemari adalah untuk melamar anak kamu Tar, biar jadi menantu kami" terang Wahyu. Akhtar mengangguk.
"Maaf menyela, anak kami yang mana? Vebby atau Aila" tanya Raya ingin tahu. Akhtar sudah meliriknya dengan tajam. Akhtar sangat tidak suka kekepoan Raya dan Vebby. Aila hanya memandang Raya sekilas tanpa berniat berbicara dengan mereka.
"Siapa yang kamu pilih nak?" Tanya Wahyu ke Azlan. Azlan mengamati Vebby dan Aila adalah dua pribadi yang berbeda. Vebby sudah kecentilan sedari tadi saat dia tiba, dan Aila yang dengan cuek dan wajah datarnya duduk tanpa berniat tersenyum kearah Azlan.
"Izin. Saya memilih Aila" seketika senyuman Vebby luntur. Aila langsung melongo di depan Azlan dan langsung cepat-cepat kembali ke wajah datarnya. Rasanya Azlan gemas dengan perubahan Aila yang sangat cepat sekali.
"Pah?" Aila meminta penjelasan ke Akhtar. "Sempurnakanlah nak. Dulu mendiang Mama kamu juga seperti kamu ini" Aila diam tak menanggapi lagi.
"Bagaimana Aila? Kamu mau menerima lamaran saya?" Tanya Azlan. "Maaf, bolehkah saya berbicara dengan Anda berdua saja di taman belakang?" Azlan mengangguk.
Aila berjalan lebih dulu ke belakang dan diikuti Azlan. Aila menghembuskan nafas berat sebelum berbicara dengan Azlan.
"Maaf, tanpa mengurangi rasa hormat, kenapa anda memilih saya? Kita belum pernah mengenal" Azlan hanya mengangguk, lalu berjalan mendekat kearah Aila. Aila bersidekap dada dan memandang Azlan.
"Karena kita pernah bertemu. Dan saya juga tidak mau memperistri perempuan centil seperti dia" Aila paham siapa yang dimaksud Azlan. "Kapan ya? Perasaan saya tidak pernah bertemu dengan anda"
Ingin rasanya Azlan tertawa melihat wajah Aila yang dalam mode kebingungan. Tapi Azlan masih saja mempertahankan wajah datarnya.
"Beberapa hari lalu disaat saya bertugas. Kamu meyakinkan saya, bahwa kamu adalah perempuan yang terbaik dan tidak centil. Jadi terima saya sebagai calon suami kamu"
Pede sekali bapak ini. Batin Aila
"Saya masih kuliah. Apa anda tidak keberatan?" Tanya Aila kembali. "Tentu saja tidak nyonya pesilat"
Lagi-lagi wajah Aila berubah melongo dan Azlan berusaha keras menampilkan wajah datarnya.
"Aila, Azlan, ayo masuk" suara Akhtar memanggilnya. "Ayo kita makan"
Aila masuk diikuti Azlan. Sebelumnya Akhtar sudah bercerita tentang Aila kepada Wahyu saat Wahyu memang berniat melamar Aila untuk Azlan. Wahyu tentu saja tidak masalah.
"Kalian akan menikah dua bulan lagi. Lusa, kamu bisa menyiapkan berkas-berkasnya dan mulai untuk pengajuan, nanti Papa bantu"
What the... Seenaknya aja Papa. Cabutin rambut putih Papa secara kasar dosa gak sih?
❤❤❤
Sini bunda bantuin Ai kalau mau cabutin rambut putih Papa kamu.. wkwkwkwkwk..
Jangan lupa vote 🌟 dan komen ya gaess
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top