17|Rencana Puncak
Presiden Harrif Suherman melangkah memasuki ruangan. Dia dan beberapa orang lainnya tengah bersiap memberikan sebuah pidato sekaligus pengumuman di depan Istana Negara. Para Paspampres juga sudah bersiap di sekelilingnya. Melindungi beliau hingga tetes darah terakhir. Termasuk Lucas yang memilih setia kepada negara dan pekerjaannya. Dia sudah meneguhkan hati untuk tetap melindungi presiden sampai maut menjemputnya.
Presiden segera keluar dari ruangan itu setelah berbincang sejenak dengan anak dan istrinya. Dia melangkah cepat menuju halaman Istana Negara. Dia sudah memegang sebuah kertas berisi pengumuman yang hendak dia sampaikan. Pers sudah menunggunya di halaman Istana Negara. Pengamanan sudah siap. Dua buah Panser Anoa ada di depan gerbang. Dan puluhan Paspampres ada di sekelilingnya. Ditambah personil tambahan dari kepolisian dan TNI. DI atas Istana Negara telah disiapkan lima sniper terbaik. Pers sudah sangat siap. Kamera sudah dipasang di atas tripod dan sudah dinyalakan. Buku catatan telah di buka beserta pulpen di tangan. Serta mic juga telah disiapkan.
"Assalamualaikum. Selamat sore seluruh rakyat Indonesia. Aku Presiden Harrif Suherman hendak menyampaikan sesuatu. Ini adalah pengumuman yang penting demi nasib bangsa dan negara kita ini. Jadi tolong didengarkan." Presiden memulai pidato sekaligus pengumumannya. Bahkan dia tidak menggunakan bahasa yang bertele-tele.
"Bangsa Indonesia dalam beberapa bulan terakhir sudah dilanda kekacauan yang luar biasa. Bangsa ini sudah sangat berdarah dan penuh kematian. Perang sipil yang terjadi bukanlah salah pemerintah maupun rakyat. Tapi, ini semua salah kaum radikal yang menyebut diri mereka sebagai pembela rakyat. Mereka yang menyulut perang. Pemerintah hanya ingin melindungi rakyatnya. Oleh karena itu aku Harrif Suherman sebagai Presiden Republik Indonesia memerintahkan kepada seluruh pasukan militer Indonesia untuk: Pertama, mengamankan dan menjauhkan rakyat dari medan perang. Kedua melindungi daerah-daerah vital negara. Ketiga melakukan Operasi Pembasmian terhadap kaum radikal. Dan keempat meng—" kata katanya terpotong. Sebuah rudal meluncur ke arah pelindung presiden. Dan sebuah ledakan terjadi. Kemudian disusul meledaknya kedua panser di depan gerbang dan dilanjutkan suara letusan senjata yang saling bersahutan. Lantern Nosalic telah menyerang.
***
Aku berlari maju dengan sebuah SCAR-H di tanganku. Aku terus menembak musuh yang kulihat. Pasukan kami terus maju. Itu membuat kepanikan luar biasa di lapangan Istana Negara ini. Pers berhamburan pergi. Beberapa ada yang masuk ke dalam Istana Negara. Aku bersama dua puluh orang anggota Lantern Nosalic ditambah pasukan bantuan dari Rangga dan Jiahou. menyerang Istana Negara pembukaan dengan sebuah RPG yang telah dimodifikasi ke dalam sebuah kamera ternyata berhasil.
"Move! Move!" Seruku. Dan semua bergerak maju. Beberapa orang di sekitarku tiba-tiba terjatuh. Beberapa sniper terlihat di atap Istana Negara.
"Zaidan kerahkan drone milikimu," seruku di dalam alat komunikasi. Dua kelebat bayangan melintas di langit. Beberapa detik kemudian beberapa rudal meluncur ke arah beberapa orang dan ke atap Istana Negara. Membuat semua sniper tewas.
Aku melihat sekelilingku. Bette terlihat sibuk memainkan dual Walther P99. Dia didampingin Alexander yang sibuk melesatkan anak panahnya. Dia cukup ahli memanah. Aku menoleh ke belakang. Sebuah truck kontainer merapat ke dekat pagar Istan Negara. Dinding kontainer itu membuka dan mengeluarkan tiga machine gun otomatis dan membantu menembaki musuh kami. Lapangan Istana Negara menjelma menjadi medan pertempuran. Paspampres, Polisi, dan TNI sangat kuat menahan kami.
Aku merogoh saku celanaku dan mengambil sebuah granat. Setalah menarik pinnya aku melemparkan granat itu. Ledakant terjadi di depanku. Kami sudah lumayan dekat. Sudah sepertiga lapangan sudah kami duduki. Kudengar ledakan terjadi di belakangku. Kulihat kontainer itu berhasil meledakan pagar istana dengan serum penghancur. Mereka masuk dan menerjang beberapa anggota TNI. Peluru masih ditembakan. Sebuah kontainer datang lagi. Kali ini tanpa persenjataan.
"Kami telah memasuki lapangan Istana Merdeka," kata Rangga. Dia juga ikut membantuku langsung.
Drone melintas lagi di udara. Menembaki beberapa orang yang masih tersisa. Juga menjatuhkan bom ke depan gerbang. Beberapa pilar Istana Negara hancur. Aku menembak beberapa orang yang terlihat di depanku. Tiba-tiba sebuah granat terlihat tak jauh dariku. Granat itu meledak. Aku terpental beberapa meter. Pandanganku kabur sejenak.
"Adit, apa kau baik-baik saja?" tanya Jahou lewat alat komunikasi.
"Ya tidak terlalu buruk," kataku.
Sebuah ledakan terdengar lagi. Beberapa anak tangga hancur berantakan. Beberapa orang Jiahou terpental. Mereka tewas. Bette mengeluarkan sesuatu dari sakunya. Lalu melemparkanya ke arah beberapa anggota TNI. Salah satu dari mereka yang hendak melempar granat terjatuh. Granat itu meledak.
Kami sudah berada persis di depan pintu masuk. Dengan sedikit paksaan dari C5 pintu masuk menjeblak terbuka. Kami disambut beberapa tembakan. Dengan mudah kami tangani. Kami semua masuk. Dua mobil kontainer merapat di dekat menghalangi siapapun untuk masuk. Beberapa orang keluar dan membawa beberapa boks kayu besar. Mereka membawanya masuk dan menuju ke atap istana. Beberapa orang lain melindungi. Kami tidak berhenti. Kami terus maju menyisir seluruh Istana Negara. Ternyata masih banyak Paspampres, Porli dan TNI yang masih bertahan. Kami berhasil melumpuhkan mereka. Mereka berhasil dipukul mundur keluar Istana Negara. Bersamaan dengan itu Istana Merdeka juga berhasil dikuasai.
Beberapa menteri, anggot reporter dan beberpa Paspampres yang terluka kami tawan.
"Aku ingin laki-laki dan perempuan dipisahkan. Tak boleh ada yang menyakiti mereka. Ikat mereka dan setelah itu berkumpul di sini lagi!" seruku. Mereka segera melaksanakan perintahku.
Aku duduk di salah satu kursi. Mengatur napasku dan menatap kosong kermunan orang yang sibuk mengurus tawanan. Penyerangan yang mendadak ini lumyan berhasil. Tapi, ada masalah lain. Kami belum menemukan presiden.
Bersamaan dengan penyerangan ini di berbagai sudut kota terjadi penyerangan juga. Jakarta diserang dari luar dan dari dalam. Ribuan rakyat menyerbu tembok besar kota dan meledakan sebuah KRL tepat di bawahnya. Membuat salah satu abgian runtuh. Di laut Jawa terjadi pertempuran. Sultan Teuku Karim yang memimpin langsung bersama Cody. Zainal menjatuhkan bom bersama skuardonnya di atas kota Palembang. Di Surakarta, pasukan Bima yang tadinya hampir terdesak menjaadi beringas dan melakukan puputan. Begitu juga Yogyakarta dan Surabaya. Di Jawa barat terjadi keributan besar di setiap kota. Di Bandung terjadi beberapa ledakan. Di Banten tejadi pertempuran hebat di Kota Serang. Di Kalimantan Presiden Rahman ikut melakukan pertempuran bersama pemimpin pemberontakan baru. Jelas para pemimpin pemberontakan yang baru muncul itu adalah yang mengatur pembunuhan-pembunuhan misterius di Kalimantan. Tani Aliyah menyerang Bali. "Pemberontakan Nelayan Timur" yang sempat terpuruk berhasil bangkit lagi. Di Sulawesi juga sama. Farah Diansyah menyerang. Semua serangan dilakukan serempak, cepat, dan penyerangan yang terorganisir.
Tapi, apakah kami sudah menang?
***
Setelah masalah tawanan diurus, anggota Lantern Nosalic yang tersisa berkumpul di ruangan yang telah kuputuskan. Ada juga beberapa orang Jiahou dan teman-teman lamaku dari Kopassus yang memutuskan membantu.
Di sini ada Riffad Hakim, anggota Lantern Nosalic yang menyerang istana. Seorang yang brutal dan pengguna M60E4. Psikopat yang sangat terlihat seperti psikopat. Wajahnya kejam dan menyeramkan. Mata kirinya terluka karena serangan terhadap keluarganya
Annisa Nastiti salah satu dari dua wanita yang menyerang Istana negara. Dia wanita berjilbab, berkacamata, bermata bulat, dan terlihat imut. Di balik itu dia dan saudaranya pengguna senapan serbu yang handal.
Annisa Febriyanti, Saudari dari Annisa Nastiti. Wanita dengan rambut tiga jari melebihi batu. Berkacamata dan hebat dalam menembak. Terutama jika menggunakan senapan serbu.
Fajar Yudistira, seorang pengguna Dual Heckler and Koch USP. Pesaing dari Bette. Pria berjenggot dan rambut tebal itu adalah psikopat yang tak terlihat. Zefanya Olivia, cewek centil yang keliatan imut namun berbahaya. Memiliki rambut panjang dikepang dan wajah bulat. Anak buah Zaidan, dan merupakan salah satu peretas di Lantern Nosalic.
Marcelo Agustinius pria kalem, rambut cepak, alis mata tipis, mata sipit, dan memiliki kumis tipis, kulit sedikit terang. Anak buah Zaidan yang berarti dia peretas juga. Hadi Iskandar, patner dari Fajar yang hebat dalam menggunakan shotgun. Orang yang cukup brutal, tak punya rasa takut, dan salah satu ujung tombak penyerangan. Pria botak dengan badan kekar dan alis mata tebal.
Christoper Deruto, pria dengan rambut ikal, kulit hitam, dan mata besar ini adalah salah satu gudang senjata berjalan. Dia yang menembakan RPG kamera buatan Zaidan ke arah presiden. Salah satu anggota yang brutal.
James Thomson. Pria dengan rambut cepak, iris mata cokelat, alis mata tipis, dan bibir yang tebal di bagian bawahnya dan tipis di bagian atasnya. Dia menjadi supir mobil kontainer yang penuh dengan rudal dan senjata mesin.
Karin, wanita pembunuh berdarah dingin yang hebat dalam menggunakan berbagai senjata. Luke Trone dia merupakan suami karin. Pria dengan kemampuan teknologi yang cukup hebat ini adalah pemanah yang cukup baik setelah Alexander. Lim oktavian dan Reza Alfiansyah. Kakak dan adik ini adalah orang yang bertanggung jawab atas hancurnya sebuah panser di depan Istana Negara.
Alexander, Bette dan Zaidan juga ada di sini. Sisa dari kami telah tewas. Sisa dari tim penyerbuan ini adalah tiga puluh lima orang. Ditambah sepuluh orang yang ada di Istana Merdeka.
"Baik aku ingin keamanan diatur sebaik mungkin. Dua orang menjaga sekelompok tawanan. Jadi ada empat orang. Tujuh orang berjaga di atas dan sisanya menyebar. Patikan penangkis serangan udara yang kita miliki bekerja dengan baik. Zaidan kuasai sistem keamanan dan aku ingin tahu di mana presiden berada. Lalu lima orang akan ikut aku untuk menyergap presiden. Kontainer yang di depan itu operasikan lagi. Kuyakin militer akan datang lagi. Ayo!" Aku menjelaskan dan mereka dengan cepat menyebar dengan cepat.
Aku melangakah keluar ruangan. Menuju ruang tawanan wanita. Aku ingin menemui seseorang. Aku melangkah masuk. Para tawanan menatapku marah sekaligus benci. Mereka terlihat menyedihkan. Termasuk dia, Alissya Fahmidah.
Aku mendekatinya. Dia menatapku, tatapan yang masih sama. Bisa kurasakan kebenciannya.
"Halo Alissya,"
"Siapa sebenarnya kau?"
"Kau bertanya siapa aku? Itu sangat lucu. Engkau tahu siapa diriku ini," balasku.
"Tentu aku tahu dirimu. Kau pembunuh! Kau kaum radikal yang mengacaukan negeri ini! Kau memalsukan kematianmu aku tahu itu,"katanya. Aku tersenyum.
"Kau masih sama pintar ternyata. Well, kau benar soal aku pembunuh, radikal, dan penipu. Tapi di luar itu semua aku adalah orang yang kukenal. Orang yang pernah kau khianati. Orang yang pernah kau buat terpuruk dalam kesedihan,"
"Siapa kau?" tanya dia sekali lagi.
"Aku, Kresna Wijaya." Aku baru saja menyebut nama asliku dan dia terperangah. Matanya membelalak. Aku adalah masa lalunya. Dia adalah masa laluku. Kini sudah saatnya kuceritakan masa laluku.
***
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top