Fallen Angel 5
"Apa yang akan kau berikan bila aku menjawab pertanyaanmu?"
Angela berulang kali menampar pipinya pelan. Pipi yang sudah merah menjadi lebih merah lagi dengan Angela yang terus saja berbisik dengan umpatan demi umpatan mengatai dirinya bodoh.
"Ah... Aku tidak berani berhadapan dengan Mr. Cheeser lagi" ringis Angela.
"Mengapa aku bisa menanyakan hal itu sih? Bodohnya aku!" Sekali lagi gadis itu mengumpat, kemudian nekat menjedukkan keningnya ke rak buku pelan. Beberapa orang yang berada disekitar Angela melirik gadis itu terganggu, namun terlalu enggan untuk menegur gadis tersebut.
Angin dingin berhembus pelan, cukup untuk menerbangkan beberapa helai rambut Angela. Suasana yang damai ketika di perpustakaan adalah saat yang tepat, menurut Angela. Gadis itu dapat dengan mudah mengalihkan perhatiannya dari masalah ketika membaca buku. Namun sepertinya untuk hal yang satu ini agak sulit dihadapi.
"Awh Angela ada apa dengan wajahmu?" Stevani meringis menyaksikann kegilaan sepupunya itu, dengan cepat Stevani menuju dimana Angela berada dan menggiringnya menuju tempat administrasi. Mereka saat ini sedang mencari referensi tugas sastra yang diberikan madam Crimson, dan sepertinya Stevani sudah mendapatkan apa yang mereka cari, yaitu berupa beberapa buku tebal dan bahkan ada yang terlihat usang.
"Wow, kau mau menjadi kutu buku ya?" astaga, sepupu siapa ini? Bahkan ketika kegilaan menghampiri otak kecilnya, Angela tetap saja suka menyindir. Stevani cukup bersabar.
"Setidaknya aku tidak segila dirimu yang tiba-tiba saja menjedukkan kepala ke-rak buku" balas gadis berambut pirang itu dengan wajah memberengut yang lucu.
Angela mendengkus, kemudian memilih memainkan androidnya selagi menunggu stevani yang meminjam buku. Namun otak Angela tak sejalan dengan keinginan gadis itu, kembali otaknya berputar menayangkan kejadian yang menimpanya beberapa waktu yang lalu.
Degub jantung ini rasanya sudah tak tertahankan lagi. Wajah Mr. Cheeser sungguh dekat! Mata Angela seperti memiliki autofocus tersendiri yang langsung memindai ketampanan pria matang yang ada didepannya. Hidung bangir yang sempurna, bibir tipis berwarna pink pucat yang tersenyum nakal?, serta tatapan yang membius, siapa yang bisa tahan?
"Kurasa aku akan memberikan coklat belgia kepadamu. Stevan baru saja memberiku tadi, katanya dari gebetannya yang baru pulang dari luar negeri. Walau aku belum pernah memakannya, aku ikhlas memberikannya kepadamu Mr. Cheeser, aku suka berbagi" Angela bahkan tidak tahu apa yang baru saja ia katakan saking cepatnya ia berbicara.
Mr. Cheeser menatap Angela beberapa detik, suasana tiba-tiba saja berubah canggung. Kedua insan itu terdiam cukup lama sebelum Mr. cheeser tertawa terbahak-bahak.
"J-jadi... bolehkah aku pulang Mr. Cheeser?" Angela menatap gurunya kikuk. Sungguh ia malu sekali. Tolong, siapa saja yang berbaik hati mau membuang wajah Angela ke tempat yang jauh, gadis itu akan membayar berapa pun.
"Oh ya Tuhan... Mengapa cepat sekali Angela? Sebaiknya kita berbincang beberapa waktu dulu, semakin mengenal diri kita masing-masing" Mr. Cheeser memasang wajah kakunya kembali, namun sikap tubuh yang melipatkan tangan dimeja dengan postur mendekati Angela, Angela rasa itu bukan sebuah ekspresi keseriusan. Yang benar, saat ini ia tengah dipermainkan. Oleh gurunya sendiri! Lihat saja, siapa yang mengatakan bahwa Mr. Cheeser adalah orang yang kaku, yang bahkan tak bisa tersenyum, Angela akan meninju mereka dan meneriaki mereka beberapa kata gila.
Untuk apa pula mereka mengenal diri masing-masing? Ia sangat yakin saat ini pria yang ada didepannya ini tidak serius. Sebenarnya Angela kesal, malu juga grogi. Ia kesal menghadapi tingkah laku gurunya yang ternyata jahil tersebut, juga sangat malu ketika tangan Mr. Cheeser merambah mengambil sejumput rambutnya kemudian membaui.
"Sepertinya Stevani terlalu lama menunggu saya Mr. Cheeser, selamat siang" pamit gadis itu dan pergi begitu saja. Tak tahan lagi diperlakukan ambigu, tetapi tak berapa lama kemudian Angela kembali untuk meletakkan sebungkus coklat. Dengan wajah memerah Angela berkata, "Kupikir anda lebih membutuhkannya daripada aku, k-kalau begitu aku pergi dulu" dan dengan kecepatan cahaya gadis itu langsung menghilangkan dari hadapan seorang Arnold Cheeser.
"Angela!" Mata gadis itu mengerjab kaget sebelum kemudian mendelik kesal menatap Stevani.
"Kau ingin membuatku terkena serangan jantung?" Dengan kesal Angela meninggalkan Stevani yang tertawa jahat.
"Hei hei, tenanglah, kalau kau marah-marah seperti itu yang ada kau akan bertambah tua dan bisa dipastikan kau tidak akan mendapatkan pacar" cerocos Stevani. Gadis itu berbicara sambil mengejar Angela yang berjalan seperti sedang berlari, cepat sekali. Bahkan Stevani sampai menabrak pengguna jalan lainnya, benar-benar!
"Hei Angela! Tunggu!"
"I don't hear!" Sahut Angela terus berjalan. Rasa kesal gadis itu perlahan menyurut diiringi kekehan membayangkan Stevani harus kerepotan dibelakangnya. Untuk memastikan sesuatu, Angela kemudian melirik kebelakang. Mata gadis itu membola melihat Stevani yang berjalan cepat kearahnya dengan kesal sampai-sampai melupakan dirinya yang tinggal sendirian ditengah zebra cross, seratus meter dari Stevani sebuah truk melaju dengan kencang. Angela menahan nafas dan kemudian berlari menuju sepupunya, ia melirik lampu lalu lintas dan jarak truk tersebut.
Tidak sempat, pikirnya dan panik menyerang Angela. Pemandangan yang ia alami saat ini adalah seperti slow motion, bergerak begitu lambat. Stevani di kejauhan menyerngit melihat tingkah aneh Angela yang berlari kencang kearahnya sambil menjeritkan namanya. Setelah itu kepalanya menoleh menatap truk yang menyuarakan klakson panjang. Seluruh tubuh Stevani terpaku, pucat memenuhi wajahnya yang seperti kehilangan darah, dengungan dari teriakan orang-orang memenuhi kepala Stevani. Namun satu pertanyaan terselip dipikirannya, apakah ia akan selamat?
"Tuhan... Bantulah aku" Angela berdoa lirih. Dan seketika waktu terhenti, semuanya melambat, namun gadis itu tidak menyadarinya. Yang ia pikirkan adalah bagaimana menyelamatkan Stevani dari maut. Kakinya yang rapuh terus berlari walau Angela yakin kakinya sempat terkilir.
Walaupun waktu melambat tetapi jarak bus dan Stevani tinggal lima meter lagi, dengan memejamkan matanya, Angela langsung memeluk Stevani dan mendorong tubuhnya ke sisi jalan untuk terguling-guling. Setelah misi penyelamatan Stevani selesai waktu kembali berputar sebagaimana mestinya. Namun satu yang harus gadis itu bayar, adalah tubuhnya yang membentur keras sisi trotoar dengan kepala yang terbentur hebat.
ARTICULATE.
Syuhhh akhirnya terbayarkan chap yg terhapus *siram readers pake gelombang keringat🌊
Btw heuheuheuheu hallo para pembaca setiaku😚 yg tak bosan-bosannya memaki ku untuk update 🤣
Aku telah kembali setelah libur panjang yang melelahkan ini *seret koper sambil dadah²*
Oh ya...
Sebagai bonus aku mau bagi foto pak guru kita hehe.
Tada!!
Guantuengkuan?????
Iya dong wkwk.
Eittt tunggu dulu, jgn matiin data seluler kalian dulu karenaaa ininih pak guru setelah dipermak.
Engingeng!!!!
Nguuuuuunggggggggggg *readers otw pake sepeda🚲*
Kring kring kring! Ditengah jalan ketabrak tukang es krim diamon tiga rasa cuma seribu wuenak lohhhh!!!!🍦
Hayoo lohhhh siapa yang langsung jomblo onlen hayoooooo???? Btw nih emg org yg sama kok🤭
Ngaku lo pada! *Tatapan laser*
Yaudin. Dedek emesh mau hibernasi lagi wkwkwk. Mau mikirin gimana part depan yang telah rampung tapi pgn di rombak egen huehehehe.
Sampai jumpa pada waktu yang tak ditentukan guys😚😚😚
Jgn lupa kangenin aku, dan maki-maki aku ya wkwkwk 🤣
Seeyou💋
@Seraphira_ dengan kecantiqan abadinya. #eaaaa💃🕺👯
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top