7

"Aku akan memberikan sekantung penuh seal perak untuk tahu apa yang ada di kepalamu saat ini," ucap Drake, mengamati gadis yang duduk di seberangnya. Perhatikan jari-jarinya yang gelisah memutar tankard, menyebabkan beberapa cairan di dalamnya tumpah.

"Kamu tidak punya sekantung penuh seal perak," jawab gadis itu, bibirnya tersenyum sedih, matanya tidak teralihkan dari jendela. Menatap dengan mata suram ke arah kapal yang bersandar ke dermaga.

"Mungkin aku bisa menawarkan sesuatu yang lain sebagai gantinya."

"Mungkin." Gadis itu setuju, menganggukkan kepalanya dan akhirnya membiarkan matanya beralih untuk melihat Drake.

"Apakah kamu takut?" Drake mengangkat tankardnya sendiri, minum bir hangatnya dalam tegukan besar.

"Itu bukan kata yang tepat." Gadis itu menghentikan tangannya yang gelisah dan mendorong tankard ke arah Drake. Dia belum meminumnya sama sekali, Drake telah mengamatinya sejak mereka memasuki kedai.

"Gugup kalau begitu?"

Gadis itu menggeleng.

"Katakan padaku Neryssa, tidak ada apa-apa di antara kita yang akan membuat yang lain malu. Kamu tahu aku lari dari hidupku saat ini. Kamu bisa mengatakan apa pun padaku dan aku tidak akan menghakimi."

Gadis itu mengerutkan dahinya, menggulirkan bola matanya ke atas seolah berpikir dengan keras sebelum kembali melihat ke mata Drake. "Aku berpikir, bagaimana jika ayahku memintaku mengambil mahkota?"

Drake tidak langsung menjawabnya, dia tidak mengenal Neryssa dengan baik. Alasan dia setuju ikut sejak awal adalah karena kehidupannya sendiri berantakan. Tapi beberapa hari terakhir mengenalnya, Drake menyadari gadis itu bukan orang jahat. Tidak peduli bagaimana dia melukis dirinya saat menceritakan kisahnya saat itu, Drake yakin Neryssa bukan orang itu. Ada lapisan, setiap orang punya itu. Seperti Rose dengan sikap menantang dan keras kepala. Priam dengan ketajaman dan ketenangan. Bahkan dia sendiri harus mengaku memiliki lapisan. Tampilan standar yang mereka izinkan untuk dilihat orang secara umum.

"Kamu bilang kamu pernah sangat menginginkannya."

"Masih," jawab Neryssa. Suaranya berhantu. Resah.

"Mungkin kamu harus mengambilnya."

"Aku tidak pantas. Orang-orang tidak akan setuju."

Penyesalan ada di suaranya, Drake benar-benar mengenal baik perasaan itu. Salah satu yang membuat mereka merasa terhubung. Tidak semua orang mengerti bagaimana rasanya saat satu-satunya dunia yang mereka kenal dihancurkan. Tinggalkan meraka berserakan sampai mereka cukup kuat untuk memungut setiap potongan compang-camping yang tersisa.

"Aku mengerti. Aku benar-benar tahu bagaimana rasanya tidak lagi diterima." Sudut mulut Drake mencabik dalam seringai masam saat dia meniriskan bir dari tankardnya.

"Kamu tidak pantas mendapatkan perlakukan seperti itu," jawab Neryssa gusar, mata hijaunya bersinar dengan semacam api kemarahan atas apa yang diterima Drake dari orang-orang sejak perang.

"Entahlah. Aku tidak lagi yakin. Lagi pula itu bukan tentang pantas atau tidak pantas. Pikirkan berapa banyak orang mati dalam perang, berapa banyak keluarga yang dihancurkan. Aku sangat yakin mereka juga sangat tidak pantas mendapatkan itu, tetap saja, itu masih terjadi."

"Drake ... apa yang orang-orang lakukan. Bagaimana mereka memperlakukanmu—itu sebuah kesalahan."

Bukan sekali Drake mencoba meyakinkan dirinya bahwa dia pantas diperlakukan lebih baik. Namun setelah berbulan-bulan berlalu, dia menyadari semua itu tidak masalah. Pada dasarnya dunia tidak pernah adil. Dia tidak bisa mengharapkan orang menjadi adil atau masuk akal. Dia bukan orang yang memulai perang. Bahkan dia membantu untuk menjatuhkan kakaknya, tapi faktanya dia masih adik Keir dan untuk saat ini hanya itu yang ingin dilihat orang-orang.

"Yah ... mari berharap orang-orangmu akan menerimaku dengan lebih baik." Drake menurunkan tankardnya, mengernyit saat menyadari itu telah dikosongkan.

"Tidak bisa menjanjikan itu. Kamu datang bersamaku, semua orang membenciku."

Mencondongkan tubuhnya ke arah Neryssa, Drake bergumam dengan serius. "Aku masih tidak mengerti bagaimana semua itu salahmu. Dia mengikutimu. Dia membuat keputusan itu."

Saat Neryssa berkedip dengan lelah padanya dan memejamkan mata, Drake memperhatikan wajahnya yang muda. Neryssa punya wajah khas wanita Dumont, lembut dan manis. Itu jauh berbeda dari sudut kasar yang dimiliki Rose tapi anehnya ada ketajaman yang sama. Jenis dari terlalu banyak melihat kesuraman di dunia. Seolah-olah wajahnya kehilangan lipatan yang biasanya dimiliki oleh seseorang yang sering tersenyum.

"Aku tidak berharap kamu akan mengerti ketika aku memberi tahumu apa yang terjadi."

Tiba-tiba Neryssa membuka matanya dan tenggorokan Drake menyempit saat mata hijau itu menangkapnya sedang menatap. Dia mencoba untuk melihat ke arah lain tapi dia terlalu terperangkap. Dorongan untuk menghibur, untuk membuatnya lebih baik membuat Drake sakit. Dia belum pernah merasa begitu terhubung dengan seseorang, bahkan dengan Rose.

"Aku mencoba untuk mengerti," jawab Drake. Dia memaksa kata-kata keluar saat yang dia inginkan adalah meremas gadis itu ke dalam pelukan yang nyaman dan meyakinkannya bahwa semua itu bukan salahnya. "Orang-orang selalu menyalahkan mereka yang selamat."

"Demi Tessos, bisakah nasib kita lebih mirip lagi? Dihancurkan oleh hantu saudara kita."

Drake tertawa dengan pahit. "Setidaknya saudaramu bukan Komandan jahat yang mengerikan."

"Tidak. Dia hanya Putra Mahkota emas yang dicintai Raja dan rakyatnya."

"Putra Mahkota apa? Apakah aku merusak acara minum kalian?"

Mereka berdua secara refleks menoleh pada suara yang menyela pembicaraan mereka. Dan saat Drake mengenali pria itu dia berdiri dan menariknya ke dalam pelukan.

"Kamu terlihat jauh lebih baik dari saat terakhir aku melihatmu."

Pria itu balas meremas Drake dan tertawa. "Memang, tapi aku tidak bisa mengatakan hal yang sama tentangmu, Drake. Kamu terlihat mengerikan. Apakah semuanya baik-baik saja di Ryohan? Kamu bahkan tidak memberi tahuku akan berada di Tananian."

"Yah semua baik di sana dan aku tidak berencana untuk tinggal lama di sini."

Pria itu mendengus pada jawaban samar Drake tapi tidak menuntut lebih jauh. "Setidaknya kalian bisa tinggal untuk makan malam. Lagi pula aku yakin wyvernmu akan menghargai beberapa potong daging segar."

"Aku tidak berpikir itu ide—"

"Aku memaksa," potong pria itu dan Drake mendesah. Menatap Neryssa dalam pertanyaan diam.

"Aku tidak keberatan," jawab Neryssa menarik perhatian pria itu ke arahnya.

"Ohh jadi siapa wanita cantik yang bersamamu?"

"Aku tidak ingat kamu pernah begitu manis, Dean. Tapi bagaimanapun perkenalkan Neryssa, kami sedang menuju ke Dumont."

Neryssa berdiri saat itu dan menawarkan tangan untuk sebuah jabat tangan. "Senang bisa bertemu dengan seseorang yang begitu ramah."

Dean tersenyum menyambut uluran tangannya. "Dean Finn, senang bertemu denganmu. Aku ingat kamu adalah salah satu dari gadis Skies Society, benar?"

Neryssa mengangguk. "Ingatanmu tidak salah."

"Yah kalau begitu, selamat datang! Kalian benar-benar disambut di sini, di suku kami."

***

R punya banyak sekali masalah, bahkan R merasa kehilangan kemauan menulis. Hidup benar-benar berantakan saat ini, R sangat sedih. Jadi jika kalian punya waktu, tolong sempatkan untuk menyapa R. Tolong katakan pada R semua akan baik-baik saja. Aku ketakutan.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top