05. Skakmat

Taeyong pernah berambut pendek dan dia mengidolakan sosok Alex Turner. Saking sukanya, dia sampai menempel dinding kamar dengan wajah sang idola, dan hampir seluruh dinding kamar penuh wajah Alex Turner, sang vokalis band rock asal Inggris: Arctic Monkey. Jisoo tahu ini secara kebetulan. Kebetulan saat dirinya bertandang ke tempat pemuda tersebut.

Ya, Alex Turner. Siapa yang tidak tahu dia? Pria berkebangsaan Inggris yang merupakan seorang musisi terkenal dan vokalis dari Arctic Monkeys. Berkat kecintaannya terhadap Alex Turner, Taeyong sampai rela memanjangkan rambut. Oke, untuk informasi akhir Jisoo tahu berkat cerita di balik alasan “kenapa rambutku panjang” walau dia tidak begitu semangat mendengarkan ceritanya, setidaknya Jisoo sudah tahu alasan kenapa Taeyong senang memanjangkan rambut.

Jisoo tidak begitu tahu tentang dunia musik. Selera musiknya sekadar—well, biasa saja—dibandingkan selera musik Taeyong yang lebih eksentrik ketimbang dirinya. Dia asal menyukai lagu yang menurutnya enak didengarkan oleh telinga, tidak pernah menonjolkan satu lagu ataupun satu penyanyi untuk dibanggakan. Menurut Jisoo, setiap musisi punya gayanya sendiri dalam bermusik dan bernyanyi.

Balik ke cerita sekarang, di mana mereka duduk di satu sofa panjang di ruang tengah. Pemandangan ini merupakan hal wajar, karena seringnya Taeyong bertandang ke rumahnya. Sampai orang rumah hapal dengan wajah Taeyong, dan setiap dia bertamu, orang rumah akan berteriak, “Pacarnya Jisoo main, tuh.” Sebagai kodean bahwa Jisoo harus segera menemui lelaki itu. Mau tak mau, dia harus menemuinya.

Padahal dulu Jisoo sudah menentang bahwa Taeyong tidak boleh bersambang ke rumahnya. Akan tetapi, pemuda itu seakan tidak peduli dengan rengekannya. Entah bagaimana caranya, dia sampai diterima “baik-baik” oleh orang-orang rumah, bahkan sampai dapat meluluhkan hati sang orangtua. Tentu berbekal lip service yang kerap membuat Jisoo mual mendengar untaian sok manis dan bijaknya itu.

Taeyong itu penuh kebohongan. Jisoo tahu dan tidak akan terbodohi oleh sikap kamuflase pemuda tersebut.

“Kalau kamu ikut pasti tambah ramai,” rayunya sejak sehari lalu. Belakangan ini Taeyong memang gencar merayu Jisoo supaya ikut pergi berlibur bersamanya. Oh, satu lagi, Taeyong itu gemar travelling.

“Cuma tiga hari doang.”

Dia cuma tersenyum dan menggeleng.

“Minggu nanti pulang.”

“Enggak deh, aku sibuk.”

“Sibuk ngapain?” tanyanya dengan nada curiga.

“Ya ...,” matanya melirik kanan, otaknya sedang berpikir mencari jawaban yang pas, “... ngurus magang,” jawabnya.

Taeyong terkekeh. “Anak sastra nggak ada magang, Sayang. Kamu bohong itu yang pinter gitu, lho.”

“Ma-maksudnya ... Nayeon. Dia mau magang jadi aku bantu urus persiapannya,” ujarnya meralat cepat.

“Ilkom magang semester lalu,” tandasnya. “Mau ngajuin magangnya siapa lagi, hm?”

“B-bona?” ringisnya pelan, langsung dibalas kekehan Taeyong dan tangan kanannya kontan mengacak kepala Jisoo gemas.

“Kalau kamu bilang ngurus proposal, aku baru percaya,” ucapnya. “Jumat ikut aja.”

“Aku sibuk!” ujarnya tanpa sengaja suara meninggi. Membuat Taeyong memicingkan mata, menatapnya protes, karena barusan nada suara Jisoo tinggi dan dia paling tak senang pacarnya berbicara dengan nada meninggi.

Jisoo kontan menunduk dan merutuki kebiasannya berbicara dengan nada tinggi. Kalau di depannya Bobby tak masalah dia bicara dengan nada meninggi, tapi ini Taeyong. Kenapa juga dia bisa sekalem ini sama Taeyong? Padahal dia pengen banget pisah.

Namun, sepertinya Taeyong tak mempermasalahlan nada suara Jisoo barusan. Seolah dia telah lama menunggu hal itu, mengingat orang-orang di sekitarnya kerap bilang, “Hebat lo, ya. Bikin macan betina jadi kucing anggora.” Membuktikan bahwa keeksistensiannya Jisoo di kampus terkenal galak, tapi sama dirinya, kegalakan Jisoo seakan bersembunyi.

“Serius nggak mau ikut?” tanyanya mencoba memancing, “nggak khawatir aku gandengan sama cewek lain?”

“Gak, gak khawatir. Sana gandengan sama cewek lain,” balasnya berani.

Malah dia senang kalau Taeyong bergandengan sama cewek lain. Biarkan Jisoo bebas, silahkan dia pergi.

“Mesra-mesraan sama cewek lain gak apa-apa?” Kepala Jisoo mengangguk cepat. Membuat Taeyong menyeringai kecil dan makin semangat memancing reaksinya. “Tiga hari itu termasuk camp di pantai, lho. Berarti dua malam aku tidur sama cewek.”

“Lah, bukannya teman kamu cowok juga?” tanyanya tanpa sadar.

“Jisoo, pacarku,” panggilnya dengan tenang. “Kamu jangan terlalu polos, Sayang. Pacar kamu ini temannya gak cuma cowok. Cewek pun ada banyak.”

“Ya ... terserah, bukan urusanku,” ucapnya. “Mau kamu mesraan sama cewek, tidur sama cewek, i-itu kan ....”

“Itu apa?”

“Bukan urusanku,” sambungnya pelan.

“Memang bukan urusanmu, tapi kamu pacarku. Jadi, sebagai pacar baik, aku ngasih tahu.”

“Hm?” sahutnya belum mengerti. Mengapa Taeyong harus memberitahunya, toh, Jisoo tidak berharap tahu hal itu. Walaupun statusnya sebagai pacar, tapi dia tidak ingin tahu.

“Sekarang, kasih tahu aku,” ucap Taeyong tiba-tiba. “Kamu mau selingkuh sama siapa?”

“Hah?” Tanpa sadar Jisoo menggeser duduk agak menjauh dari Taeyong. Tubuhnya kontan was-was, melihat mata hitam Taeyong yang kini menatapnya tajam. “Si-siapa seling ... kuh?”

“Kamu!” tegasnya.

“A-aku nggak ....” Namun, kata-katanya berhenti di ujung lidah. Jisoo menelan saliva dalam-dalam, menatap takut tatapan Taeyong. “Ta-tahu darimana?”

Taeyong tertawa pongah, hingga membuat bulu roma Jisoo bergidik ngeri. Kenapa mesti di situasi seperti ini orang rumah sibuk dengan kegiatan masing-masing. Membiarkan Jisoo terjebak bersama jelmaan iblis.

“Kamu kalau selingkuh yang cerdik,” ucapnya sembari mendekati Jisoo yang sudah ketakutan diapa-apakan oleh Taeyong. Belum selingkuh saja dia sudah ketakutan begini, apa kabar nanti kalau dia benar-benar selingkuh? Langsung wassalam mungkin.

“Perlu aku ajari selingkuh biar kamu cerdik?” Taeyong menyeringai, sementara Jisoo menggeleng. “Lain kali, kalau mau selingkuh bilang aku dulu. Biar aku ajari,” ucapnya sambil menangkup wajah Jisoo.

Matanya lantas mengamati seraut cantik sang kekasih. Memandangnya lama-lama sampai puas, sebelum mendaratkan bibirnya di pipi Jisoo. Mengecup pipinya dengan cepat lalu tersenyum tepat di depan wajahnya.

“Besok Jumat kamu ikut. Aku nggak suka ditolak. Oke?” Dengan pasrah Jisoo mengangguk, menuruti ajakan Taeyong daripada nelangsa.

mas wan nanti muncul gais 🙈

Alex Turner kalau kalian gak tahu.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top