04. Finding a men

Strategi “finding a men” telah berjalan sejak dua hari lalu. Setelah kesepakatan bersama bahwa Jisoo harus segera mendapatkan selingan alias selingkuhan, supaya bisa putus dari Taeyong. Merupakan rencana paling brilliant dari Bona.

Namun, sampai sekarang mereka masih belum menemukan target yang cocok. Dengan sedikit permasalahan, well, ternyata Jisoo adalah cewek pemilih. Di antara puluhan cowok yang mereka pantau di taman kampus, belum ada satu pun cowok menarik atensinya. Duduk berjam-jam memantau, tak ada yang membuat gairah Jisoo membuncah.

Dia benar-benar pemilih. Setiap kali ditunjukkan, pasti menolak dengan beragam alasan, terutama alasan super klasik “terlalu baik”.

“Kalian tuh, kayak nggak ada harga dirinya pantau cowok di sini,” cibir Bobby menghalangi pantauan mereka saja. Dengan berdiri di tempat mereka mencari mangsa.

“Minggir, Bob. Nggak usah ganggu!” usir Nayeon.

Bobby malah meledek. “Dasar jablay lo semua.”

“BERISIK LO, BOB!” umpat Jisoo dibalas kekehan Bobby. Sudah biasa dia diumpati Jisoo.

Yah, hal itu wajar seadanya ada pada Jisoo. Semua orang adalah korban umpatannya, hampir setiap laki-laki di fakultas, karena Jisoo sejatinya macan betina.

“Gue kasih saran nih,” kata Bobby tiba-tiba dengan sok bijak. “Cari selingkuhan itu jangan semester setara, jangan sekampus juga. Lo pikir kalau Taeyong tahu dia bakalan hidup selamat? Kagak yang jelas.”

Mereka kontan saling bertukar pandang. Terpaku dengan saran Bobby. Astaga, kenapa mereka tidak terpikirkan sampai di sana?

“Mending cari selingkuhan maba aja.”

“Jangan degem juga, ih!” decak Jisoo menolak saran Bobby tentang maba.

“Seenggaknya maba gak ada yang tahu lo pacarnya Taeyong,” ucapnya menyadarkan Jisoo dan teman-temannya. “Antara semester satu dan tiga, di atas tiga mending jangan. Saran gue lagi, cari mahasiswa kampus lain. Jaga-jaga aja, siapa tahu Taeyong ngamuk lo selingkuhan,” lalu tertawa-tawa seorang diri, “secara dia belum pernah diselingkuhin, haha.”

Dasarnya Bobby senang melihat keributan, dia tak sabar menanti perang antara hubungan Jisoo sama Taeyong. Apalagi dia—lagi-lagi—telah mendengar rencana mereka mencarikan Jisoo selingkuhan. Makin semangatlah Bobby ikut memantau perkembangan strategi finding e men.

Tiba-tiba Bobby menepuk pundak Jisoo sambil mengembangkan senyum kebangaannya tersebut, senyum gigi kelinci. “Good luck, Jis!” ucapnya akan pamit. Namun berbalik lagi, kali ini bertanya kepada Nayeon tentang tugas kuliah mereka, dan Nayeon cuma bilang sepulang kuliah akan mampir ke rumahnya. Akan tetapi, Bobby tidak percaya, karena tipikal Nayeon itu gampang lupa. Jadi, pernyataan yang benar adalah sepulang kuliah Bobby mampir ke rumah Nayeon.

Saran dari Bobby barusan membuat Seolhyun semangat mengajak teman-temannya pergi ke Auditorium. Karena di sanalah, tempat maba berkumpul. Tempat yang jarang disabani oleh mahasiswa tua, terkecuali kegiatan mendesak yang mengharuskan mereka ke sana.

Tepat sekali, sampai di sana mereka disuguhi oleh UKM Taekwondo sedang berlatih di dalam Audit. Mata Jisoo dan lainnya gencar menyisir setiap wajah asing berseragam putih dengan sabuk berbeda-beda setiap orangnya.

Seperti hari-hari sebelumnya, memantau mahasiswa mencari target yang cocok untuk jadi selingkuhan Jisoo. Hanya berempat saja, karena Hwasa menolak mengikuti aktivitas “sinting” mereka, sementara Sowon ada jam kelas.

Sebetulan Jisoo enggan juga mengajak Hwasa. Ada beberapa alasan, dan alasan yang pasti karena Hwasa merupakan anggota UKM musik. Selain anggota, dia juga menjalin hubungan sama Yuta—teman Taeyong—dan untuk menghindari mata-mata, mereka setuju strategi “finding a men” tanpa Hwasa.

Oh, untuk Seolhyun pengeculian. Walaupun dia menjalin hubungan affair sama Johnny, seenggaknya Seolhyun dapat dipercaya. Malah dia paling gencar mengibarkan bendera kemerdekaan Jisoo putus sama Taeyong.

“Deket pintu masuk kedua, sabuk merah samping sabuk biru. Menurut kalian gimana?” tanyanya, mengalihkan perhatian ketiga temannya yang serentak melempar pandang ke pemuda yang dimaksud oleh Jisoo.

“Dilihat dari tampangnya sih, kelihatan maba,” kata Nayeon serius.

“Ya, emang maba, Nay,” ujar Bona gemas.

“Menurut lo Seol?” tanya Jisoo.

Seolhyun diam sesaat, masih fokus memandangi pemuda di sana yang tengah tertawa bersama rekannya. Tipe lelaki menyenangkan saat diajak mengobrol segala sesuatu dengan random.

“Gaslah!” katanya kemudian.

Mereka pun sepakat menargetkan pemuda itu sebagai calon selingkuhan Jisoo. Setelah berunding sesaat, Jisoo akhirnya memberanikan diri keluar dari kelompoknya untuk mendekati pemuda di sebrang sana. Berdiri lantang di depan mereka tanpa basa-basi menempati tempat kosong dekat pemuda itu. “Hei!” sapanya ramah. Dengan tiga pasang mata memantau dari jauh.

Si target dan teman-temannya saling melempar pandang penuh tanya.

“Kenalin gue Jisoo,” tanpa basa-basi mengajaknya berkenalan. Target sempat bingung dan melempar pandang ke temannya. Namun, ia tetap menerima ajakan kenalan Jisoo.

“Vernon,” jawabnya kemudian.

“Anak Taekwondo?” kalau ini baru basa-basi, “semester berapa?”

“Iya. Semester dua.”

“Kirain semester pertengahan, hehe. Sabuknya merah,” basa-basinya sambil menunjuk sabuk merah melingkar di pinggang Vernon.

Vernon memandang Jisoo sedikit bingung. Siang bolong begini tiba-tiba disamperin cewek cantik dan diajak kenalan. Serem, pikirnya.

Keputusan Jisoo menghampiri Vernon memang belum sepenuhnya matang. Dia cuma ingin tahu saja namanya, untuk lainnya bisa dipikirkan belakangan. “Sorry, ganggu. Kesannya gue SKSD banget, ya?”

“Gak papa, santai aja,” balas Vernon.

“Dari tadi gue duduk di sana,” menunjuk tempatnya sebelumnya, “ngelihatin lo latihan sambil ketawa seneng aja gitu—bukan nguntit, kebetulan aja duduk terus ngelihat lo.”

Vernon tersenyum tipis menyikapinya.

“Tawa lo virus,” akunya tanpa malu-malu.

“Makasih.”

Membuat Jisoo tersenyum puas. Dia tidak peduli tudingan Vernon dan teman-temannya tentang dirinya. Niatnya kemari memang sekadar berkenalan dan, “Mau tukeran Snapchat?”

“Snapchat?”

Ia mengangguk. “Nggak ada, ya?” Alih-alih minta nomer Whatsapp dan Instagram, Jisoo memilih meminta Snapchat. Kenapa? Untuk cari aman saja.

“Ada kok,” jawabnya sambil mengeluarkan ponsel kemudian membuka aplikasi Snapchat, dan menyebutkan username akunnya.

“Oke, thanks,” jawabnya senang. “Gue balik ke sana lagi. Salam kenal Vernon!” Bergegas lari menyusul temannya. Lantas menjelaskan bahwa dia sudah tahu nama dan akun Snapchat-nya, yang berujung kena omelan Seolhyun.

“MINTA ITU NOMERNYA, BUKAN SNAPCHAT GOBLOK!”

“Tahu, nih!” omel Nayeon ikutan sebal. “Snapchat udah nggak jaman.”

“Bagi Jisoo masih jaman,” Bona menengahi, “penting dapat. Urusan lainnya belakangan. Lagi pula Jisoo harus jaga image. Ya kali, baru kenal langsung minta segalanya.”

“Nah, itu maksudnya!” seru Jisoo senang akhirnya ada yang sependapat dengan dirinya. “Semua harus bertahap, jangan sampai kebablasan.”

“Tapi kan ....”

“Udah, percaya aja sama gue. Snapchat aman!” Karena Jisoo menolak diketahui oleh Taeyong bahwa dia berencana berselingkuh. Taeyong baru boleh tahu perselingkuhannya ketika Jisoo berhasil mengaet Vernon. Jahat memang, tapi demi kebebasannya akan dia lakukan apa pun.

...

“Jumat jadi pergi nggak?” Johnny menggeram, pertanyaan kesekiannya diabaikan lagi-lagi Taeyong. “Heh, Gondrong!” panggilnya sambil mendorong bahunya pelan.

Tanpa menoleh, Taeyong cuma menyahut, “Jadi, jadi.” Masih terlihat sibuk bermain ponsel. Johnny tahu apa yang sedang dilakukan temannya itu.

Tinder.

Yah, apalagi yang bisa mencuri perhatian Taeyong sepenuhnya selain Tinder dan Jisoo?

“Gue ajak satu orang buat ikut acara besok,” katanya sambil memamerkan chatroom-nya bersama cewek Tinder. “Anak kampus tetangga, lumayan buat lo selingkuhin.”

“Bangsat lo, ya?”

“Kayak lo nggak bangsat aja,” balasnya terkekeh pelan.

Dua-duanya bangsat. Johnny memang sudah punya pacar, selingkuh pun ada—Seolhyun—selingkuh abadinya sejak semester empat. Sementara Taeyong kelakuannya lebih bangsat. Biarpun punya pacar, deretan gebetan tetap banyak. Ngakunya bukan selingkuhannya, tapi gebetan.

“Karimunjawa aja. Gue udah booking tempat di sana,” celetuk Yuta membawa kabar liburan.

“Anak UKM diajakin sekalian kalau ada yang mau,” kata Taeyong masih asyik mengirim pesan dengan cewek Tinder.

“Cewek lo nggak diajak?” pancing Johnny ingin tahu.

“Jisoo? Mana mungkin mau. Yang ada dia seneng gue ngilang beberapa hari.”

“Lo mati aja dia seneng, Yong,” sambung Yuta.

“Bukan seneng lagi, tapi langsung bikin selebrasi,” balasnya sambil tertawa. Tanpa sadar membayangkan hal itu. “Pokoknya lo urus acaranya. Gue mau cabut bentar.”

“Bolos lagi?” tanya Johnny melihat Taeyong yang kini berdiri dan bersiap pergi.

“Cabut bentar ketemu Vernon.”

“Ngapain?”

Taeyong cuma melempar senyum tanpa menjawab dan langsung melesat pergi dari posko UKM.

Oke, Jisoo, sepertinya pilihannya lo kurang tepat.

Ciee tebakannya salah, bukan mas wan 😌

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top