BAB XXVII - End
.
.
.
.
.
"Bright."
.
Ia mengangkat kepalanya. Wajahnya basah oleh air mata. Win tidak akan menghapus mereka. Mereka mewakili sebuah tujuan. Win berdiri dan melepaskan kancing kemejanya kemudian meloloskan agar terletakkan bebas diatas ranjang. Mata Bright tak pernah meninggalkan tubuh Win. Kebingungan di wajahnya dapat diduga. Win tidak bisa menjelaskan hal ini. Dia hanya membutuhkannya.
.
Mendorong turun celana panjang yang dia kenakan dan melangkah keluar dari celana tersebut. Kemudian melepaskan sepatu dan perlahan melepas celana dalam. Setelah Win benar-benar telanjang. Win melangkah keatas mengangkangi kaki Bright. Tangannya segera membungkus di sekeliling Win dan ia membenamkan wajahnya di perut polos Win tanpa komando. Daerah yang basah oleh air matanya terasa dingin pada kulit menyebabkan Win menggigil.
.
"Apa yang kau lakukan, Metawin?" Bright bertanya sambil sambil sedikit menarik diri hanya agar dapat menengadah menatap Win. Win tidak bisa menjawab itu. Dia lebih memilih mencengkeram kemeja Bright dan menariknya hingga ia mengangkat tangannya, membiarkan Win menariknya hingga terlepas melalui kepala dan melemparkannya ke samping.
.
Merosot hingga Win terduduk diatas pangkuannya, Win menyelinapkan tangan ke belakang kepalanya dan menciumnya. Perlahan. Ini adalah terakhir kalinya. Tangan Bright berada di rambut Win dan ia segera mengambil alih. Setiap belaian lidahnya lembut dan santai. Ia tidak lapar dan menuntut. Mungkin ia sudah tahu ini adalah selamat tinggal. Itu tidak berarti harus keras dan cepat. Ini merupakan kenangan terakhir yang Win akan miliki bersamanya. Tentang mereka. Satu-satunya kenangan yang tidak berisi kebohongan. Sekarang hanya kebenaran yang ada diantara keduanya.
.
"Apakah kau yakin?" Bright berbisik di bibir Win saat dia bergoyang melawan ereksi yang mereka rasakan di bawah celana jinsnya. Win hanya sanggup mengangguk. Bright mengangkat dan membaringkan Win di atas tempat tidur sebelum melepaskan sepatu dan celana jinsnya. Ia merangkak di atas Win saat wajahnya yang berbayang mengamati Win dengan begitu dalam. "Kau adalah pemuda paling menawan yang pernah aku lihat. Metawin." Bisiknya saat Bright menghujani ciuman di wajah Win sebelum menarik bibir bawah Win ke dalam mulutnya dan kemudian dihisap.
.
Win mengangkat pinggulnya. Dia membutuhkan Bright di dalam. Win akan selalu membutuhkannya di dalam tapi ini akan menjadi terakhir kalinya Bright berada di dalam mengisi penuh dirinya. Ini dekat. Tidak akan ada yang pernah sedekat ini lagi. Tidak seorangpun.
.
Bright menjalarkan tangannya menyusuri tubuh Win meluangkan waktu untuk menyentuh setiap bagian. Seolah-olah ia sedang menghafalkan setiap bagian yang Win miliki. Win melengkung ke dalam tangannya dan memejamkan mata membiarkan rasa dari tangannya menandai dirinya. "Aku sangat mencintaimu," Bright menyumpah saat kepalanya menunduk untuk mencium pusar.
.
Win membiarkan kakinya jatuh terbuka sehingga Bright dapat bergerak diantaranya. "Apakah aku perlu memakai kondom?" tanyanya, bergerak kembali keatas tubuh Win.
.
Ya, dia harus menggunakannya. Tidak boleh mengambil resiko. Lagi-lagi, Win hanya mengangguk. Bright berdiri untuk mengambil celana jinsnya dan menarik keluar sebuah kondom dari dompetnya. Win melihatnya merobek pembungkusnya hingga terbuka kemudian diselipkannya dari ujung kepala kejantanan hingga menutupi keseluruhan sampai pangkalnya. Win tidak pernah mencium Bright disana, di kejantanannya. Win pernah memikirkannya tetapi dia tidak memiliki keberanian.
.
Sesuatu yang memang harus tetap tidak diketahui. Bright menyusurkan tangannya ke dalam kaki dalam Win dan kemudian dengan perlahan mendorongnya hingga terbuka lebih lebar. "Ini akan selalu menjadi milikku," katanya penuh dengan keyakinan. Win tidak mengoreksinya. Tidak ada gunanya. Memang tidak akan pernah menjadi milik orang lain. Setelah hari ini, Win hanya akan menjadi milik dirinya sendiri.
.
Bright menurunkan tubuhnya diatas Win hingga dia bisa merasakan kepala ereksinya menekan rectumnya dengan begitu gila. "Tidak pernah terasa senikmat ini. Tidak akan pernah ada yang senikmat ini," Bright mengerang kemudian meluncur memasuki Win. Otot-otot senggamannya meregang menerima kejantanan Bright yang seolah membesar. Win melingkarkan tangannya di sekeliling lengan Bright dan berteriak ketika ia mengisi Win sepenuhnya.
.
Perlahan, Bright bergerak keluar dan mengayun kembali untuk memasuki Win. Mata Bright tak pernah meninggalkannya. Win mengunci tatapannya. Dan disana Win bisa melihat badai di dalam matanya. Win tahu dengan pasti jika dia bingung. Win bahkan dapat melihat ketakutan. Kemudian ada cinta. Win melihatnya. Keganasan di matanya. dia mempercayainya. Win percaya itu. Dia bisa melihatnya dengan jelas. Tetapi itu sudah terlambat sekarang. Cinta tidaklah cukup. Setiap orang selalu mengatakan bahwa cinta saja sudah cukup. Itu tidak cukup. Tidak ketika jiwamu telah hancur berkeping-keping.
.
Win menyelipkan kakinya di seputaran pinggul Bright dan kemudian membungkuskan lengan di sekeliling lehernya. Dekat. Win butuh dekat dengannya. Nafas Bright terasa hangat di leher Win saat ia menekankan ciuman pada kulit yang lembut disana. Bright membisikkan kata cinta dan janji-janji yang tidak akan pernah bisa dipatuhi dan Win hanya akan membiarkannya. Hanya untuk terakhir kalinya.
.
Kenikmatan yang terbangun telah mencapai puncak ketika Bright melayangkan sebuah ciuman di bibir Win dan berkata, "Hanya kau."
.
Win tidak berpaling saat dia memeluk Bright erat dan membiarkan aliran perasaan bahagia yang utuh menyelubunginya. Mulut Bright terbuka dan sebuah geraman keras menggetar dadanya saat ia memompa Win dua kali lagi dan kemudian dia diam terpaku. Sorot matanya tidak pernah meninggalkan kedua netra redup Win. Mereka berdua bernapas dengan cepat dan keras ketika Win mengatakan semua yang ingin dia katakan tanpa harus mengeluarkan kata-kata. Semuanya tersirat di dalam matanya. Jika Bright melihat cukup dekat.
.
"Jangan lakukan ini, Metawin," Bright memohon.
.
"Selamat tinggal, Bright."
.
Bright menggelengkan kepalanya. Ia masih terkubur jauh di dalam tubuh Win. "Tidak. Jangan kau lakukan ini pada kita."
.
Win tidak mengatakan apa-apa lagi. Win membiarkan tangannya jatuh terkulai ke sisi dan kakinya menyelinap menuruni pinggang Bright sehingga mereka tidak lagi menempel. Win sama sekali tidak ingin berdebat dengannya.
.
"Aku tidak sempat mengucapkan salam perpisahan pada saudara kembarku atau ibuku. Salam perpisahan terakhir yang tidak pernah bisa aku dapatkan. Ini adalah perpisahan terakhir yang aku butuhkan. Ini adalah sekali diantara kita tanpa ada kebohongan."
.
Bright mencengkeram selimut di bawah tubuh penuh peluh Win dengan kedua tangannya dan memejamkan mata. "Tidak. Tidak. Kumohon, jangan."
.
Win ingin mengulurkan tangan dan menyentuh wajahnya. Untuk mengatakan padanya jika semua akan baik-baik saja. Dia akan melangkah maju untuk meneruskan hidup dan melupakan semua ini. Mengenai mereka. Tapi Win tidak yakin mampu melakukan itu. Bagaimana Win bisa menghiburnya jika dia merasa begitu hampa?
.
Bright menarik keluar kejantanannya dan Win meringis pada kekosongan yang bergema di seluruh tubuhnya. Bright berdiri dan tidak memandang Win sama sekali. Win menatap dalam keheningan saat Bright mulai berpakaian. Inilah saatnya. Apakah kehampaan harus terasa menyakitkan? Kapankah rasa sakit akan berhenti timbul?
.
Setelah mengenakan kemejanya Bright mengangkat matanya untuk menatap Win. Win sendiri duduk dan menarik lututnya sampai dada untuk menutupi ketelanjangannya dan untuk menahan dirinya sendiri. Win hanya takut jika dia akan benar-benar hancur.
.
"Aku tidak dapat membuatmu memaafkanku. Aku tidak pantas mendapatkan pengampunan darimu. Aku tidak dapat mengubah masa lalu. Yang dapat kulakukan adalah memberikan apa yang kau inginkan. Jika ini yang kau inginkan, aku akan pergi, Metawin. Ini akan membunuhku tapi aku akan melakukannya."
.
Apa lagi yang mungkin bisa terjadi? Win tidak akan pernah sama lagi. Bocah polos yang Bright cintai sudah tidak ada lagi. Ia akan segera mengetahuinya jika dia tinggal. Win tidak memiliki masa lalu. Dia tidak mempunyai dasar. Semua itu telah lenyap. Tidak ada yang masuk akal dan Win tahu itu tidak akan pernah. Bright pantas mendapatkan lebih.
.
"Selamat tinggal, Bright," sahut Win untuk terakhir kalinya. Rasa sakit yang bergelayut di matanya tidak mampu Win hadapi. Menjatuhkan padangan darinya dan mempelajari selimut bermotif kotak-kotak yang berwarna biru di bawah. Win mendengarkan saat Bright berjalan menuju pintu. Suara langkah kakinya teredam di karpet tua pudar. Kemudian pintu terbuka dan sinar rembulan menerangi ke dalam kamar yang gelap. Ada jeda.
.
Win bertanya-tanya apakah Bright akan mengatakan hal lain. Win tidak ingin Bright melakukannya. Setiap kata yang dia katakan hanya membuat ini menjadi lebih sulit.
.
Pintu menutup. Win mengangkat mata untuk melihat kamar motel yang kosong di sekelilingnya. Perpisahan itu tidak sebaik yang orang-orang katakan. Win tahu itu sekarang.
.
Bukan Bright yang menyebabkan Win lari. Dialah yang menjadi alasan Win ingin tinggal.
.
.
.
.
.
[w/n : Tenang guys, kisah mereka belum berakhir... tapi hm, saya membuka peluang bagi kalian yang ingin curhat perihal ff ini. Agak sepi peminat ya, tapi saya nggak nyesel kok remake ini cerita, menurut saya ini bagus dan saya puas. Oke, salam Sayang! Badut]
.
p.s : buku kedua akan tayang besok malam di lapak yang lain dengan judul 'DOWN'
.
p.s.s : tetep dukung badut yaa, jangan kapok main di sini!!
.
p.s.s.s : oh, ini happy ending ya.. kan saya kasih buku kedua, eheheh
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top