BAB XXIII


.

.

.

.

.

Win sendirian. memilih melindungi mata dari sinar matahari pagi dan melihat ke sekeliling ruangan. Bright tidak ada di sini. Itu mengejutkan. Dengan perlahan duduk dan melihat jam. Hampir pukul sepuluh. Tidak heran Bright tidak di sini. Win tidur sepanjang pagi. Hari ini mereka harus berbicara. Bright telah membiarkannya masuk. Semalam mereka melakukan hubungan seks yang menakjubkan. Win butuh kata-kata sekarang.

.

Win berdiri dan menemukan celana pendeknya tergeletak di ujung tempat tidur. Bright pasti membawanya ke lantai atas karena seingatnya tadi malam dia meninggalkan itu di tangga tadi. Mengenakannya dengan cepat dan kemudian mencari-cari kemeja yang tak terlihat dimanapun. Salah satu tshirt Bright terlipat rapi di samping celana pendeknya jadi Win langsung memakainya dan menuju lantai bawah. Dia sudah siap untuk menemui Bright.

.

Pintu lorong di sisi keluarga terbuka. Win membeku. Apa artinya? Ruangan itu selalu tertutup. Lalu Win mendengar suara-suara. Dia berjalan menuju tangga kedua dan mendengarkan. Suara akrab ayahnya terdengar melalui tangga dari ruang tamu. Dia sudah pulang. Win mengambil langkah pertama dan berhenti. Bisakah Win menghadapinya? Akankah dia menyuruhnya pergi? Apakah dia tahu jika Win telah tidur dengan Bright? Akankah Prim akan membuat ibunya membencinya juga? Serius, Win tidak punya waktu untuk memikirkan semua ini.

.

Ayah menyebut nama Win dan dia tahu bahwa harus turun ke sana menghadapi ini. Apapun yang akan terjadi. Win memaksa dirinya turun setiap langkah. Berhasil menyeberangi foyer dan berhenti setelah telinganya bisa mendengar mereka dengan jelas. Dia harus tahu dengan jelas apa yang sedang dibicarakan.

.

"Aku tidak percaya, Bright. Apa yang kau pikirkan? Kau tahu siapa dia? Apa artinya ia bagi keluarga ini?" Itu ibunya berbicara. Win tidak pernah bertemu dengannya tapi Win tahu.

.

"Kau tidak bisa melimpahkan semua tanggung jawab padanya. Pada saat itu dia bahkan belum lahir. Ibu tidak tahu apa yang telah ia lalui. Apa yang telah dia lakukan padanya untuk dilalui." Bright murka. Win mulai berjalan ke pintu tapi berhenti sejenak. Tunggu. Apa arti Win dalam keluarga ini? Siapa yang mereka bicarakan?

.

"Jangan merasa tinggi dan hebat. Kau adalah orang yang pergi dan mengantarkannya untukku. Jadi apa pun yang dia lakukan untuk dilaluinya," bentaknya, "kau yang memulai semuanya. Kemudian kau menidurinya? Sungguh Bright. Ya Tuhan apa yang kau pikirkan? Kau sama seperti ayahmu."

.

Win mengulurkan tangan untuk meraih kusen pintu untuk bersandar. Dia tidak tahu apa yang akan terjadi tapi napasnya menjadi pendek, dia bisa merasakan panik tumbuh di dadanya.

.

"Ingat siapa pemilik rumah ini, ibu," peringatan Bright sangat jelas. Ibunya mengeluarkan suara decakan yang nyaring. "Bisakah kau percaya ini? Dia melawanku demi seorang bocah yang baru saja ditemuinya. Chan, kau harus melakukan sesuatu."

.

Hening. Lalu ayah berdeham. "Ini rumahnya, Davika. Aku tidak bisa memaksa dia untuk melakukan apa pun. Seharusnya aku dapat menduganya. Dia begitu mirip ibunya."

.

"Apa maksudnya?" Raung wanita itu. Ayah mendesah, "Kita sudah melalui ini sebelumnya. Alasan aku meninggalkanmu untuknya karena dia punya sisi itu yang menarikku padanya. Aku tidak bisa melepaskannya─"

.

"Aku tahu itu. Aku tidak ingin mendengarnya lagi. Kau sangat menginginkannya sehingga kau meninggalkan aku yang sedang hamil dengan setumpuk undangan pernikahan yang dibatalkan."

.

"Sweetheart, tenanglah. Aku mencintaimu. Aku hanya menjelaskan bahwa Win memiliki kharisma ibunya. Tidak mungkin untuk tidak merasa tertarik padanya. Dan dia juga "buta" seperti ibunya. Dia tidak bisa menahannya."

.

"Argh, kapankah jalang itu akan meninggalkan aku? Apakah dia akan selalu menghancurkan hidupku? Dia telah meninggal dunia. Pria yang kucintai akhirnya kembali dan putri kami akhirnya

memiliki ayahnya dan sekarang ini. Kau tidur dengan dia, bocah ini!"

.

Tubuh Win mati rasa. Dia tidak mampu bergerak, tidak bisa menarik napas dalam-dalam. seolah masih bermimpi. Itu yang terjadi. Dia belum terbangun. Win memejamkan mata kuat-kuat memaksa diri untuk bangun dari mimpi yang gila dan membingungkan ini.

.

"Satu kata lagi tentang dia dan aku akan mengusirmu keluar." Nada Bright dingin dan keras.

.

"Davika, honey, tenanglah. Win adalah anak yang baik. Dia berada di sini bukanlah akhir dari dunia. Dia membutuhkan tempat tinggal. Aku sudah menjelaskannya kepadamu. Aku tahu kau benci Nittha tapi dia dulu adalah sahabat terdekatmu. Kalian berdua telah bersahabat sejak kalian masih anak-anak. Sampai aku datang dan merusak hubungan kalian berdua yang sudah seperti saudara. Ini adalah anaknya. Berbelas kasihanlah sedikit."

.

Tidak.. Tidak. Tidak. Tidak. Win tidak hanya mendengarnya. Ini tidak nyata. Ibunya tidak akan pernah menghancurkan pernikahan seseorang. Dia tidak akan membuat ayah seseorang yang meninggalkan seorang wanita yang sedang mengandung anaknya. Ibunya adalah seorang yang penuh kasih sayang. Dia tak akan pernah membiarkan hal itu terjadi. Win tidak bisa berdiri di sini dan mendengarkan mereka berbicara tentang hal itu. Mereka semua salah. Mereka tidak mengenalnya. Ayah telah pergi begitu lama sehingga ia lupa apa yang sebenarnya terjadi.

.

Win melepaskan pegangan erat pada kusen pintu dan berjalan ke ruang dimana mereka mempermalukan nama ibunya. "Tidak! Diam kalian semua," Win berteriak. Ruangan itu menjadi hening. Dia melihat ke arah ayah dan meningkatkan level tatapan marah padanya. Tidak ada orang lain di sini yang penting sekarang. Bukan wanita yang terus mengumbar kebohongan tentang ibunya atau orang yang Win pikir dia cintai. Seseorang yang telah dia persembahkan tubuhnya. Orang yang telah membohonginya mentah-mentah.

.

"Win," suara Bright terdengar jauh. Win mengangkat tangan untuk menghentikannya. Win tidak ingin Bright mendekat.

.

"Kau," Win menunjuk jarinya pada sang ayah. "Kau membiarkan mereka berbohong tentang ibuku," Win berteriak. Dia tidak peduli jika tampak seperti orang gila. Dia benci mereka semua sekarang.

.

"Win biarkan aku menjelaskan─"

.

"TUTUP MULUT!" Win meraung. "Adikku, separuh diriku, meninggal. Dia meninggal, ayah. Dalam mobil dalam perjalanan menuju toko bersamamu. Rasanya seperti jiwaku telah direnggut dari diriku dan terbelah menjadi dua. Kehilangan dia sangat tak tertahankan. Aku melihat ibuku meratap dan menangis dan berkabung dan kemudian aku melihat ayahku berjalan pergi. Tidak pernah kembali. Sementara bocah laki-laki kecil dan istrinya berusaha untuk mengumpulkan serpihan dunia mereka tanpa Tine di dalamnya. Kemudian ibuku jatuh sakit. Aku meneleponmu tapi kau tidak menjawab. Jadi, aku melakukan pekerjaan tambahan sepulang sekolah dan aku mulai melakukan pembayaran untuk perawatan medis ibu. Aku tidak melakukan apapun selain merawat ibuku dan pergi ke sekolah. Kecuali sewaktu aku di SMA, dia sakit parah sehingga aku harus drop out. Aku mengambil GED*) dan sampai disana pendidikanku terhenti. Karena satu-satunya orang di planet ini yang mencintaiku sedang sekarat disaat aku hanya bisa duduk dan melihatnya dengan pasrah. Aku memegang tangannya saat dia menghembuskan napas terakhirnya. Aku mengatur pemakamannya. Aku melihat mereka menurunkan dia ke tanah. Kau tidak pernah sekalipun menghubungi. Tidak sekalipun. Lalu aku harus menjual rumah peninggalan nenek dan segala sesuatu yang bernilai di dalamnya hanya untuk melunasi tagihan medis." Win berhenti dan mengambil napas terengah-engah dengan keras dan isakan lolos.

.

Dua lengan Bright memeluk namun Win berteriak, menghentakkan lengannya dan bergerak menjauh. "JANGAN SENTUH AKU!" Win tidak ingin Bright menyentuhnya. Bright juga telah berbohong padanya. Dia tahu ini dan ia telah berbohong kepadanya.

.

"Sekarang aku dipaksa untuk mendengarmu berbicara tentang ibuku yang baik. Kau dengar aku? Dia adalah seorang yang baik! Kalian semua adalah pembohong. Jika ada orang yang bersalah penyebab semua omong kosong yang terdengar mengalir keluar dari mulutmu itu adalah dia." Win menunjuk ayahnya. Dia tidak bisa menyebut nama itu lagi. Tidak sekarang.

.

"Dia adalah pembohongnya. Dia bahkan tidak layak menjadi kotoran di bawah kakiku. Jika Prim adalah putrinya. Jika Anda pada saat itu sedang hamil." Win mengalihkan tatapannya kepada wanita yang belum pernah dia lihat sebelumnya dan kata-kata membeku di bibir. Win ingat dia. Win terhuyung kembali dan menggeleng. Tidak. Ini bukanlah seperti yang terlihat.

.

"Siapa kau?" Tanya Win saat kenangan akan wajah itu perlahan-lahan kembali ke ingatannya yang buram.

.

"Berhati-hatilah dalam menjawab," suara Bright tegang berasal dari belakang Win. Dia masih berada di dekatnya. Matanya bergeser dari Win kepada ayah kemudian kembali lagi kepada Win. "Kau tahu siapa aku Win. Kita pernah bertemu sebelumnya."

.

"Kau pernah datang ke rumahku. Kau...kau membuat ibuku menangis."

.

Wanita itu memutar matanya.

.

"Peringatan terakhir, ibu," kata Bright.

.

"Prim ingin bertemu ayahnya. Jadi aku membawanya kesana. Dia harus menghadapi kenyataan bahwa keluarga kecilnya yang bahagia dengan kedua putra kembarnya yang cerdas dan cantik yang ia cintai dan seorang istri yang sempurna. Aku lelah harus memberitahu putriku jika dia tidak punya ayah. Dia tahu dia memilikinya. Jadi aku menunjukkan padanya apa yang ayahnya pilih dan itu bukan dia. Dia tidak pernah bertanya lagi tentang dia lagi sampai jauh di kemudian hari."

.

Win mengingatnya, dia mengingat gadis cilik seusianya yang berdiri menggenggam erat tangan ibunya dan memperhatikan dirinya saat berdiri di pintu. Itu adalah Prim. Perut Win bergolak. Apa yang telah ayahnya lakukan?

.

"Win, kumohon tataplah aku." Suara Bright yang putus asa datang dari arah belakang, tapi Win tidak bisa mengenalinya. Bright tahu semua ini. Ini adalah rahasia besar Prim. Bright telah melindunginya untuk Prim. Apakah Bright tidak melihat ini adalah rahasianya juga? Dia adalah ayahnya juga tapi Win sama sekali tahu apa-apa. Kata-kata Joss berdering di kepalanya. 'Jika Bright harus memilih antara Kau dan Prim, dia akan memilih Prim.'

.

Pada saat itu Win tahu bahwa Bright telah memilih Prim. Semua orang di kota ini tahu rahasia ini kecuali Win. Mereka semua tahu siapa dirinya namun Win sendiri tidak.

.

"Aku bertunangan dengan Davika. Dia hamil Prim. Ibumu datang mengunjunginya. Dia seperti tidak ada yang pernah kutemui. Dia adalah candu untukku. Aku tidak bisa menjauh darinya. Davika sendiri masih melekat pada Sunny, dan Bright masih mengunjungi ayahnya setiap akhir pekan dua minggu sekali. Aku harap Davika bersama dengan Sunny di menit ia memutuskan ingin memiliki sebuah keluarga. Aku bahkan tidak yakin Prim adalah anakku. Ibumu lugu dan menyenangkan. Dia sama sekali tidak tergila-gila ataupun tertarik ada rocker dan dia membuatku tertawa. Aku mengejar dia dan dia mengabaikanku. Lalu aku berbohong padanya. Aku bilang padanya Davika sedang mengandung anak Sunny yang lain. Dia merasa kasihan padaku. Aku entah bagaimana pada akhirnya meyakinkan dia untuk melarikan diri denganku. Untuk membuang persahabatan yang telah ia memiliki selama hidupnya."

.

Win menekankan kedua tangan di telinga untuk memblokir kata-kata ayahnya. Dia tidak bisa mendengarkan ini. Itu semua kebohongan. Ini dunia yang memuakkan dimana mereka tinggal itu

bukan untuknya. Win ingin pulang ke rumah. Kembali ke Alabama. Kembali ke apa yang dia mengerti. Dimana uang dan bintang rock bukanlah segalanya.

.

"Berhenti. Aku tidak ingin mendengarnya. Aku hanya ingin mengumpulkan barang-barangku. Aku hanya ingin pergi." Isak tangis yang keluar tidak bisa dibendung lagi. Dunia Win dan apa yang dia tahu baru saja hancur berkeping-keping. Dia harus pergi duduk di samping makam ibunya dan berbicara dengannya. Win ingin pulang ke rumah.

.

"Win, bicaralah padaku, kumohon." ujar Bright dari belakang. Win terlalu lelah untuk menghalaunya. memilih menjauh dari Bright sebagai gantinya. Win tidak akan menatapnya. "Aku tidak mau melihatmu. Aku tidak ingin berbicara denganmu. Aku hanya ingin mengemas barang-barangku. Aku ingin pulang."

.

"Win, honey, tidak ada lagi rumah." Suara ayah seperti goresan pada syarafnya. Win mengangkat matanya dan melotot. Semua rasa sakit dan kepahitan yang selama ini dia simpan sejak ayah meninggalkan mereka telah menggerogotinya.

.

"Makam ibu dan adikku adalah rumah. Aku ingin berada di dekat mereka. Aku berdiri di sini dan mendengarkan kalian semua menceritakan hal tentang ibuku yang aku tahu tidak seperti itu. Dia tidak akan pernah melakukan apa yang kau tuduhkan. Tinggallah disini dengan keluargamu, Chantavit. Aku yakin mereka akan mencintaimu sebesar cinta dari keluarga terakhirmu. Cobalah untuk tidak membunuh satu pun dari mereka," hardik Win.

.

Suara terkesiap Davika yang keras adalah hal terakhir yang Win dengar sebelum dia meninggalkan ruangan. Win ingin langsung pergi tapi dia butuh tas dan kuncinya. Berlari menaiki tangga dan melemparkan semua yang bisa dia raih kembali kedalam koper dan menutupnya dengan keras. Win mengayunkan tali tas keatas bahu dan berbalik ke pintu melihat Bright berdiri di sana menatap Win lekat.

.

Wajahnya pucat dan matanya semerah darah. Win memejamkan mata. Dia tidak peduli bahwa Bright marah. Bright layak mendapakannya. Dia berbohong kepadanya. Dia telah mengkhianatinya.

.

"Kau tidak bisa meninggalkan aku," katanya dalam bisikan serak.

.

"Lihat saja," pungkas Win dingin.

.

"Win, Kau tidak membiarkanku menjelaskan. Aku akan memberi tahumu segalanya hari ini. Mereka pulang tadi malam dan aku panik. Aku harus memberitahumu terlebih dahulu." Bright menghantamkan tinjunya ke kusen pintu. "Kau tidak bisa keluar begitu saja. Tidak seperti itu. Oh Tuhan tidak seperti itu." Bright terdengar benar-benar murka.

.

Win tidak akan membiarkannya meruntuhkan hatinya lagi, akibat dari raut wajah yang diberikan olehnya. Win hanya akan menjadi seorang idiot jika melakukannya. Selain itu, adiknya... Prim adalah adik Win juga. Tidak heran Bright dibesarkan untuk melindunginya. Sedang dirinya hanyalah anak tanpa ayah. Win menelan empedu di tenggorokan. Ayahnya adalah orang yang sangat mengerikan.

.

"Aku tidak bisa tinggal di sini. Aku tidak bisa menatapmu. Kau mewakili rasa sakit dan pengkhianatan bukan hanya padaku tapi juga pada ibuku." Win menggelengkan kepala. "Apapun yang kita miliki telah berakhir. Itu sudah mati saat aku berjalan di lantai bawah dan menyadari dunia yang selalu kuketahui itu ternyata kebohongan belaka."

.

Bright menurunkan tangannya dari kusen pintu dan bahunya terkulai sambil menunduk. Dia tidak mengatakan apa-apa. Dia hanya melangkah mundur sehingga Win bisa keluar. Hati kecil yang tersisa telah hancur yang terlihat dari wajahnya yang kalah. Tidak ada jalan lain. Mereka telah sama-sama terluka.

.

.

.

.

.

[w/n : ohohoho.. ingatkan saya untuk update besok gaes, selamat malam! Salam Sayang! Badut]

.

*GED: singkatan resminya yaitu General Education Development adalah merupakan serangkaian tes yang dimana ketika seseorang lulus dari tes tersebut akan dianugerahi sertifikat yang setara dengan ijazah pendidikan SMA. Namun ada juga yang mengenalnya sebagai General Equivalency Diploma atau General Education(al) Diploma atau beberapa orang menyebutnya sebagai Good Enough Diploma.

.

.

.

.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top