BAB XXI
.
.
.
.
.
Meninggalkan Bright di tempat tidur pagi ini sangat sulit. Ia tidur begitu damai hingga Win tidak ingin membangunkannya. Win menahan diri untuk tidak menciumi wajahnya sebelum pergi. Tidur membuat Bright terlihat tidak khawatir. Win bahkan tidak menyadari betapa intens dan waspadanya ia sampai Win amemperhatikan ia tertidur dan melihat ia benar-benar damai.
.
Membuka pintu menuju ruangan staf Win disambut dengan bau donat baru dan Arm yang tersenyum. "Selamat pagi sayang," ia berkata riang seperti biasanya.
.
"Itu masih harus dilihat...kau akan membagi donat itu atau tidak?"
.
Arm memegangkan kotak itu kepada Win. "Aku membeli dua ekstra hanya untukmu sayang. Aku tahu kau datang bekerja hari ini dan aku tidak ingin menjadi tangan kosong."
.
Win duduk didepannya dan meraih donat. "Jika aku pikir kau akan menikmatinya, aku akan mencium wajahmu," goda Win sembari tersenyum lucu.
.
Arm menggoyangkan alisnya, "Siapa yang tahu, sayang? Wajah sepertimu bisa menyebabkan seorang pria normal tersesat."
.
Sambil tertawa, Win menggigit kenikmatan yang hangat dan halus. Ini tidak sehat tapi donat ini sangat enak.
.
"Makanlah karena kita mempunyai hari yang sangat panjang. Pesta debutan malam ini dan kita tidak akan berada di ruang makan. Kita semua akan dikirim ke ruangan pesta dan dipaksa untuk berjalan dengan nampan makanan kemudian melayani mereka semua pada makan malam."
.
"Pesta debutan? Pesta macam apa itu? Apakah itu sebabnya ada begitu banyak truk di luar dengan bunga dan dekorasi?"
.
Arm mengangguk dan meraih donat lain yang dilapisi coklat. "Ya. Terjadi setiap tahun selama minggu ini. Ibu kaya yang gila mendampingi putri mereka dan mengenalkannya kepada masyarakat. Setelah malam ini, gadis-gadis akan dianggap sebagai wanita dewasa dan diperlakukan sebagai anggota klub dewasa. Mereka bisa berada di komite dan sejenisnya. Ini adalah omong kosong gila. Apalagi sejak Prim berumur 21 beberapa minggu lalu. Itu berarti dia bisa dilepaskan kedunia orang dewasa."
.
Hm, jadi Prim seorang debutan. Itu menarik. Ibunya tidak ada di sini. Apakah ini berarti dia kembali?
.
Jantung Win berdegup kencang... Dia harus segera pergi. Bright tidak mengatakan kepadanya bahwa sesuatu telah berubah tentang kepindahannya nanti. Ketika Win pergi akankan dia masih melihatnya dengan cara yang sama?
.
"Tarik napas, Win. Itu hanya sebuah pesta sialan," kata Arm. Win mengambil napas dalam-dalam tak menyadari bahwa dirinya mulai panik. Inilah sebabnya mengapa Win mau menjaga jarak. Dia tahu hari ini akan datang. Dan pertanyaannya apakah ayah ada di rumah hari ini?
.
"Jam berapa mulainya?" Win berhasil bertanya tanpa ada hambatan.
.
"Jam tujuh tapi mereka akan menutup ruang makan jam lima supaya kita bisa bersiap-siap."
.
Win mengangguk dan meletakkan sisa donatnya. Tiba-tiba saja dia merasa tidak bisa menghabiskan sepotong donat itu. Hari ini menjadi permainan menunggu. Win merasakan ponsel di kantong tapi dia tidak bisa mengirim sms pada Bright. Win tidak mau ia memberitahu kabar buruk melalui sms. Jadi, dia hanya akan menunggu.
.
"Win, aku perlu menemuimu sebentar di ruanganku." Suara Joss masuk ke pikirannya yang masih melayang. Mata nya tertuju ke mata Arm yang melebar dengan keprihatinan. Bagus. Apa yang sudah Win lakukan?
.
Segera Win berdiri dan berbalik menghadap Joss. Ia tidak terlihat marah. Ia tersenyum ke arah Win dan itu memberikan keberanian yang saat ini jujur saja sangat Win butuhkan untuk berjalan ke arahnya. Ia membukakan pintu dan Win melangkah keluar ke koridor.
.
"Santai, Win. Kau tidak dalam masalah. Kita hanya perlu membahas tentang malam ini." Oh. Wow. Win menarik napas dalam-dalam dan mengangguk lalu mengikutinya ke pintu di ujung lorong.
.
"Aku tidak mendapatkan apapun yang glamor. ayahku percaya bahwa aku bekerja dari bawah sampai ke puncak. Bahkan jika aku akan mewarisi klub suatu hari nanti." Joss memutar matanya saat membuka pintu kantornya dan menyuruh Win masuk. Ruangannya sebesar kamarnya di rumah Bright. Ada dua jendela besar yang menghadap ke lapangan golf.
.
Josss berjalan memutar untuk duduk di pinggir mejanya daripada dibelakangnya. Dan Win menghargai ia mencoba untuk tidak membuatnya sangat formal. Itu akan membuat Win jauh lebih gugup.
.
"Pesta Debutan nanti malam. Ini adalah kegiatan tahunan di sekitar sini. Kami mengadakan acara untuk gadis kaya yang manja menjadi dewasa. Ini sesuatu yang menjengkelkan yang menjadikan klub ini memperoleh keuntungan lebih dari lima puluh juta dolar dari biaya, sumbangan dan sejenisnya. Jadi kita tidak bisa menghentikan omong kosong ini. Ibuku juga tidak mampu menghentikannya meski ia bisa. Dulu dia juga seorang debutan dan kau akan berpikir seakan dia
telah dinobatkan menjadi ratu Inggris saat mendengar ibuku membicarakannya."
.
Win tidak merasa lebih baik tentang malam ini. Penjelasan ini membuatnya merasa bertambah buruk. "Prim sekarang dua puluh satu tahun. Jadi, ia akan menjadi seorang debutan. Aku melihat daftarnya dan Bright akan menjadi pendampingnya; hal ini tradisional untuk ayah sang gadis atau kakak lelakinya untuk mendampinginya. Pendamping pun harus dari anggota klub. Aku tak tahu apa yang sedang terjadi antara kau dan Bright tapi aku tahu bahwa Prim membencimu. Aku tidak membutuhkan drama malam ini. Namun aku membutuhkanmu. Kau salah satu dari yang terbaik. Pertanyaannya adalah, bisakah kau melakukannya tanpa adanya suatu pertengkaran? Karena Prim akan melakukan yang terbaik untuk menutup mulutmu. Ini semua kembali padamu untuk mengabaikannya. Kau mungkin berkencan dengan seorang anggota klub tapi kau tetap seorang pelayan. Tidak mengubah itu. Anggota selalu benar. Klub harus memihak Prim jika pertengkaran itu terjadi."
.
Apa yang Joss harapkan? Ini bukan SMA. Semua orang bisa bersikap dewasa. Dan Win bisa mengabaikan Prim dan Bright semalamam jika perlu.
.
"Aku bisa melakukannya. Tidak masalah." Joss mengangguk cepat. "Bagus, karena bayarannya sangat bagus dan kau butuh pengalamannya."
.
"Aku bisa melakukannya," Win menenangkannya.
.
Joss berdiri. "Aku percaya kau bisa. Kau bisa membantu Arm dengan sarapan sekarang. Ia mungkin sedang mengutuk kita berdua."
.
.
.
.
.
Sisa hari ini berjalan dengan cepat dan Win begitu sibuk dengan persiapannya yang membuat nya hampir tidak mempunyai waktu untuk memikirkan Prim atau kembalinya ayah. Atau Bright. Sekarang Win berdiri di dapur dengan staf pelayan lain. menggunakan baju pelayan putih dan hitam dengan rambut yang di sisir rapi. Win mulai merasa kecemasan muncul di perutnya.
.
Ini adalah pertama kalinya Win harus menghadapi perbedaan antara Bright dan dirinya. Dunianya dibandingkan dunia Win. Mereka akan bertumbukan malam ini. Win sudah mempersiapkan diri untuk setiap komentar yang Prim akan buat tentangnya. Win bahkan sudah berbicara dengan Armo agar menjadi penyekat dan menahan Win dari keharusan berdekatan dengan Prim. Win ingin melihat Bright atau mungkin berbicara padanya tapi dia punya perasaan itu tidak akan disetujui.
.
"Waktunya beraksi. Kudapan dan minuman. Kalian tahu tugas kalian. Ayo." Godji menjalankan pertunjukan malam ini di belakang panggung. Win mengambil nampan martini dan menuju antrian di pintu. Semua orang pergi dengan cepat dan mereka dengan cepat membuat jalan yang berbeda melalui kerumunan. Punya Win setengah lingkaran searah jarum jam. Kecuali jika dia melihat Prim, maka yang harus dia lakukan adalah berbalik berlawanan dan Arm akan pergi searah jarum jam. Ini adalah ide yang bagus. Win hanya berharap itu berhasil.
.
Pasangan pertama yang Win tuju bahkan tidak memedulikannya saat mereka mengobrol dan mengambil minuman dari nampan. Itu cukup mudah. Win berhasil melewati beberapa kelompok lagi. Beberapa pria dan wanita yang dia kenal dari lapangan golf. Mereka akan selalu mengangguk dan tersenyum ketika mereka mengenalinya tapi hanya itu.
.
Setengah jalan melalui ruangan, nampannya telah kosong dan Win mengingat dalam hati di mana terakhir kali dia berhenti. Segera Win bergegas kembali ke dapur untuk minuman lainnya. Godji sedang menunggu. Ia mendorong nampan martini baru kearah Win dan mengusir pergi.
.
Berhasil kembali ke tempat semula, Win hanya harus berhenti dua kali dan memungkinkan seseorang untuk mendapatkan minuman dari nampan. Mr. Jenkins memanggil namanya dan melambaikan tangan. Win tersenyum kembali kearahnya. Ia memainkan delapan belas hole setiap jum'at dan sabtu. Itu membuat Win sedikit takjub bahwa seorang pria Sembilan puluh tahun bisa berkeliling sebaik itu. Ia juga datang untuk minum kopi dan dua telur rebus Senin sampai Jum'at pagi.
.
Saat Win berbalik dan tersenyum, matanya terkunci dengan mata Bright. Win sudah berusaha keras untuk tidak melihat kearahnya meskipun dia tahu Bright disini. Itu adalah malam besar Prim. Bright tidak akan melewatkannya. Tidak ada alasan ia harus. Dia jahat tapi Prim tetaplah adik Bright. Itu yang Win benci. Bukan Bright.
.
Wajahnya terlihat sedih dan senyum kecilnya terlihat dipaksakan. Win tersenyum kearahnya berusaha keras untuk tidak memikirkan ucapan anehnya. Paling tidak Bright melihat ke arahnya. Tch, Win bahkan tidak tahu apa yang dia harapkan dari Bright.
.
Doctor dan Mrs. Wallace berdua menyapa dan memberitahu Win bahwa mereka merindukan melihatnya di lapangan golf. Win berbohong dan mengatakan jika dia merindukan mereka juga. Lalu kembali ke dapur untuk nampan lain.
.
Godji mendorong sebuah nampan dengan sampanye. "Ayo, ayo, cepat," ia membentak. Win berjalan secepat yang dia bisa dengan nampan penuh gelas sampanye. Setelah di ruangan pesta aku mulai ke jalan yang sama melalui anggota yang tenggelam dalam percakapan dan Win hanya ada sebagai sebuah nampan minuman. Dia lebih menyukai ini. Win tidak merasa gelisah seperti ini.
.
Tawa familiar Gigie menarik perhatian dan Win berbalik untuk mencarinya. Dia sama sekali tidak melihat Gigie di dapur sebelumnya. Win bahkan mengira Godji tidak menginginkan dia bekerja. Atau ayah Joss tidak mau. Gigie tidak berpakaian seperti kami. Ia menggunakan gaun sifon yang menempel dan rambut cokelat panjangnya menumpuk di kepala dengan ikal menggantung ke bawah di sekitar wajahnya. Ia menoleh dan menatap mata Win, dan menyeringai lebar. Win bisa melihat ia bergegas kearahnya. Stiletto yang ia kenakan bahkan tidak memperlambat langkahnya.
.
"Bisakah kau percaya kalau aku di sini sebagai tamu?" Gigie bertanya, melihat ke sekeliling mereka dengan kagum kemudian kembali melihat Win. Win menggeleng karena dia tidak bisa percaya.
.
"Saat Jirayu datang ke apartemenku berlutut dan memohon padaku semalam, aku memberitahunya kalau ia menginginkan aku sebagai pacarnya ia harus memperlihatkannya di depan umum. Ia setuju dan yah, kau mendapatkan gambarnya. Segala sesuatunya menjadi benar-benar panas di apartemenku. Tapi bagaimanapun juga, disinilah aku," desahnya. Jirayu telah bersikap jantan. Bagus untuknya. Win menoleh ke belakang untuk melihat Jirayu mengawasi mereka. Win tersenyum kearahnya dan mengangguk menyetujui. Ia ganti memberi Win seringai kecil sambil mengangkat bahu.
.
"Aku senang bisa tahu akhirnya ia mendapat akal sehatnya," balas Win. Gigie meremas lengannya. "Terima kasih," ia berbisik. Ia tidak punya apa-apa untuk berterima kasih pada Win tapi Win tersenyum. "Pergilah bersenang-senang. Aku harus mengantar habis ini semua sebelum bibimu datang kesini dan mendapatiku sedang mengobrol."
.
"Okay. Aku akan, Meskipun aku berharap kau dapat menikmatinya denganku." Matanya melirik melewati bahu Win. Win tahu Gigie sedang melihat Bright. Ia disini dan ia mengabaikanku di depan semua orang ini. Ia melakukannya demi Prim tapi apakah itu membuatnya lebih baik?
.
Perlahan-lahan Win tersadar. Dia akan menjadi seperti Gigie jika masih meneruskah drama ini. "Aku butuh uang jadi aku bisa mendapatkan tempat tinggalku sendiri," Win memberitahunya dengan sebuah senyuman terpaksa. "Pergilah berbaur," Win mendorongnya dan berjalan pergi ke kelompok orang berikutnya. Mata Bright mengikutinya mengirimkan sensasi membakar ke leher. Win tahu Bright memperhatikannya. Namun Win tidak harus berbalik dan melihat Bright untuk membuktikan. Apakah Bright juga baru saja menyadari situasi mereka? Win meragukannya. Bright memiliki segalanya dan Win sudah bersikap gampangan. Win juga seorang munafik terbesar di dunia. Sekarang dia merasa bersalah memarahi dan mengasihani Gigie.
.
Sampanye terakhir meninggalkan nampan dan Win berjalan kembali melalui kerumunan, berhati-hati untuk tidak mendekati Bright atau Prim. Win bahkan tidak melirik kearah mereka. Dia masih punya harga diri. Dia hanya harus berhenti tiga kali pada tamu untuk meletakkan gelas kosong mereka pada nampan saat bergegas kembali ke dapur dengan selamat.
.
"Bagus kau kembali. Ambil nampan ini. Kita butuh makanan di luar sana sebelum mereka minum terlalu banyak dan kita punya pemabuk mengacau di tangan kita," kata Godji, menyodorkan nampan yang Win tidak tahu isinya. Mereka juga bau. Win mengernyitkan dan menjauhkan nampan itu. Godji terkekeh dengan tawa.
.
"Itu escargot, siput. Mereka menjijikkan tapi orang-orang ini berpikir mereka makanan yang lezat. Tahan baunya dan pergilah."
.
Win rasa perutnya berputar. Dia bisa melakukannya tanpa penjelasan itu. Escargot akan menjadi deskripsi yang memadai. Ketika sampai di pintu masuk ballroom Win memantapkan diri dan mencoba untuk tidak berpikir tentang siput yang dia berikan untuk dimakan orang-orang atau fakta bahwa Bright ada di sana berpura-pura ia tidak mengenalinya sama sekali. Setelah mereka menghabiskan dua malam terakhir di tempat tidurnya.
.
"Kau baik-baik saja?" Joss bertanya saat Win berjalan ke dalam ruangan. Ia berada disamping Win terlihat khawatir.
.
"Ya. Kecuali kenyataan bahwa aku memberi orang-orang siput untuk dimakan," jawab Win. Joss terkekeh, mengambil satu dari nampan dan memasukkannya ke dalam mulutnya.
.
"Kau harus mencoba satu. Ini benar-benar enak. Apalagi direndam di bawang putih dan mentega."
Perut Win berputar lagi dan menggeleng cepat. Joss tertawa keras saat ini. "Kau selalu membuat sesuatu menjadi lebih menarik, Win," ia berkata, sambil membungkuk kearah telinga Win. "Aku minta maaf tentang Bright. Sekedar catatan, jika kau memilihku kau tidak akan kerja malam ini. Kau akan berada di lenganku."
.
Win merasakan wajahnya merona. Sudah cukup mengetahui bahwa Win adalah rahasia kecil Bright tapi bahwa orang lain yang mengetahuinya itu memalukan. Bagaimanapun, Win menginginkan Bright. Sangat menginginkannya. Well, memang Win mendapat apa yang dia harapkan.
.
"Aku butuh uang. Aku sebentar lagi mampu mendapat tempat tinggalku sendiri," Win terus terang memberitahu Joss. Joss memberi anggukan singkat dan senyum simpatik sebelum berbalik untuk menyambut tamu yang lebih tua yang kebetulan lewat. Mengambil momen itu untuk pergi. Win punya siput untuk memberi makan orang-orang.
.
Arm menangkap matanya dan mengedip meyakinkan pada Win. Ia sibuk mengurus sisi ruangan Bright dengan cerdas. Win bahkan tidak mendekat kearahnya. Gigie tersenyum cerah pada Win saat dia datang di kelompoknya. Senyumnya hilang saat melihat ke makanan
dalam nampan.
.
"Apa itu?" Gigie bertanya ketakutan.
.
"Kau tidak ingin tahu," Win memberitahunya, membuat Jirayu dan seorang pria yang Win tidak begitu dia kenal tertawa.
.
"Mungkin lebih baik kau melewatkannya," Jirayu memberitahu Gigie sambil menyelipkan tangannya di pinggangnya dan menariknya lebih dekat ke sisinya dengan mesra. Gigie berseri-seri kearah Jirayu dan segala kemesraan manis itu yang mampu Win terima. Dia kembali bergegas ke kelompok berikutnya. Rambut merah keriting itu terlihat akrab. Win butuh satu detik untuk mendatanginya. Racun jahat di senyumnya mengingatkan Win persis di mana dia pernah melihatnya sebelumnya.
.
Perempuan itu sudah mengejar Joss di rumah Bright pada malam pesta Prim. Ya, Win mengingatnya.
.
"Bukankah ini menyenangkan?" katanya, mengalihkan perhatian menjauh dari pasangan yang berbicara padanya dan fokus pada Win. "Aku tebak Joss memutuskan kau lebih cocok bekerja padanya daripada berkencan dengannya." Ia terkikik dan menggelengkan kepalanya sehingga ikal merahnya memantul. "Aku bersumpah, ini membuat malamku menyenangkan." Ia mengulurkan tangan dan membalikkan nampan Win.
.
Siput-siput turun ke depan baju putihnya diikuti dengan nampan yang terjatuh keras di lantai. Win terlalu tercengang untuk bergerak atau bicara. "Oh dan lihat dia sangat kikuk. Joss harus pilih-pilih tentang karyawannya," gadis itu mendesis penuh kebencian.
.
"Oh tuhanku! Win, kau baik-baik saja?" suara Gigie datang dari belakang menyadarkan Win dari keterkejutan. Win berhasil menyingkirkan siput yang masih menempel di pakaiannya.
.
"Minggir," perintah suara berat yang langsung Win kenali. Kepalanya terangkat untuk menemukan Bright mendorong melewati beberapa orang dengan rambut merah yang tampaknya menertawakan kekacauan yang tak sengaja Win buat karena ulah sintingnya. Bright marah. Tidak salah lagi. Bright mencengkeram pinggang Win dan mengamati wajahnya sesaat. Win tidak yakin untuk apa.
.
"Kau baik-baik saja?" Bright bertanya pelan dan Win mengangguk, tidak yakin bagaimana harus bereaksi. Pembuluh darah di lehernya sekali lagi menegang dibalik kulitnya saat menelan ludah. Bright nyaris tidak memutar kepalanya memandang pada si rambut merah. "Jangan mendekati aku dan dia lagi. Mengerti?" Bright berkata dengan tenang yang mematikan. Mata gadis itu melebar. "Buat apa kau marah padaku? Dia yang kikuk. Ia menumpahkan seisi nampan ke dirinya sendiri."
.
Tangan Bright mencengkeram erat pinggang Win. "Jika kau mengucapkan satu kata lagi aku akan mengancam untuk mencabut semua sumbanganku dari klub ini sampai kau dikawal keluar. Secara permanen."
.
Gadis itu terkesiap, "Tapi aku teman Prim, Bright. Teman terlamanya. Kau tidak akan melakukannya padaku. Apalagi untuk pelayan sewaan." Cibiran kekanak-kanakan dalam suaranya terdengar aneh dari gadis berusia dua puluh satu tahun.
.
"Coba saja," balas Bright lalu mentap kembali ke arah Win. "Kau ikut denganku."
.
Win tidak punya waktu untuk merespon sebelum membalikkan kepalanya untuk melihat ke belakang bahu. "Aku bersamanya Gigie. Ia baik-baik saja. Kembalilah ke Jirayu." Bright menyelipkan tangannya di sekitar pinggang Win. "Hati-hati siputnya; mereka licin."
.
Dua orang pelayan bergegas masuk ke ruangan dengan perlengkapan untuk memberihkan kekacauan. Musik tidak berhenti tapi tempat ini menjadi tenang. Perlahan-lahan, orang-orang mulai berbicara lagi. Win tetap mengarahkan matanya ke pintu menunggu sampai dia bisa keluar dari ballroom ini dan melepaskan diri dari pelukan Bright.
.
Jika orang-orang di sini tidak tahu mereka sudah berhubungan seks, mereka tahu sekarang. Bright baru saja menunjukkan pada semua orang bahwa ia peduli, tapi ia tidak benar-benar ingin berjalan dengan Win di sisinyaa. Dadanya terasa sakit tiba-tiba. Win butuh jarak dari Bright. Sudah waktunya Win belajar untuk merangkak kembali ke dunia kecilnya di mana dia hanya mempercayai dirinya dan hanya dia. Tidak ada orang lain. Setelah mereka keluar dari ballroom dan jauh dari mata yang ingin tahu, Win melangkah menjauh dari Bright dan menjaga jarak diantara keduanya.
.
Win menyilangkan lengannya di depan dada dan menatap kakinya. Win tidak yakin apakah memandang Bright merupakan sesuatu yang baik atau bukan. Win tidak akan mengambil waktu untuk menikmati betapa indah Bright terlihat dalam tuksedo hitam. Win sudah melakukan yang terbaik untuk tidak melihat ke arahnya. Sekarang Bright berdiri disini di depannya berpakaian seperti seharusnya di mana Win dengan pakaian pelayan yang berlumur minyak siput, perbedaan besar diantara dunia mereka sangat jelas.
.
"Win, Aku minta maaf. Aku tidak mengira sesuatu seperti itu akan terjadi. Aku bahkan tak tahu dia punya masalah denganmu. Aku akan berbicara dengan Prim tentang hal ini. Aku punya perasaan Prim ada hubungannya dengan ini—"
.
"Si rambut merah itu membenciku karena Joss tertarik padaku. Prim tidak ada hubungannya dengan ini dan begitu pula dirimu."
.
Bright tidak langsung membalas. Win jadi bertanya-tanya apakah dia harus berbalik dan berjalan kembali ke dapur.
.
"Apakah Joss masih merayumu?"
.
Apakah Bright baru saja menanyakan itu pada Win? Dia berdiri di sana berlumur siput dan mentega dan Bright bertanya apakah beberapa pria menggodanya? Win bahkan tidak tahu apakah dia masih punya pekerjaan. Itu saja. Sudah cukup. Memilih mengbaikan Bright, Win berbalik dan kembali ke dapur. Namun Bright tidak membiarkannya menjauh. Tangannya terulur dan meraih lengan Win.
.
"Win, tunggu. Maafkan aku. Seharusnya aku tidak menanyakan itu. Itu bukan masalah sekarang. Aku mau memastikan kau baik-baik saja dan membantumu membersihkan diri." Suaranya terdengar sedih saat Bright mengatakan bagian akhir.
.
Win mendesah dan berbalik dan bertemu tatapannya saat ini. "Aku baik-baik saja. Aku harus pergi ke dapur dan melihat apakah aku masih punya pekerjaan. Aku sudah diperingatkan oleh Joss pagi ini bahwa sesuatu seperti ini mungkin terjadi dan itu akan menjadi kesalahanku. Jadi, saat ini aku punya masalah yang lebih besar daripada kau yang tiba-tiba merasa perlu bersikap posesif padaku. Yang mana ini konyol. Karena kau sedang melakukan yang terbaik untuk mengabaikanku sampai peristiwa ini terjadi. Kau tahu aku atau tidak, Bright. Pilih salah satu pihak." Luka pada suara Win tidak mudah untuk disembunyikan. Menyentak lengannya lepas dari tangan Bright dan berjalan kembali menuju dapur.
.
"Kau sedang bekerja. Apa yang kau ingin aku lakukan?" panggilnya dan Win berhenti. "Mengakuimu akan memberikan alasan Prim untuk menyerangmu. Aku melindungimu."
.
Fakta bahwa Bright mengakuinya memberitahu Win begitu banyak. Prim diprioritaskan. Bright mengabaikan Win untuk membuat Prim senang. Win sudah menduganya tentu saja. dia hanya bocah murahan yang begitu menyedihkan. Dan Prim adiknya. Bright benar lebih memilih Prim daripada dirinya. Bagaimana Bright bisa melihatnya sebagai sesuatu yang lebih saat Win pergi ke tempat tidurnya dengan mudah?
.
"Kau benar, Bright. Kau mengabaikanku akan mencegah Prim menyerangku. Aku hanya seorang bocah bodoh yang kau tiduri dua malam terakhir. Segala sesuatunya menganggap aku tidak spesial. Aku satu dari banyak jalang yang lain." Win tidak menunggu Bright untuk mengatakan lagi. Dia sudah berlari ke pintu dapur membantingnya kesal sebelum air mata yang menggenangi matanya terjatuh luruh bersama semua angan yang tak pernah memiliki asa.
.
.
.
.
.
[w/n : di sini segalanya akan mulai ambyar... oke, sekian. Salam Sayang! Badut]
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top