BAB XVIII
[ yang masih bocah harap tidak memaksakan kehendak untuk membaca bab ini ]
.
.
.
.
.
Bright tidak memulainya dengan perlahan. Mulutnya kuat dan menuntut. Win senang. Ini romantis. Ini nyata. Dia juga menggunakan barbel lidahnya. Pada awalnya Win tidak menyadarinya tapi Win merasakannya. Jentikan lidahnya hebat dengan adanya benda itu. Win suka merasakan sesuatu yang tidak bisa diraih.
.
Kedua tangannya menangkup wajah Win. Ciumannya melambat dan kemudian Bright menarik diri tapi tetap memegang wajah Win dengan tangannya. "Ikutlah ke atas denganku. Aku ingin menunjukkan kamarku," Bright memberikan Win senyuman nakal, "dan ranjangku." Win mengangguk dan Bright menjatuhkan tangannya dari wajah Win.
.
Bright menyelipkan salah satu tangannya ke tangan Win dan menautkan jemari keduanya dalam remasan yang begitu nyaman. Tanpa berkata-kata, Bright mengarahkan Win ke tangga menariknya naik dengan lembut dan dengan segera karena Bright ingin segera tiba di atas.
.
Saat keduanya tiba di lantai dua, Bright mendorong Win ke dinding dan menciumnya dengan ganas, menjepit bibir Win seraya membelai lidahnya dengan antusias. Bright menyentak ke belakang dan mengambil nafas dalam. "Satu tangga lagi menuju lantai atas," ujarnya dengan suara parau dan menarik Win kearah pintu di ujung lorong. mereka melewati kamar Win dan Bright berhenti sebentar.
.
Pada mulanya, Win pikir Bright mungkin ingin menuju kesana tetapi dia tidak berhenti hingga mereka mencapai pintu kecil di ujung lorong. Win menduga ada tangga yang menuju kamarnya. Bright menarik kunci untuk membukanya, kemudian membuka pintu dan memberi isyarat pada Win agar mengikutinya.
.
Di ruangan tempat tangga itu berada terbuat dari kayu keras seperti sebuah tangga lain.di rumah ini tapi disana ada dinding di satu sisi saat mereka menaiki anak tangga selangkah demi selangkah. Saat Win sampai di ujung teratas tangga, dia sontak membeku. Pemandangannya sangat mempesona. Cahaya bulan yang menyinari lautan memberikan kamar sebuah latar belakang paling luar biasa yang bisa dibayangkan.
.
"Kamar ini adalah alasan mengapa aku meminta ibuku untuk membeli rumah ini. Meskipun saat itu aku baru berusia sepuluh tahun aku tahu bahwa kamar ini istimewa," bisik Bright di belakang Win membungkus pinggangnya dengan kedua lengan.
.
"Ini sangat menakjubkan," Win bernafas dengan suara pelan. Dia merasa seolah berbicara terlalu keras akan menghancurkan momen ini.
.
"Aku menghubungi ayahku hari itu dan berkata padanya kalau aku menemukan rumah yang ingin aku tinggali. Dia mengirimkan uangnya melalui ibuku dan ibuku membelinya .Dia suka lokasinya
jadi di rumah inilah kami menghabiskan waktu musim panas kami. Dia punya rumah sendiri di Atlanta tapi dia lebih suka tinggal disini."
.
Bright bercerita tentang dirinya. Keluarganya. Dia mencoba. Hati Win sedikit meleleh lagi. Seharusnya Win menghentikannya untuk membingkai dirinya di hati Win. Win hanya tidak ingin hatinya terluka saat semua ini berakhir saat Bright memilih untuk pergi .Tapi Win pun tak ingin munafik, dia ingin tahu lebih mengenai dirinya. Mengenai Bright yang begitu menawan untuknya.
.
"Aku tidak pernah ingin pergi," balas Win jujur. Bright mencium telinganya dengan lembut. "Ah, tapi kau belum melihat kabinku di Vale atau apartemenku di Manhattan."
.
Tidak, Win belum pernah dan dia tidak akan pernah melihatnya. Namun, Win bisa membayangkan Bright berada di tempat-tempat itu. Dia sudah sering melihatnya di televisi bagaimana bentuk tempat itu. Musim dingin ini Win bisa membayangkan Bright menyalakan api di kabin yang besar di pegunungan dengan salju yang menutupi luar rumahnya. Atau bersantai di apartemennya yang mengarah ke pemandangan kota Manhattan. Mungkin dari jendelanya dia bisa melihat pohon natal besar yang selalu dipasang setiap tahun.
.
Bright memutar Win ke arah kanan hingga dia mencapai pada ranjang berukuran king size. Ranjang itu berwarna hitam legam. Kasur dan selimutnya juga hitam. Bahkan bantalnya pun hitam. "Dan itu adalah ranjangku," katanya membawa Win berjalan kearah ranjang dengan tangan yang masih setia bertenggeh di pinggang Win. Sejujurnya Win tidak ingin memikirkan tentang semua gadis ataupun pria yang pernah ada disini sebelumnya. Win tidak akan. Dia akan menutup mata dan memblokir semua pikiran itu.
.
"Metawin, meskipun kita hanya berciuman atau berbaring disana dan mengobrol, aku tidak masalah. Aku hanya ingin kau berada disini. Dekat denganku."
.
Perkataannnya itu satu atau dua inci sedikit melesak ke dalam hati Win. Win berbalik dan menatap Bright. "Kau tidak serius dengan itu. Aku melihat sikapmu sebagai Jeon Bright. Kau tidak membawa seseorang ke kamarmu dan hanya untuk berbicara." Win mencoba terdengar menggoda tapi suaranya pecah saat aku menyebut orang lain.
.
Bright mengerutkan dahi, "Aku tidak pernah membawa siapapun kesini, Win."
.
Apa? Ya dia pernah melakukannya.
.
"Pada malam pertama aku datang kesini kau bilang ranjangmu sudah penuh," Win mengingatkannya. Bright menyeringai. "Yeah, karena aku tidur disana. Aku tidak membawa siapapun ke kamarku. Aku tidak ingin seks yang tidak berarti mencemari kamar ini. Aku suka berada disini."
.
"Besok paginya seorang gadis ada disini. Kau meninggalkannya di ranjang dan dia mencarimu hanya memakai pakaian dalam."
.
Bright menyelipkan tangannya ke bawah kemeja Win dan mulai mengusap lingkaran kecil di punggungnya, "Kamar pertama di kanan adalah milik Frank sampai orang tua kami bercerai. Aku menggunakannya sebagai kamar bujangan sekarang. Kesanalah aku membawa mereka. Bukan disini. Tidak pernah disini. Kau yang pertama," Bright berhenti dan seringai tersungging di bibirnya. "Well, aku mengijinkan Hen kemari seminggu sekali untuk membersihkan kamar tapi aku bersumpah tidak ada kebohongan diantara kita."
.
Apa itu berarti Win berbeda? Apakah itu berarti Win bukan satu diantara mereka?
.
Tidak... tidak Win tidak boleh berharap. Dia harus punya pegangan. Bright mungkin akan segera meninggalkannya setelah ini berakhir. Dunia mereka tidak sama. Bahkan tidak mungkin untuk saling mendekat satu sama lain.
.
"Tolong, cium aku," kata Win, berdiri dan menekankan bibirnya pada Bright sebelum dia sempat menolak atau menyarankan untuk ngobrol lagi. Win tidak ingin mengobrol. Jika keduanya berbicara, persetan. Win hanya ingin lebih.
.
Bright mendorong Win ke ranjangnya dan menutup tubuh Win dengan tubuhnya sementara lidah keduanya saling bertautan. Tangannya menelusuri sisi tubuh Win hingga Bright menemukan lututnya. Bright memisahkan lutut Win dan menempatkan dirinya diantara jarak yang dia ciptakan sendiri.
.
Win ingin merasakan lebih dari dirinya. Dia meraih ujung kaus Bright dan menyentakkannya. Bright mengetahui isyarat itu dan memutuskan ciuman lama keduanya untuk membuka baju dan dilemparkannya kesamping. Saat ini Win punya ruang untuk menjelajahi semua bagian dari tubuh Bright.
.
Win menjalankan tangannya di sepanjang lengan Bright dan tonjolan keras otot bisepnya. Menggerakkan tangannya ke dada serta menjalarkan jarinya di sepanjang otot perut Bright, menghela napas dengan nikmat pada setiap riak keras. Meluncurkan tangannya keatas, Win menyusurkan ibu jari pada otot dada Bright yang keras dan merasakan putingnya menegang di bawah sentuhan. Astaga, ini sangat seksi.
.
Bright mundur dan mulai membuka kancing kemeja putih seragam Win hampir dengan tergesa-gesa. Saat dia mencapai kancing terakhir dia mendorong dan menyentak kemeja itu tak sabar ke bawah hingga terlepastanpa daya. Bright menjulurkan lidahnya dan menjentikkannya pada salah satu putting kecoklatan Win. Dia pindah dari satu ke yang lain dan melakukan hal yang sama sebelum dia merendahkan kepalanya dan menarik ke dalam mulutnya dengan satu tarikan keras.
.
Tubuh Win menempel padanya dan benda keras yang dia rasakan menyapu pada kakinya sekarang mendesak keras diantara pahaku menekan kearah inti Win yang juga sama kerasnya. "Ah!" Win berteriak, menggesekkan tubuhnya pada kejantanan Bright, ingin merasakan lebih.
.
Bright membiarkan puting Win lepas dari kuluman mulutnya saat dia menatap dan merendahkan tubuhnya, meninggalkan Win sekali lagi tanpa tekanan yang dia butuhkan. Tangannya membuka zipper dan mulai menarik celana itu perlahan bersamaan dengan celana dalam. Bright tidak pernah mengalihkan pandangannya dari Win.
.
Win mengangkat tubuhnya untuk memudahkan Bright meloloskan celananya. Bright duduk dan membengkokkan jarinya mengisyaratkan agar Win duduk. Win siap untuk melakukan apapun yang Bright inginkan. Segera setelah aku duduk dia benar-benar meloloskan semua garmen yang melekat pada tubuh indah Win─membuangnya ke samping.
.
"Kau telanjang di ranjangku dan lebih menawan dari yang pernah aku bayangkan... percayalah aku telah memikirkannya. Berulang kali." Bright menarik diri dari Win, mengaitkan lengannya di bawah lutut dan menempatkan dirinya diantara kaki Win. Tapi Bright masih memakai celana pedeknya. Sial, Win menginginkan itu lepas... Oh!
.
Bright menggerakkan pinggangnya diatas kaki Win yang terbuka dan menekan tepat dimana Win menginginkannya juga.
.
"Ya! Kumohon!" Win mencakarnya membutuhkannya agar Bright lebih mendekat. Bright merendahkan tubuhnya menggerakkan tangannya untuk memegang sisi dalam dari paha Win saat dia mencium pusar dan kemudian puncak precumnya. Win butuh lebih banyak rambut. Dia ingin menarik sesuatu.
.
Mata tajam Bright terangkat dan mengunci mata Win saat lidahnya menyelinap masuk, Bright menjalarkan tindikan logamnya pada ujung kejantanan Win. Sedang yang Win bisa lakukan hanya meneriakkan namanya dan mencengkeram kuat selimut untuk menjaga dirinya agar tetap berada di ranjang. Win merasa seperti bisa terbang tinggi melesat keluar dari jendela yang luar biasa besar.
.
"Tuhan, kau begitu manis, Metawin.." Bright terengah saat dia merendahkan kepalanya untuk menyapukan lidahnya lagi pada garis twinsball Win. Win pernah mendengarnya. Dia tahu tentang itu tapi tidak pernah membayangkan rasa nya akan begitu nikmat.
.
"Bright, kumohon," Win merintih. Bright berhenti sejenak di atas tubuhnya. Kehangatan nafas Bright membasuh semua denyutan yang dia ciptakan. "Mohon apa, baby. Katakan padaku apa yang kau inginkan."
.
Win menggelengkan kepalanya berulang-ulang dan menutup rapat matanya. Dia tidak bisa mengatakan pada Bright. Lebih tepatnya Win tidak tahu bagaimana cara mengatakannya.
.
"Aku ingin mendengar kau mengatakannya." ujar Bright dengan bisikan tertahan.
.
"Kumohon, jilat aku lagi," Win terbata-bata.
.
"Sial," Bright mengutuk sebelum menjalankan lidahnya maju mundur pada lipatan scrotum miliknya . Kemudian menarik bola Win yang membengkak kedalam mulutnya dan membuatnya terbang ke luar angkasa saat mulut Bright mengeksploitasi seluruh pusat dalam hangat yang begitu nikmat. Dunia meledak penuh warna dan nafas Win terhenti saat kenikmatan melanda. Kenikmatan itu tidak menurun dari puncak hingga dia menyadari Bright telah meninggalkan Win dan telah telanjang sembari merendahkan dirinya lagi diatas tubuh lemas Win.
.
"Kondom sudah dipakai; Aku harus berada di dalam," Bright berbisik di telinga Win saat dia menarik kakinya agar terbuka dengan kedua tangan tegapnya. Win merasa ujung dari batang kejantanannya mememasuki lubang senggamanya yang tak pernah dijamah.
.
"Fuck, kau begitu basah. Akan sulit untuk tidak tergelincir masuk ke dalamnya. Aku akan mencoba untuk perlahan-lahan. Aku berjanji." Suaranya mengejang dan pembuluh darah di lehernya muncul ke permukaan kulit saat dia menekan lebih jauh ke dalam Win. Dorongannya meregangkan Win tapi rasanya begitu nikmat. Rasa nyeri yang Win bayangkan tidak ada. Dia mengangkat tubuhnya dan membuka kakinya lebih lebar.
.
Bright menelan keras dan membeku. "Jangan begerak. Tolong baby, jangan bergerak," Bright memohon, menahan dirinya agar tetap diam. Kemudian dia mendorong lebih jauh didalam keketatan Win sebelum rasa sakit menghantam. Win menegang dan begitu pula dengan Bright. "Itu dia. Aku akan melakukannya dengan cepat tapi kemudian aku akan berhenti saat aku sudah berada di dalam dan membiarkanmu agar terbiasa denganku."
.
Win mengangguk dan memejamkan mata. Mengulurkan tangan untuk memegang lengan Bright. Bright menarik diri kemudian pinggangnya bergerak ke depan diiringi dengan satu hujaman yang kuat. Rasa ngilu yang panas mengiris Win, dia berteriak, mencengkeram lengan Bright lebih erat dan menahannya sementara gelombang rasa sakit melanda tubuh Win.
.
Win bisa mendengar nafas kasar Bright saat dia menahan dirinya. Win tidak tahu benar bagaimana rasanya hal ini sebab Win pun tak pernah melakukan hal semacam ini. Namun, Win mungkin bisa mengatakan ini tidak mudah. Bright seperti sedang kesakitan. "Aku baik-baik saja," bisik Win saat rasa sakit mereda.
.
Bright membuka matanya dan menatap Win. Matanya berkabut."Apa kau yakin? Karena, aku sangat ingin bergerak."
.
Win mengangguk dan terus memegangi lengannya saat rasa sakit kembali datang lagi ketika Bright bergerak. Pinggang Bright bergerak mundur dan rasanya seolah dia meninggalkan Win kemudian dia menghujam kedepan dengan perlahan dan mengisinya lagi. Tidak ada rasa sakit kali ini. Win hanya merasa meregang dan penuh.
.
"Apakah itu sakit?" Tanya Bright ketika dia menahan dirinya lagi.
.
"Tidak. Aku menyukainya," Win meyakinkan Bright. Bright memundurkan pinggangnya lagi dan kemudian bergerak maju menyebabkan Win merintih nikmat. Rasanya nikmat. Lebih dari baik.
.
"Kau menyukainya?" Bright bertanya dengan kekaguman.
.
"Ya. Rasanya begitu nikmat."
.
Bright menutup mata nya dan menghempaskan kepalanya ke belakang, mengeluarkan erangan saat dia mulai bergerak lebih cepat. Win bisa merasakan tubuhnya naik lebih tinggi lagi. Apakah itu mungkin? Bisa kah Win mengalami orgasme lagi dalam waktu sesingkat ini?
.
Yang Win tahu, dia ingin lebih. Jadi dengan sisa tenaga yang masih ada Win mengangkat pinggangnya untuk menyelaraskan hujaman Bright dan hal itu sepertinya membuat Bright hilang kendali.
.
"Yeah. Ya Tuhan, kau menakjubkan. Begitu ketat. Metawin, kau sangat ketat," sahut Bright diantara engahannya saat dia bergerak di dalam Win. Win menarik lututnya ke atas sehingga dia bisa melingkarkan kakinya di sekeliling pinggang Bright yang mengeram rendah, "Apakah kau sudah dekat, baby?" Tanyanya dengan suara tertahan.
.
"Kupikir begitu," balas Win, merasa sesuatu terbangun didalam dirinya. Win belum sampai kesana. Rasa nyeri yang muncul di awal perlahan menghilang. Bright menyelipkan tangannya diantara mereka hingga ibu jarinya menggosok tepat pada denyutan menyiksa di pangkal kejantanannya.
.
"akh, ya.. di sana," Win menjerit dan berpegangan pada Bright saat gelombang memecah kewarasan Win. Bright mengeluarkan geraman dan menjadi kaku, tetap diam kemudian dia memompa Win sekali lagi untuk terbang lebih jauh menuju kenikmatan selanjutnya.
.
.
.
.
.
[a/n : oke, sepertinya cukup untuk hari ini... terimakasih sudah menunggu momen nganu mereka. Silahkan beraktifitas kembali, sekian. Salam Sayang! Badut]
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top