BAB XVII
.
.
.
.
.
Dengan keras Win membuka pintu truk, lega karena menyelesaikan hari ini. Matanya langsung menuju ke arah sebuah kotak hitam dengan sebuah catatan di atasnya yang ada di atas kursi. Win meraihnya dan membuka kotak itu.
.
Win,
Itu adalah sebuah telepon. Kau memerlukannya. Aku sudah bicara dengan papamu dan dia bilang akan memberikannya untukmu. Itu dari dia. Waktu bicara dan jumlah pesan yang bisa dilakukan tidak tebatas jadi gunakan itu semaumu.
Bright
.
Papa-nya meminta pada Bright untuk memberi dia telepon? Benarkah?
.
Win membuka kotak itu dan sebuah iPhone berwana putih lengkap dengan pelindungnya ada di dalam. Win menariknya keluar dan mempelajari sebentar. Menekan tombol lingkaran di bagian bawah layar dan kemudian layar menyala. Papa tidak pernah memberinya hadiah sejak ulang tahun mereka sebelum dia pergi. Sebelum Tine meninggal, dia memberi mereka skuter elektrik yang sama dan helm. Dan itu sudah lama sekali.
.
Win naik ke atas truk dan menggenggam telepon di tangannya. Apa sebaiknya dia menelpon papa mengenai hal ini? Akan bagus kalau dia menjelaskan pada Win kenapa dia tidak ada disini. Kenapa dia mengirim Win ke tempat dimana dia tidak diinginkan? Apa dia sudah pernah bertemu Prim? Tentu saja, dia pasti sudah tahu kalau Prim tidak akan menerimanya. Selain itu, kalau dia adalah saudaranya Bright berarti dia juga adalah saudara tiri Win. Apa yang membuat Prim begitu marah? Win bahkan tumbuh dengan uang yang lebih sedikit darinya?
.
Ya Tuhan, dia benar-benar jahat.
.
Win menekan kontak dan melihat kalau dia hanya memiliki tiga nomor yang tersimpan di dalam telepon barunya. Yang pertama adalah Gigie, lalu P Godji, dan kemudian Bright. Dia memasukkan nomornya disini. Itu membuat Win sedikit terkejut.
.
Telepon itu mulai memainkan lagu yang pernah Win dengar di radio sebelumnya dan nama Bright berkedip-kedip di layar. Bright menelpon Win.
.
"Halo," jawab Win, masih tidak yakin apa yang harus dia pikirkan mengenai ini.
.
"Kurasa kau sudah mendapatkan teleponnya. Apa kau menyukainya?" Tanya Bright.
.
"Ya, ini bagus sekali. Tapi kenapa papa ingin kau memberikan ini?" Dia tidak begitu peduli mengenai hal lain pada Win selama bertahun-tahun. Ini benar-benar mengejutkan.
.
"Demi keamanan. Semua pemuda seusiamu membutuhkan telepon. Terutama kalau mereka mengemudi kendaraan yang lebih tua dari umur mereka. Kau bisa saja mogok setiap saat."
.
"Aku memiliki pistol," Win mengingatkan Bright.
.
Dia terkekeh. "Ya, kau memilikinya, dasar keras kepala. Tapi sebuah pistol tidak bisa menarik trukmu." Poin yang benar.
.
"Apa kau akan pulang kerumah?" Bright bertanya. Kata-katanya yang menyebutkan "rumah" seakan-akan seperti rumahnya adalah rumah Win juga dan itu membuat Win merasa hangat dengan cara yang menyenangkan. Bahkan meskipun Bright sebenarnya tidak berniat seperti itu.
.
"Ya, kalau itu ok. Aku bisa pergi melakukan sesuatu kalau kau ingin aku berada di luar rumah."
.
"Tidak, aku ingin kau disini. Aku memasak."
.
Bright memasak? Untuk Win?
.
"Oh, ok. Well, aku akan berada disana dalam beberapa menit."
.
"Sampai jumpa," Bright mengatakan itu dan sambungan telepon diputuskan. Dia bertingkah sangat aneh sekali lagi.
.
Saat Win berjalan ke arah rumah, Win bisa mencium aroma bumbu taco di hidungnya. Win menutup pintu dan segera menuju ke arah dapur. Kalau memang ini adalah masakan Meksiko buatan sendiri, maka Win akan benar-benar terkesan.
.
Bright sedang memunggunginya saat Win masuk ke dapur. Dia sedang mengikuti lagu yang tidak Win ketahui yang dimainkan peralatan musik yang ada. Itu lebih ringan dan lebih pelan dari lagu yang biasa Bright dengarkan. Sebuah botol Corona terbuka di bar dengan seiris lemon disampingnya. Win juga melakukan itu saat dia bekerja di lapangan.
.
"Baunya enak," Kata Win antusias. Bright menoleh ke belakang dan perlahan seulas senyuman merekah di wajahnya.
.
"Iya," Dia menjawab, membersihkan tangannya dengan handuk tangan di sebelahnya. Dia mengambil corona dan memberikannya kepada Win. "Ini, minumlah. Enchiladas nya sudah hampir selesai. Aku perlu membalik quesadillas dan mereka akan siap dalam beberapa menit. Kita bisa segera makan."
.
Win meletakkan corona di bibir dan menyesapnya. Sebagian besar untuk keberanian. Ini bukanlah sesuatu yang dia harapkan di pertemuan berikutnya dengan Bright. Bright seperti sebuah teka teki yang tidak pernah bisa dia pecahkan.
.
"Aku berharap kau suka makanan meksiko," Bright mengatakan itu saat dia menarik enchiladas keluar dari oven. Bright tidak kelihatan seperti orang yang terbiasa berada di dapur untuk memasak. Tapi sial, kalau saja dia tidak begitu seksi saat melakukannya.
.
"Aku suka makanan meksiko," Win meyakinkannya. "Aku akui, aku akan sangat terkesan kalau kau bisa memasaknya."
.
Bright melihat Win dan mengedipkan mata. "Aku memiliki banyak talenta yang bisa membuat otakmu meledak."
.
Well, Win yakin itu dan memilih untuk menelan lebih banyak lagi corona.
.
"Tenanglah. Kau juga harus makan sesuatu. Saat aku bilang minumlah, bukan berarti kau harus menghabiskan itu."
.
Win mengangguk dan menyeka sedikit tetesan yang tersisa di bawah bibirnya. Bright memperhatikan Win dengan begitu intens dan hal itu membuat tangan Win sedikit gemetar. Bright mengalihkan pandangannya dan mulai mengangkat quesadillas dari atas wajan. Dia meletakkannya di piring besar yang penuh dengan taco keras dan halus. Ada burrito juga disana. Dia membuat semuanya.
.
"Semua yang lain sudah siap di atas meja. Ambilkan aku corona dari lemari es dan ikuti aku."
.
Win melakukan apa yang Bright katakan dengan cepat dan kemudian mengejarnya. Dia tidak berhenti di ruang makan. Tapi dia berjalan keluar ke arah beranda yang luas di belakang yang menghadap ke laut. Dua lampu yang terang ada di tengah meja sehingga mereka bisa mendapatkan cahaya seperti cahaya lilin tanpa takut untuk mati karena angin.
.
"Duduklah, aku akan menyiapkan piring untukmu," Bright mengatakan itu, menunjuk tempat duduk pertama yang ada di depan Win agar duduk disana. Hanya ada dua tempat duduk disini. Win duduk dan Bright mulai menyiapkan semuanya di piring. Kemudian Bright meletakkan penutup makanan dan meletakkan serbet dari sebelah piring Win ke pangkuan. Mulut Bright begitu dekat dengan telinga Win sehingga nafasnya yang hangat membuat Win gemetar.
.
"Bisa kuambilkan minuman yang lain?" Bright membisikkan itu di telinga Win sebelum berdiri untuk mundur. Win menggelengkan kepala. Dia tidak akan bisa minum kalau Bright melakukan hal seperti itu. Jantungnya berdegup cepat seakan sudah gila. Win tidak bisa menelan sesuatu kalau seperti ini.
.
Bright mengambil minumannya sendiri dan duduk di seberang. Win melihatnya saat dia menyiapkan piring hingga matanya berpindah ke mata Win. "Kalau kau tidak menyukai ini, jangan katakan padaku. Egoku tidak bisa mengatasinya."
.
Win yakin tidak ada yang Bright masak yang terasa tidak enak. Jadi Win menyeringai dan mengambil garpu dan pisau untuk mulai memotong enchilada menjadi potongan-potongan kecil. Tidak mungkin dia bisa menghabiskan semua ini tapi Win rasa dia bisa merasakan setiap masakan yang ada.
.
Pada saat makanan itu menyentuh lidahnya, rasa makanan itu mengejutkan Win. Ini sama lezatnya dengan apa yang biasa Win makan di restoran Meksiko. Sambil tersenyum, Win memandangnya. "Ini lezat dan aku beritahukan aku sangat terkejut."
.
Bright memasukkan segarpu penuh ke dalam mulutnya dan menyeringai. Egonya tidak akan pernah hancur. Itu mungkin perlu untuk dijatuhkan sedikit. Win mulai merasakan masakan yang lain dan merasa bahwa diriku tenyata lebih lapar daripada yang dia pikirkan tadi. Semuanya begitu lezat sehingga Win tidak ingin membuang apapun.
.
Setelah Win merasakan masakan ke empat di piringnya, dia tahu bahwa dia harus berhenti. Win menyesap corona dan menyandarkan dirinya ke kursi. Bright sedang membersihkan makanannya juga. Saat selesai, dia meletakkan botolnya dan matanya berubah serius. Uh-oh.
.
Bright pasti akan membicarakan tentang semalam. Win ingin melupakan kemarin malam. Terutama karena malam ini begitu indah.
.
"Maafkan aku mengenai apa yang dilakukan Prim hari ini," dia mengatakannya dengan rasa sedih dalam suaranya.
.
"Bagaimana kau bisa tahu mengenai hal itu?" Win bertanya dan tiba-tiba merasa tidak nyaman.
.
"Joss menelponku. Dia memberiku peringatan bahwa Prim akan diusir kalau lain kali dia melakukan hal yang kasar pada pegawainya. Joss adalah orang yang baik. Dia kadang bisa keterlaluan juga tapi dia adalah atasan yang baik." Win mengangguk. "Dia seharusnya tidak bicara seperti itu padamu. Aku sudah bicara padanya. Dia berjanji padaku tidak akan melakukannya lagi. Tapi kalau dia melakukannya, di tempat lain, tolong katakanlah padaku."
.
Ini adalah makan malam untuk permintaan maaf atas kelakuan adiknya yang jahat, bukan untuk memperbaiki hubungan diantara mereka. Win tidak berada dalam kencan romantis seperti imajinasi di kepalanya. Ini hanya Bright yang meminta maaf atas kelakuan Prim.
.
Win tersenyum kecut, mendorong kursinya ke belakang dan mengangkat piring. "Terima kasih. Aku menghargainya. Kau baik sekali. Aku pastikan kalau aku tidak akan mengadukannya pada Joss kalau Prim kasar lagi padaku di masa mendatang. Dia tadi cuma melihatku secara langsung saja hari ini." Win mengambil minumannya. "Makan malamnya menyenangkan. Senang karena bisa menikmatinya setelah bekerja seharian. Terima kasih banyak." Win tidak membuat kontak mata dengan Bright. Dia hanya ingin menjauh dari Bright.
.
Dengan cepat Win masuk, membersihkan piring dan meletakkanya di mesin cuci piring sebelum mencuci botolnya seraya meletakkan ke dalam tempat sampah.
.
"Win," Bright memanggilnya dari belakang dan dengan tiba-tiba tubuhnya mengurung Win posesif. Tangannya berada di kedua sisi meja dapur dan yang bisa Win lakukan hanyalah berdiri disana dan melihat ke tempat cuci yang ada di hadapan. Tubuhnya yang keras dan hangat menggosok punggungnya erat hingga Win menggigit lidahnya untuk menjaga agar tidak mendesah. Win tidak akan membiarkan Bright melihat seberapa terpengaruhnya dirinya pada Bright.
.
"Ini bukanlah usaha minta maaf untuk Prim. Ini adalah usaha minta maaf untukku. Aku minta maaf untuk kemarin malam. Aku terbaring di ranjangku semalaman berharap kau ada disana bersamaku. Berharap aku tidak mendorongmu pergi menjauh. Aku mendorong orang untuk pergi Win. Itu adalah mekanisme pertahanan diri bagiku. Tapi aku tidak mau mendorongmu menjauh."
.
Berjalan menjauh dari Bright dan menjaga jarak dengannya adalah hal yang tepat untuk dilakukan. Win tidak akan pernah membiarkan dirinya berpikir jika Bright adalah orang yang akan mencintai dan menghiburnya dikala susah. Dia tidak akan pernah menjadi orang yang tepat bagi Win. Tapi hatinya mulai merasakan sedikit ketertarikan padanya. Tidak untuk selamanya tapi sekarang Win ingin menjadikan Bright yang pertama. Bright mungkin tidak akan menjadi yang terakhir baginya.
.
Bright meraih dan menyisir sisi leher Win kemudian menciuminya lembut. "Tolong. Maafkan aku. Satu kesempatan lagi, Win. Aku menginginkan ini. Aku menginginkanmu."
.
Bright akan menjadi yang pertama. Itu perasaan yang benar. Di dalam dirinya Win tahu Bright adalah pria yang akan mengajari aku mengenai kehidupan. Meski kalau Bright nantinya akan menyakitinya.
.
Win membalikkan badan dan meletakkan kedua tangannya untuk melingkar di leher Bright. "Aku akan memaafkanmu dengan satu syarat," Win mengatakan itu dengan keteguhan, memandang mata Bright yang penuh dengan emosi yang membuat Win mengharapkan lebih banyak lagi.
.
"Baiklah," Bright mengatakan itu dengan hati-hati.
.
"Aku ingin bersamamu malam ini. Tidak ada lagi rayuan. Tidak ada lagi menunggu."
.
Ekspresi kekuatiran pada dirinya tiba-tiba menghilang dan digantikan dengan rasa lapar.
.
"Tentu saja. Iya," Bright menggeram dan menarik Win ke arah dirinya.
.
.
.
.
.
[a/n : ohoooo... dilanjut gak nih? Udah potek banget kan jadi badut BrightWin, berharap kalian yang tabah ya, saya masih bakal jadi badut kok buat BrightWin. Oh, yang lagi ngehype ThymeKavin bisa mampir deh ke twit saya @BadutBrightwin di sana ada au buat nghehype mereka kalua kalian berminat, oke... tunggu bab selanjutnya ya. Salam saying! Badut]
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top