BAB XV


.

.

.

.

.

Bright tidak berbohong saat dia mengatakan kalau dia ingin Win untuk berpakaian lagi. Dia mengambil kemeja-Win lalu menyampirkannya kembali di masing-masih bahu telanjang Win, dia juga meninggalkan kecupan kecil di bahu Win sebelum menyelipkan satu persatu kancing melalui lubang sempitnya.

.

"Aku lebih suka kau disini sementara aku pergi mencari Gigie. Saat ini kau menunjukkan ekspresi yang begitu puas di wajahmu dan itu benar-benar seksi. Aku tidak ingin mengakhirinya dengan pertengkaran." Pujian lagi. Win tidak yakin akan terbiasa dengan perlakuan Bright yang seperti ini padanya.

.

"Aku datang kesini bersama Gigie karena aku ingin mencoba untuk menasihati Gigie agar tidak tidur bersama dengan pria yang hanya menganggapnya sebagai pasangan untuk bersenang-senang saja. Lalu kau ikut dengan kami, dan sekarang aku disini, duduk di jok belakang mobilmu. Aku rasa, aku harus menjelaskannya pada Gigie."

.

Bright tidak menjawab. Dia terlihat memperhatikan Win sejenak tapi Win tidak bisa membaca ekspresi wajahnya di dalam gelap. "Aku mencoba untuk mengerti jika kau ingin menasihati nya untuk tidak melakukan hal itu." Bright menggerakkan tubuhnya kembali kearah Win dan menyelipkan tangan nya pada rambut berantakan Win. "Karena aku merasakannya dan aku tidak ingin berbagi. Ini bukanlah untuk bersenang-senang. Aku mungkin sedikit ketagihan."

.

Jantung Win berdetak kencang pada tulang rusuk dan dia menarik nafas dalam-dalam. Wow. Okay. Astaga. Dia hanya mencoba untuk mengangguk dan Bright merendah kan kepalanya lalu menekan kan kecupan kecil dibibir Win sebelum memainkan ujung lidahnya di bibir bawah Win. "Mmmmm, yeah. Kau tetap disini. Aku akan mencari Gigie, membawanya kesini dan berbicara padamu."

.

Lagi, yang bisa Win lakukan hanyalah mengangguk. Bright menjauh, keluar dari pintu dan masuk kembali ke dalam honky-tonk. Sebelum Win bisa menarik nafas. Dia mungkin berpikir kalau dirinya juga ketagihan tapi Bright sama sekali tidak tahu apa yang telah di lakukannya pada Win. Setidaknya Bright dapat berjalan.Win sendir ibahkan merasa dia tidak akan pernah bisa berjalan dengan kedua kaki sesudah nya.

.

Memilih meluruskan posisi duduk, Win menarik celananya kembali dan menutup pintu dengan cepat. Dia harus bangun dan secepat mungkin pindah ke jok depan tapi dia masih tidak yakin dengan kakinya. Apakah ini normal? Haruskah seorang pria merasakan hal yang seperti ini? Atau mungkin ada yang salah dengan Win. Tidak seharusnya Win bereaksi seperti ini terhadap Bright...Atau harus?

.

Ini adalah salah satu saat dimana Win membutuhkan seorang teman untuk berbagi. Satu-satunya yang dia miliki adalah Gigie dan Win tidak benar-benar yakin kalau dia bisa memberikannya saran yang baik kalau menyangkut tentang pria. Win butuh ibunya.

.

Rasa sakit muncul saat Win mengingat ibu pergi dan yang bisa dia lakukan setelahnya adalah menutup mata untuk melawan semua bayangannya. Win tidak bisa membiarkan kesedihannya berlanjut disaat seperti ini. Pintu terbuka, dan Gigie berdiri disana tersenyum kearah Win.

.

"Baiklah, lihat dirimu. Melakukan sesuatu yang panas di Rosemary, di jok belakang Range Rovernya. Aku pikir kau menginginkan pria dengan kerah biru itu." Katanya sedikit menghina

.

"Naiklah Gigie, sebelum kau terjatuh diatas pantatmu disini," Ucap Bright di belakangnya. Win melihatnya dari balik bahu Gigie. Dia terlihat terganggu.

.

"Aku tidak ingin pergi. Aku suka Jack, atau siapa namanya, Kevin? Tidak, tunggu, apa yang terjadi dengan Nash? aku kehilangan pria itu...Aku pikir," Gigie melantur saat dia berusaha naik ke jok belakang.

.

"Siapa Jack dan Kevin?" Tanya Win saat Gigie menggapai sandaran kursi lalu membanting punggungnya di jok.

.

"Jack sudah menikah. Dia mengelak, tapi aku tahu kalau dia sudah menikah. Aku bisa memberitahunya. Pernikahan adalah satu-satunya yang selalu memiliki aroma dari mereka."

.

Apa yang sebenarnya sedang Gigie bicarakan?

.

Pintu bagian belakang tertutup dan Win baru saja ingin bertanya lebih padanya saat pintu di sampingnya terbuka. Win menoleh dan melihat Bright berdiri disana dengan mengulurkan tangan nya untuk Win genggam. "Jangan menanggapi apapun yang dia katakan. Aku menemukannya di bar saat dia menyelesaikan gelas tequila keenamnya yang dibelikan oleh Jack yang sudah menikah. Dia mabuk."

.

Ini bukanlah seperti malam yang Win inginkan untuk dilalui. Win jadi berpikir pria–pria dari tempat asalnya jauh berbeda dari pria-pria disini. Mungkin mereka akan memperlakukannya lebih baik. Win menyelipkan tangannya ke Bright lalu dia meremas nya dengan lembut. "Kau tidak harus memberikannya penjelasan malam ini. Dia tidak akan mengingatnya besok pagi."

.

Bright mungkin saja benar. Win melangkah kearah Range Rover namun Bright menariknya kuat hingga membentur dadanya sebelum Win sempat menutup pintu mobil dibelakang. "Aku ingin merasakan bibirmu yang manis tapi aku melarang diriku sendiri. Kita harus mengantarkannya pulang sebelum dia sakit," Ucap Bright dalam bisikan serak.

.

Win hanya mengangguk. Dia juga ingin Bright menciumnya, tapi mereka harus segera mengantarkan Gigie pulang kalau dia tidak ingin jatuh sakit. Win mulai bergerak untuk menjauh dari Bright tapi dia malah semakin memeluk erat Win. "Tapi yang tadi aku katakan, aku bersungguh-sungguh. Aku ingin kau berada diranjangku malam ini."

.

Sekali lagi, semua yang Win bisa lakukan untuk saat ini hanya mengangguk. Dia juga ingin berada diranjang Bright. dia mungkin akan menjadi sebodoh Gigie yang ingin mendatangi para pria. Tapi, persetan. Bright membawa Win ke sisi pintu penumpang dan membuka kan pintu untuknya. "Persetan dengan persahabatan," gumamnya, meraih pinggang Win untuk membantunya naik.

.

Menyeringai, Win melihatnya berjalan didepan Range Rover lalu naik. "Seringai itu untuk apa?" Tanyanya, saat Bright berada dibelakang kemudi. Win mengangkat bahu. "Persetan dengan persahabatan. Itu membuatku tertawa."

.

Bright terkekeh dan menggelengkan kepalanya sebelum dia membelokkan Range Rover keluar dari area parkir. "Aku tahu sesuatu yang tidak kau tahu. Ya, aku tahu. Ya, aku tahu," Gigie mulai bernyanyi dengan nada yang dibuat-buat sendiri.

.

Win memutar kepala untuk melihatnya. Dia tidak tersenyum tapi kerutan janggal tergambar di wajah nya. "Aku tahu sesuatu," bisiknya keras.

.

"Aku mendengarnya," jawab Win dan melihat sekilas kearah Bright, tapi dia tidak menunjukkan wajah geli atau apapun. Dia sama sekali tidak menyukai Gigie yang mabuk.

.

"Itu adalah rahasia besar. Salah satu yang besar...dan aku mengetahuinya. Aku tidak menduganya tapi aku tahu. Aku tahu sesuatu yang tidak kau tahu. Kau tidak tahu. Kau tidak tahu," Gigie mulai bernyanyi lagi. Win ingin bertanya kepadanya apa yang sebenarnya dia ketahui tentang sesuatu tapi Bright menyelanya dan berbicara lebih dulu.

.

"Cukup Gigie." Peringatan Bright terdengar sangat jelas. Win bahkan bergetar karena mendengar nada kaku dari suaranya. Gigie mengatupkan bibirnya bersamaan dan bertingkah seperti dia menguncinya lalu kunci itu dibuang jauh-jauh.

.

Win memutar kembali kepalanya, menganggap kalau Gigie tidak tahu apa-apa tentang sesuatu yang sangat ingin dia ketahui. Bright bertingkah seperti dia memang benar-benar tahu. Dia terlihat siap untuk menyetop mobil lalu melempar Gigie keluar. Bright menyalakan radio untuk mendengarkan beberapa musik, jadi Win lebih baik memutuskan untuk tetap diam. Bright terlihat marah karena Gigie mengetahui sesuatu yang tidak seharusnya dia ketahui. Bright Vachirawit. Dia memiliki banyak rahasia disekitarnya. Ada beberapa hal yang dia tolak untuk dibicarakan. Mungkin mereka memang saling tertarik satu sama lain. Tapi itu bukan berarti dia harus memberitahu Win semua rahasianya. Atau haruskah? Tidak! Tentu saja tidak. Tapi sekali lagi, haruskah Win memberikan separuh dari dirinya untuk seseorang yang tidak benar-benar dia kenal? Bright sangat menjaga rahasianya. Akankah Win bisa melakukan dengannya dan tidak tertarik pada nya? Win mulai tidak benar-benar yakin tentang hal ini.

.

Tangan Bright menggenggam tangan Win lembut. melihat sekilas kearahnya, namun dia tetap melihat jalan tapi dia juga terlihat sedang memikirkan sesuatu. Win sangat berharap dia bisa menanyakan sesuatu pada Bright. Tapi tidak, mereka belum sampai ke tahap itu. Mungkin mereka tidak akan pernah bisa. Haruskah Win merelakan dirinya kepada seorang pria yang mungkin akan meninggalkannya sesudah melakukan itu tanpa ada nya harapan lebih?

.

"Itu adalah waktu terbaik yang pernah aku lewati. Aku menyukai *blue collar men. Mereka sangat menyenangkan," dari arah jok belakang, terdengar Gigie mengigau dalam tidurnya. "Kau harus mencari yang lebih baik Win. Itu jika kau pintar. Memilih Bright adalah ide yang buruk. Karena selalu ada Prim."

.

Prim? Win menoleh kearah Gigie. Matanya tertutup, tetapi mulutnya setengah terbuka. Sebuah dengkuran halus keluar dari mulutnya dan Win tahu tidak akan ada komentar untuk menjelaskan semuanya malam ini. Setidaknya tidak dari Gigie. Win melihat kembali kearah Bright yang tiba-tiba melepaskan tangannya dari genggaman jemari Win dan sekarang menggengam erat kemudi. Rahangnya juga mengeras. Ada apa dengan adik nya? Dia adalah saudara perempuannya, kan?

.

"Apakah Prim saudaramu?" Tanya Win, berjaga-jaga atas reaksinya. Bright mengangguk tapi tidak mengatakan apapun. Inilah apa yang Win ketahui terakhir kali saat dia menanyakan nya. Bright menutupinya dari Win. Kenapa?

.

"Lalu apa maksud Gigie kalau begitu? Bagaimana mungkin kalau kita tidur bersama akan berpengaruh pada Prim?"

.

Tubuh Bright mengejang. Dia tidak menjawabnya. Rasanya ada sebagian hatinya yang hancur. Rahasia itu, bagaimanapun itu, mungkin akan menahan Win dan Bright untuk melakukan lebih. Itu sangat penting untuk Bright, dan itu adalah bendera peringatan untuk Win. Jika Bright tidak bisa memberitahunya sesuatu yang diketahui oleh Gigie, maka mereka memang memiliki masalah dengan hal itu.

.

"Prim adalah adik ku. Aku tidak ingin...Aku tidak bisa membicarakan tentangnya padamu." Cara Bright mengatakan "kau" pada Win, membuat perutnya seperti diaduk. Sesuatu telah berakhir disini. Win ingin bertanya lebih banyak lagi tapi rasa sedih dan kehilangan mengurungkan niatnya saat menyadari bahwa Win tidak bisa tidur malam ini diranjangnya ataupun malam-malam yang lain—rasanya benar-benar membuat Win ingin menghentikannya. Ini akan membuat Win membatasi diri untuk terlalu dekat dengan Bright. Win seharus nya tidak membiarkan Bright menyentuhnya seperti tadi.Tidak saat Bright dengan mudah akan melemparkannya ke samping. Dan terlupakan... sama seperti jalang-jalang lainnya.

.

Mereka menghabiskan waktu menuju kantor dalam diam. Bright keluar dari Range Rover tanpa mengatakan apapun dan membangunkan Gigie. Lalu membantu Gigie masuk. Pintunya terkunci, tapi untung saja Gigie memiliki kuncinya. Dia menggumamkan tentang sesuatu , apakah dia harus bermalam disini atau Ayahnya akan membunuhnya. Win tidak dapat membantunya. Dia benar-benar tidak memiliki energi. Win hanya ingin tidur. Dia ingin tempat tidur kecil yang berada dibawah tangga. Bukannya sebuah tempat tidur berukuran besar yang sedang menantinya.

.

Saat kembali kedalam mobil, Bright juga tetap diam. Win mencoba mencari tahu mengapa dia begitu tertutup tentang Prim dan apa yang dikatakan Gigie tidak memperlihatkan suatu petunjuk apapun. Waktu perjalanan menuju garasi mobil hanya memakan waktu beberapa menit. Win membuka pintu lalu turun saat Bright memarkirkan mobil di taman. Win tidak ingin menunggu Bright, jadi dia berjalan lebih dulu kearah pintu. Tapi, sialnya pintu itu terkunci, jadi mau tak mau Win harus menunggu Bright datang untuk membuka pintunya.

.

.

.

.

.

*blue collar men: kaum pria pekerja (montir dan pekerja bangunan)

[w/n : maaf, lagi sibuk kejar setoran jadi badut jadi saya agak lama untuk update]

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top