BAB XIX
.
.
.
.
.
Napas berat Bright tepat berada di telinga Win saat tubuhnya menindihnya, entah bagaimana terasa begitu hebat. Win ingin menahannya di sini. Tetap di dalam tubuhnya. Hanya seperti ini. Namun, ketika Bright memindahkan lengannya dan mengangkat tubuhnya dari Win, Win dengan tak rela merapatkan lengannya di sekitar lehernya hingga Bright terkekeh.
.
"Aku akan kembali. Aku harus mengurusmu terlebih dahulu," ujarnya dan kemudian mencium bibir Win sebelum meninggalkan Win sendiri di ranjangnya. Win bisa melihat pantat telanjang yang semuanya dalam kesempurnaan berjalan melintasi ruangan dan masuk ke dalam apa yang tampaknya seperti kamar mandi. Win juga mendengar kran air menyala dan kemudian Bright berjalan keluar dengan sepenuhnya telanjang di bagian depan. Mata Win secara langsung berpaling kearah lain. Dia mendengar Bright tertawa dan hanya bisa memejamkan mata malu karena tertangkap basah mengamatinya. Sialan.
.
"Tidak perlu malu padaku sekarang," godanya kemudian meraih untuk membuka lutut Win lagi. "Bukalah untukku," kata Bright lembut dan mendorong lutut Win hingga terbuka.
.
Win melihat kain lap di tangannya untuk pertama kali. "Tidak terlalu banyak," kata Bright, membersihkan di antara sela kaki Win ketika Win memperhatikannya dalam ketertarikan. "Apakah itu sakit?" Bright bertanya dengan nada prihatin dalam suaranya saat dia dengan lembut menyeka area yang lembut. Win menggelengkan kepala perlahan. Sekarang saat mereka tidak lagi liar dalam gairah hal ini sangat memalukan. Tapi mendapati Bright sedang membersihkan tubuhnya sangatlah manis.
.
Bright terlihat senang dengan pekerjaan membersihkannya dan dia membuang kain lap yang telah di gunakan ke tempat sampah di samping tempat tidur. Dia merangkak naik lagi ke ranjang menempatkan dirinya di sisi Win serta menariknya ke dalam pelukan.
.
"Kupikir kau bukan seorang pemeluk, Bright," kata Win saat Bright menyusurkan hidungnya di sepanjang leher dan menarik napas dengan keras.
.
"Memang bukan. Hanya denganmu Win. Kau adalah pengecualianku," bisiknya kemudian menyelipkan kepala Win di bawah dagunya dan menarik selimut menutupi tubuh polos keduanya. Dengan cepat Win tertidur. Dia merasa begitu aman dan bahagia. Bersama Bright yang tengah memeluknya dengan begitu hangat.
.
.
.
.
.
Ciuman lambat terasa di bagian dalam betis Win dan sepanjang lengkungan kakinya adalah hal pertama yang dia rasakan. Win memaksa matanya terbuka. Bright berlutut di ujung ranjang menciumi kakinya dan naik ke sisi tungkai dengan seringaian nakal di wajah tampannya.
.
"Aku mulai berpikir berapa banyak yang perlu kucium untuk membuatmu bangun. Bukannya aku keberatan mencium lebih tinggi lagi tapi itu akan berakhir dengan beberapa hubungan seks yang mengagumkan dan kau sekarang hanya punya waktu sekitar dua puluh menit untuk berangkat kerja."
.
Kerja. Oh sial. Win bangun dan Bright menurunkan kaki Win dari genggamannya. "Kau masih memiliki waktu. Aku akan menyiapkanmu sesuatu untuk dimakan kala kau bersiap-siap," Bright meyakinkan Win agar tetap sarapan.
.
"Terima kasih. Tapi kau tidak perlu melakukannya. Aku akan mengambil sesuatu di ruang istirahat pegawai sesampainya aku disana." Namun Win mencoba agar kecanggungan yang terjadi di pagi hari setelah kejadian semalam tidak menyerang. Dia telah berhubungan seks dengan pria ini yang seharusnya adalah kakak tirinya. Seks yang benar-benar hebat atau setidaknya menurut Win seperti itu. Sekarang hari telah terang dan Win masih telanjang di ranjangnya.
.
"Aku ingin kau makan di sini. Kumohon." Bright ingin Win di sini. Sial, kenapa Jantungnya berdebar begitu keras?
.
"Oke. Aku perlu pergi ke kamarku dan mandi."
.
Bright melirik kamar mandinya dan kemudian ke arah Win. "Aku sedikit tidak rela, antara aku ingin kau mandi di sini tapi kupikir aku tidak akan mampu berjalan keluar mengetahui kau sedang telanjang dan bersabun di kamar mandiku. Aku akan sangat ingin bergabung denganmu"
.
Memegang selimut menutupi tubuh bagian bawahnya, Win bangun dan tersenyum pada Bright. "Semenarik apapun kedengarannya aku akan terlambat bekerja."
.
Bright menghela napas dan mengangguk. "Betul. Kau harus pergi ke kamarmu."
.
Win memandang sekeliling untuk mencari pakaian tapi tidak menemukannya dimanapun.
.
"Pakai ini. Jen datang hari ini. Aku akan menyuruhnya mencuci dan menyetrika pakaian yang kau kenakan semalam." Bright melemparkan kaus yang dipakainya tadi malam pada Win. Win pun mencium aromanya saat kausnya mendarat di dadanya. Akan sangat sulit bagi Win untuk mengembalikannya.
.
"Sekarang berdirilah. Aku ingin melihatmu," gumamnya sambil bangun. Bright memakai celana piyama ketika dia menuruni tepi tempat tidur dan menunggu Win untuk berdiri. Win membiarkan selimutnya jatuh dan berdiri. Kaus Bright menutupi hingga paha atas.
.
"Bisakah kau mengajukan ijin sakit?" Bright bertanya saat matanya menjalari ke bawah tubuh Win. Sebuah sensasi gelenyar hangat mengalir melewatinya tapa bisa di cegah. "Aku sedang tidak sakit," balas Win.
.
"Apakah kau yakin? Karena kupikir aku terkena demam," kata Bright berjalan mengitari tempat tidur dan menarik Win kearahnya. "Tadi malam sangat menakjubkan," katanya di rambut-rambut halus sekitar tengkuk. Win tidak pernah menduga reaksi seperti ini dari Bright. Win hanya khawatir kalau Bright akan mengusirnya pagi ini setelah apa yang mereka lalui semakam. Tapi dia tidak melakukannya. Bright bersikap manis. Dan sangat lezat hingga Win tegoda untuk menelepon dan mengajukan ijin sakit.
.
Oh, tapi tidak untuk hari ini. Ini adalah harinya untuk mengantar minuman dan jika dia tidak datang maka Gigie akan melakukan semua pekerjaan pada hari Jum'at. Itu akan sangat kejam. Win tidak sanggup memikirkannya.
.
"Aku harus bekerja hari ini. Mereka mengharapkanku," urai Win kemudian. Bright mengangguk dan mundur, "Aku tahu. Larilah Metawin. Bawa lari bokong kecil menggemaskanmu ke bawah dan bersiap-siap. Aku tidak bisa berjanji aku akan membiarkanmu pergi jika kau berdiri disini terlihat seperti itu lebih lama."
.
Sambil cekikikan, Win berlari melewatinya dan menuruni tangga. Tawa geli yang Win tinggal di belakang terdengar sangat sempurna. Bright sempurna, ya dia sungguh sempurna.
.
.
.
.
.
Hawa panas semakin bertambah parah. Win benar-benar berharap Godji akan mengijinkannya untuk menguncir poninya yang mulai memanjang. Win bahkan siap untuk mengambil sebotol air es dan menyiramkannya keatas kepala. Win bersumpah dia pasti akan langsung kering dengan hawa sepanas ini. Kenapa para orang kaya itu bermain golf di tengah cuaca seperti ini? Apakah mereka gila?
.
Menarik cart minuman kembali ke lubang pertama Win menyadari kepala seseorang dengan rambut hitam yang dimiliki Joss. Bagus. Seseorang yang tidak Win harapkan untuk suasana hatinya hari ini.
.
Jirayu mungkin ingin menunggu Gigie kembali lagi untuk putaran dia yang berikutnya. Win mungkin bisa melewati mereka. Joss berbalik dan melihatnya, sebuah senyum tersungging di bibir Joss.
.
"Kembali mengantarkan minum hari ini. Sesenangnya aku menempatkanmu di dalam ini membuat permainan golf lebih menyenangkan." Joss berkata dengan nada menggoda saat Win menepikan cart ke samping mereka. Win tidak akan menanggapi godaanya. Tapi Joss adalah bosnya jadi Win juga tidak bisa membuatnya marah.
.
"Mundur Joss. Itu sedikit terlalu dekat," suara Bright datang tepat dari belakang Win, sontak saja Win berbalik untuk melihatnya berjalan mendekati gerombolan Joss dengan sebuah celana pendek biru dan kaus putih polo.
.
"Jadi dia adalah alasan mengapa kau tiba-tiba ingin bermain dengan kami hari ini?" Tanya Joss. Win tidak berpaling dari Bright ketika dia berjalan mendekati. Bright ada di sini untuknya. Setidaknya Win sangat yakin Bright begitu. Saat sarapan Bright bertanya padanya dimana dia akan bekerja hari ini.
.
Tangan Bright melingkari pinggang Win. Dia menarik Win tepat di sampingnya dan menundukkan kepala untuk berbisik di telinga Win, "Apa kau merasa nyeri?"
.
Bright khawatir tentang dirinya yang akan merasa nyeri hari ini dan harus bekerja di atas kakinya sepanjang hari. Win bahkan sudah bilang padanya berulang kali jika dia akan baik-baik saja. Win hanya merasa lubang senggamanya sedikit meregang. Tapi, Bright rupanya masih saja khawatir.
.
"Aku baik-baik saja" jawab Win lirih.
.
Bright menekankan sebuah ciuman di telinga Win. "Apa kau merasa meregang? Bisakah kau berkata bahwa aku pernah berada di dalammu?" Win lag-lagi mengangguk, merasakan lututnya sedikit lemah akibat dari nada suaranya.
.
"Bagus. Aku suka mengetahui kau bisa merasakan dimana aku pernah berada," katanya kemudian menarik diri dari Win dan mensejajarkan tatapan matanya pada Joss.
.
"Aku telah mengira ini akan terjadi." Kata Joss dengan nada sebal.
.
"Sudahkah Prim mengetahui hal ini?" Tanya Jirayu. Foei memukul lengannya dan memberenggut padanya. Mengapa Prim selalu disinggung? Apakah Win tak akan pernah tahu?
.
"Ini bukan urusan Prim. Ataupun kau," pungkas Bright melotot pada Jirayu.
.
"Aku datang kesini untuk bermain golf. Jangan membicarakan ini di luar sini. Win, kenapa kau tidak memberikan semua orang minuman dan lanjut ke lubang selanjutnya," kata Joss. Bright menegang di sampingnya. Joss menguji keduanya. Dia ingin melihat reaksinya, apakah Win sekarang akan bersikap berbeda saat Bright sudah mengklaimnya di tempat umum. Tapi, Win di sini untuk bekerja. Hanya karena dia sudah tidur dengan Bright tidak mengubah tempatnya di pola besar ini. Win tahu itu dengan pasti.
.
Win melangkah melepaskan diri dari lengan Bright untuk membuka pendingin dan mulai menyerahkan minuman pilihan semua orang. Uang tip yang dia terima tidak sebesar yang biasanya mereka berikan di kelompok ini. Kecuali, tentu saja, bagi Joss. Win pikir itu akan berubah juga hari ini. Win bisa melihat lembaran seratus dollar yang Joss berikan pada Win dan yakin Bright juga melakukan hal yang sama. Dengan cepat menutup tangan dan menyurukkannya ke dalam saku. Win akan menghadapinyanya nanti saat Bright tidak melihat.
.
Bright berjalan kearahnya dan menyelipkan bayarannya ke saku Win. Dia mencium Win lembut dan kemudian berkedip sebelum berjalan untuk mengambil tongkat pemukul golf dari caddy.
.
Win tidak akan memberikan Joss alasan untuk menegurnya, jadi dengan cepat Win berjalan kembali menaiki cart dan menuju ke lubang selanjutnya. Ponsel di saku Win bergetar. Bright menyelipkannya di sakunya sebelum berangkat pagi ini. Tch, Win bahkan lupa kalau dia memiliki ponsel. Win menghentikan laju cart dan menarik ponsel itu keluar.
.
Bright─ Aku minta maaf tentang Joss.
.
Kenapa Bright minta maaf? Dia tidak punya alasan untuk minta maaf.
.
Win─ Aku baik-baik saja. Joss adalah bosku. Bukan masalah besar.
.
Win mendesah, menyelipkan ponselnya kembali ke saku dan mengarah ke pemberhentian selanjutnya.
.
.
.
.
.
[w/n : pokoknya terimakasih sudah mampir... kkkk]
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top