BAB XII


.

.

.

Win mungkin tidak punya baju untuk ke pesta-pesta Bright tapi dia memiliki segalanya untuk pergi ke *honky-tonk. Sudah lama sekali semenjak terakhir kali Win memakai celana kulit hitamnya ini. Rasanya lebih ketat dari yang dia ingat tapi itu masih bisa dipakai. Terutama dengan sepatu bootsnya.

.

Bright sudah pergi pagi tadi ketika Win sedang mandi dan dia belum kembali hingga saat ini. Win bertanya-tanya apakah kamar Bright terlarang untuk temannya jika Bright mengadakan pesta disini. Win tidak suka pemikiran tentang orang asing yang berhubungan seks di ranjangnya. Dia tidak suka pemikiran tentang orang selain dirinya sendiri berhubungan seks di ranjang tempat dimana dia harusnya tidur. Win ingin bertanya tapi dia tidak yakin bagaimana menanyakan hal seperti ini.

.

Pergi sebelum Bright kembali artinya Win tidak akan tahu apa yang akan terjadi. Haruskah Win berencana mencuci spreiku saat pulang? Ide itu membuatnya ngeri. Ketika kakinya menyentuh anak tangga terbawah, pintu depan mengayun terbuka dan Bright berjalan masuk ke dalam. Ketika tatapannya menemukan Win dia membeku dan perlahan menelusuri penampilan Win lamat. Win tidak berpakaian untuk membuat teman-temannya terkesan tetapi ada sebuah kelompok lain di luar sana yang dimana mungkin Win bisa mendapatkan perhatian.

.

"Wow," Bright bergumam dan menutup pintu di belakangnya.

.

Win tidak bergerak. Mencoba untuk mencari tahu bagaimana cara menanyakan apakah ada orang asing berhubungan seks di ranjangnya.

.

"Kau, uh, mengenakan baju itu untuk clubbing?" Tanyanya.

.

"Ini disebut honky-tonking. Aku sangat yakin itu adalah hal yang sangat berbeda," Win mengkoreksi.

.

Bright menjalarkan tangan ke rambut pendeknya dan mengeluarkan desahan yang terdengar seperti diantara agak frustasi dan agak geli. Jika dia hendak mencemooh penampilan Win Mungkin Win akan dengan senang hati melempar sepatu boot padanya.

.

"Bisakah Aku ikut dengan kalian malam ini? Aku tidak pernah ke honky-tonking sebelumnya."

.

Apa? Apa Win baru saja mendengarnya dengan benar?

.

"Kau ingin pergi bersama kami?" Win bertanya dalam kebingungan. Bright mengangguk dan matanya mengamati tubuhnya sekali lagi.

.

"Yeah, Aku ingin ikut."

.

Win pikir Bright bisa ikut juga. Jika mereka berteman maka seharusnya mereka bisa bergaul bersama. "Oke. Jika kau ingin ikut. Kita harus berangkat dalam sepuluh menit. Gigie ingin aku menjemputnya."

.

"Aku akan siap dalam lima menit," katanya dan melompati dua anak tangga secara bersamaan. Ini bukan sesuatu yang Win sangka. Ini terasa aneh.

.

.

.

.

.

Tujuh menit kemudian, Bright turun dari tangga dan memakai jeans yang nyaman dan kaus hitam. Emblem yang terdapat di pundaknya juga menghiasi kausnya. Cincin perak di ibu jarinya juga dikenakan di tangannya lagi dan untuk pertama kali nya sejak Win bertemu dengannya dia punya beberapa jenis anting bulat kecil di telinganya. Dia makin terlihat lebih seperti anak penyanyi rock kelas dunia dari sebelumnya. Bulu mata hitamnya membuat seolah dia memakai eyeliner secara permanen dan itu hanya semakin menambahkan efek yang ada.

.

Ketika mata Win kembali ke wajahnya dia menjulurkan lidahnya untuk memperlihatkan sekilas barbel peraknya pada Win dan kemudian berkedip. "Kupikir jika aku akan datang ke honky-tonk dengan pria yang memakai boots dan topi cowboy, aku perlu tetap berada pada akarku. Rock and Roll ada di dalam darahku. Aku tidak bisa berpura pura menjadi orang lain."

.

Win tertawa saat dia menyeringai pada Win. "Kau akan terlihat tidak pada tempatnya malam ini sama seperti saat aku berada di pesta-pestamu. Ini akan menyenangkan. Ayo, rockstar spawn," Win menggoda dan menuju ke pintu. Bright membukakan pintu dan mundur sehingga Win bisa keluar. Pria ini bisa menjadi aneh ketika dia menginginkannya. "Karena temanmu ingin berangkat bersama kita, kenapa kita tidak memakai salah satu mobilku saja? Kita semua akan lebih nyaman disana dari pada dengan trukmu."

.

Win berhenti dan menatapnya."Tapi kita semua akan muat jika memakai trukku."

.

Bright menarik remote kecil dan salah satu pintu dari garasi untuk empat mobilnya terbuka. Sebuah Range Rover hitam dengan pelek metalik dan cat sempurna yang mengkilap ada di tempatnya. Win tidak bisa tidak setuju dengannya. Mereka akan lebih nyaman dengan mobil ini.

.

"Ini luar biasa," ujar Win takjub.

.

"Apakah itu berarti kita bisa memakai mobilku? aku agak keberatan berbagi tempat duduk dengan Gigie. Gadis itu suka menyentuh sesuatu tanpa ijin." kata Bright.

.

Win tersenyum, "Ya, dia memang seperti itu. Dia agak sedikit penggoda bukan?"

.

Bright mengangkat salah satu alisnya. "Menggoda adalah ciri khasnya."

.

"Oke. Baiklah .Kita akan memakai mobil keren Bright Vachiraawit yang garang jika dia memaksa." Bright memberi Win sebuah seringai congkak dan berjalan menuju garasi. Win mengikutinya dari belakang. Dia membukakan pintu untuknya perlakuan yang manis sehingga hal ini terasa seperti kencan. Tapi, tidak. Win tidak ingin Bright mengacaukan pikirannya lagi. Win telah ditekankan olehnya bahwa mereka hanya sebatas teman. Dia harus memainkan permainannya dengan benar.

.

"Apakah kau selalu membukakan pintu mobil untuk semua temanmu?" tanya Win, berdiri disana menatapnya. Win ingin Bright melihat kekeliruan dari sikapnya yang sangat sopan.

.

Senyum santainya hilang dan ekspresi serius mengambil alih wajahnya, "Tidak," jawabnya, melangkah kembali menuju pintu pengemudi. Win merasa benar-benar seperti seorang yang brengsek. Seharusnya Win cukup mengatakan terima kasih saja dan mengabaikannya. Kenapa harus Win yang mengingatkannya pada aturannya sendiri?

.

Ketika keduanya berada di dalam Range Rover, Bright menyalakan mesin dan mengemudi tanpa berkata apapun. Win benci kesunyiannya. Jadi...

.

"Aku minta maaf. Aku tidak bermaksud bersikap kasar"

.

Bright menghembuskan nafas dan bahunya turun. Kemudian menggelengkan kepalanya. "Tidak. Kau benar. Aku hanya tidak begitu pandai memilah apa yang harus aku lakukan dan apa yang tidak harus kulakukan."

.

"Jadi, kau membukakan pintu hanya untuk teman kencanmu? Itu hal yang sangat sopan yang kau lakukan. Ibumu telah membesarkanmu dengan baik."

.

Win merasakan sengatan cemburu. Ada beberapa gadis dan bakkan mungkin pemuda di luar sana yang pernah mendapatkan perlakuan seperti ini dari Bright. Seseorang yang diinginkannya untuk diajak berkencan dan menjadi lebih dari sekedar teman.

.

"Sebenarnya, tidak aku tidak pernah melakukannya. Win... kau... kau terlihat seperti seseorang yang layak untuk dibukakan pintunya. Itu yang ada dalam pikiranku saat itu. Tapi aku mengerti apa maksudmu. Jika kita akan berteman, aku harus membuat garis pembatas dan tetap berada di belakangnya."

.

Hati Win meluluh lagi. "Terima kasih sudah membukakan pintunya untukku. Itu manis sekali."

.

Bright mengendikkan bahunya dan tidak berkata apa apa lagi. "Kita harus menjemput Gigie di klub. Dia akan berada di kantor belakang club house di tempat kursus golf. Dia harus bekerja hari

ini. Dia akan mandi dan berpakaian disana." Bright berbelok menuju ke country club. "Bagaimana kau dan Gigie bisa berteman?"

.

"Kami bekerja bersama suatu hari. Kupikir kami berdua sedang butuh teman. Dia ceria dan berjiwa bebas. Segala sesuatu yang tidak aku miliki."

.

Bright tertawa. "Kau mengatakannya seolah itu adalah hal yang buruk. Kau tidak mau menjadi seperti Gigie. Percayalah padaku."

.

Bright benar. Win tidak ingin menjadi seperti Gigie tapi dia begitu menyenangkan untuk diajak bergaul. Win duduk diam sementara Bright menyibukkan diri dengan sounds system yang terlihat mahal dan rumit. Mereka melalui perjalanan singkat dari rumahnya ke country club. "Lips of an Angel" sebuah lagu milik Hinder mulai mengalun dan itu membuat Win tersenyum.

.

Win hampir menduga akan mendengar lagu-lagu rock. Ketika Range Rover berhenti di samping kantor Win membuka pintu dan melangkah keluar. Gigie tidak akan mencari mobil ini. Dia mencari truk Win. Pintu kantor terbuka dan Gigie berjalan keluar mengenakan celana pendek kulit berwarna merah, tank top cut off warna putih, dan boots kulit selutut berwarna putih.

.

"Apa yang kau lakukan dengan salah satu mobil Bright?" Tanyanya, tersenyum lebar.

.

"Dia akan pergi bersama kita. Bright ingin pergi ke honky tonky juga. Jadi..."Win berhenti dan melihat ke Range Rover.

.

"Hal ini benar- benar akan menghambat dirimu untuk mendapatkan seorang pria. Aku cuma mengingatkan," pungkas Gigie saat dia menuruni tangga dan melihat cepat pada penampilan Win. "Atau tidak. Kau terlihat lumayan. Maksudku, Aku tahu kau mengagumkan tapi kau terlihat sangat seksi dengan pakaian ini. Aku juga ingin punya boots asli. Dimana kau membeli nya?"

.

Pujian nya manis. Win sudah begitu lama tidak punya teman wanita. Ketika Tine meninggal teman-teman mereka berangsur-angsur hilang. Seolah mereka tidak bisa berada didekat Win tanpa mengenangnya. Dan Luke menjadi satu-satunya teman Win yang tersisa.

.

"Terimakasih, dan boots ini, aku mendapatkannya saat Natal dua tahun lalu dari ibuku. Boots ini miliknya. Aku menyukainya sejak dia membelinya dan setelah dia jatuh, setelah...dia jatuh sakit...dia memberikannya padaku."

.

Gigie mengerutkan dahi, "Ibumu sakit?"

.

Win sedang tidak ingin menyulut kesedihan malam ini. Win mengangguk dan memaksakan tersenyum cerah. "Yeah. Tapi itu kisah yang lain. Mari kita temukan para pria hari ini." Gigie balas tersenyum dan membuka pintu belakang Range Rover disisi Win.

.

"Aku akan membiarkanmu berada di depan karena aku punya firasat kalau pengemudinya menginginkan seperti itu." Win tidak punya waktu untuk menimpalinya sebelum Gigie melompat naik ke Range Rover dan kemudian langsung menutup pintu. Win naik ke dalam mobil dan tersenyum pada Bright yang sedang menatapnya juga. "Waktunya pergi untuk mendapatkan music country." Kata Win pada Bright.

.

.

.

.

.

*Hongky-Tonk: atau disebut honkatonk, honkey-tonk, atau tonk adalah sejenis bar yang menyediakan hiburan musik (biasanya music country) untuk para pengunjungnya. Bar-bar semacam ini mudah ditemukan di derah selatan dan barat daya Amerika Serikat.

[a/n : bab selanjutnya akan segera menyusul dear]

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top