BAB X - II


.

.

.

.

.

Tidak, Win seharusnya tidak melakukannya tapi dia tidak punya pilihan lain. Win mencintai ibunya. Beliau layak mendapatkan jauh lebih banyak daripada yang semasa hidup belau dapatkan. Lalu, satu-satunya hal yang meringankan rasa sakit itu adalah mengingatkan diri sendiri bahwa Ibunya dan Tine bersama-sama sekarang. Mereka saling memiliki dan Win tidak ingin berbicara tentang kisahnya lagi. Dia hanya ingin tahu sesuatu tentang Bright.

.

"Apa kau memiliki pekerjaan?" Tanya Win kemudian, Bright tertawa dan meremas tangan Win tapi tidak membiarkannya lepas. "Apa kau percaya setiap orang harus memiliki pekerjaan setelah lulus kuliah?"

.

Win mengangkat bahu. Dia selalu berpikir setiap orang seharusnya punya pekerjaan pada sesuatu. Dia harus memiliki beberapa tujuan. Bahkan jika dia tidak membutuhkan uang.

.

"Ketika aku lulus kuliah aku punya cukup uang di bank untuk menjalani sisa hidupku tanpa pekerjaan, berkat ayahku." Bright melihat ke arah Win dengan mata sendu seksi berbulu mata hitam tebal. "Setelah beberapa minggu tidak melakukan apa-apa kecuali berpesta aku sadar aku butuh kehidupan. Jadi aku mulai bermain-main dengan pasar saham. Ternyata, aku cukup bagus dalam hal itu. Angka-angka selalu menjadi keahlianku. Aku juga menyumbangkan dukungan keuangan untuk Habitat for Humanity*. Beberapa bulan dari tahun ini aku jadi lebih lihai dan bekerja di rumah. Pada musim panas aku libur dari segala sesuatu sebisaku, datang ke sini dan bersantai. Aku tidak menyangka. 'Shock' di wajahmu sedikit menghina," kata Bright dengan irama menggoda dalam suaranya.

.

"Aku hanya tidak menyangka dengan jawaban itu," jawab Win jujur.

.

Bright mengangkat bahu dan memindahkan tangannya kembali ke sisi tempat tidur. Win ingin menggapai, meraihnya dan menggenggamnya tapi dia tidak melakukannya. Bright menyudahi skinship yang dia lakukan.

.

"Berapa umurmu?" Tanya Win lagi.

.

Bright menyeringai, "Terlalu tua untuk berada di ruangan ini denganmu dan terlalu sangat tua untuk memiliki pikiran tentangmu." Pikir Win Bright berada di awal dua puluhan. Pasti. Dia tidak tampak lebih tua.

.

"Aku akan mengingatkanmu bahwa aku sembilan belas. Aku akan dua puluh dalam enam bulan lagi. Aku bukan bayi. "

.

"Tidak Metawin, kau sudah pasti bukan bayi. Aku dua puluh empat dan letih. Hidupku tidak normal dan karena itu aku memiliki beberapa kekacauan serius. Aku sudah bilang ada hal-hal yang kau tidak tahu. Membiarkan diri untuk menyentuhmu akan salah. "

.

Bright hanya lima tahun lebih tua dari Win. Itu tidak terlalu buruk. Dia juga memberikan uang kepada Habitat for Humanity dan bahkan melakukan pekerjaan dirumah? Dia akan jadi seburuk apa? Dia memiliki hati. Dia membiarkan Win tinggal di sini ketika menginginkan tidak lebih dari membuat Win berkemas.

.

"Kupikir kau meremehkan dirimu sendiri. Apa yang kulihat di dalam dirimu adalah istimewa."

.

Bright merapatkan bibirnya lalu menggeleng. "Kau tidak melihat diriku yang sebenarnya. Kau tidak tahu semua yang telah aku lakukan. "

.

"Mungkin," jawab Win cepat dan mencondongkan tubuh ke depan. "Tapi apa yang sudah kulihat sedikit adalah tidak semuanya buruk. Aku mulai berpikir mungkin saja ada lapisan lain bagimu."

.

Bright mengangkat matanya untuk bertemu manik menawan Win. Sial, Win ingin sekali meringkuk di pangkuannya dan hanya menatap mata itu selama berjam-jam. Bright membuka mulutnya untuk mengatakan sesuatu kemudian menutupnya...tapi tidak sebelum Win melihat sesuatu yang berwarna perak di mulutnya. Segera saja Win menarik lututnya di bawah dan bergerak mendekat. "Apa yang ada dalam mulutmu?" tanya Win penasaran, mempelajari bibirnya dan menunggu Bright untuk membuka mulutnya lagi.

.

Bright membuka mulutnya dan perlahan-lahan menjulurkan lidahnya. Itu ditindik dengan barbel perak.

.

"Apa itu sakit?" Tanya Win, mempelajari lidahnya dari dekat. Dia belum pernah melihat orang dengan lidah ditindik sebelumnya. Dengan segera Bright menarik lidahnya kembali ke dalam mulut dan menyeringai.

.

"Tidak."

.

Win juga ingat tato di punggung Bright di malam dia sedang berhubungan seks dengan gadis itu. "Tato apa yang di punggung?"

.

"hanya sebuah kalimat di punggung atas dengan arti yang cukup bagus. Ketika aku berumur tujuh belas tahun ayahku membawaku ke konser di LA dan setelah itu ia membawaku untuk mendapatkan tato pertamaku. Dia ingin band-nya dicap di tubuhku. Setiap anggota punya satu di tempat yang sama persis. Tepat di belakang bahu kiri mereka. Ayah sedang di bawah pengaruh obat-obatan malam itu tapi masih jadi memori yang benar-benar menyenangkan. Aku tidak mendapatkan kesempatan untuk menghabiskan banyak waktu tumbuh dewasa dengannya. Tapi setiap kali aku bertemu dengannya, dia akan menambah tato atau tindikan lagi di tubuhku."

.

Bright punya tindikan lain?

.

Win mengamati wajahnya dan kemudian membiarkan matanya jatuh pada dada bidang Bright yang seolah tengah menggodanya secara tersirat. Sebuah tawa rendah mengejutkan Win hingga tersadar jika dia telah tertangkap basah mengamati.

.

"Tidak ada tindikan di sana, Win. Yang lain ada di telingaku. Aku menahan laju tindikan dan tato ketika aku berumur Sembilan belas."

.

Ayahnya ditutupi tato dan tindikan seperti sisa personil yang lain. Apakah itu sesuatu yang Bright tidak ingin lakukan? Apa ayahnya memaksanya?

.

"Apa yang aku katakan hingga membuatmu mengerutkan kening?" Tanya Bright, meluncurkan satu jarinya di bawah dagu Win dan memiringkan kepalanya sehingga kedaunya saling menatap.

.

Win tidak ingin menjawab ini dengan jujur. Dia sedang menikmati waktu mereka bersama-sama. Win tahu kalau dia terlalu cepat dan menggali terlalu dalam maka Bright akan lari. .

"Ketika kau menciumku tadi malam aku tidak merasakan barbel perak ini."

.

Kelopak mata Bright diturunkan dan dia mencondongkan tubuh ke depan. "Karena aku tidak memakainya."

.

Dia memakainya sekarang.

.

"Ketika kau, eh, mencium seseorang dengan itu dapatkah mereka merasakannya?"

.

Bright menarik napas tajam dan mulutnya bergerak lebih dekat dengan Win. "Metawin, suruh aku pergi. Please. "

.

Jika dia hendak mencium Win, kenapa? Win ingin Bright di sini. dia juga ingin Bright menciumnya dengan benda itu di mulutnya.

.

"Kau akan merasakannya. Di manapun aku ingin menciummu, kau akan merasakannya. Dan kau akan menikmatinya," Bright berbisik di telinga Win sebelum menekan ciuman ke bahunya yang terpampang seraya mengambil napas dalam-dalam. Apakah─

.

"Apakah kau...kau akan menciumku lagi?" Tanya Win terengah-engah saat Bright menempelkan hidungnya ke leher dan menghirup.

.

"Aku ingin. Aku ingin begitu, sangat menginginkannya tapi aku mencoba untuk menjadi baik," gumam Bright di kulit Win yang meremang.

.

"Bisakah kau tidak baik hanya untuk satu ciuman?" lagi-lagi Win bertanya, bergeser lebih dekat kepadanya. Win akan berada di pangkuannya segera.

.

"Metawin, kau begitu sangat manis, " kata Bright ketika bibirnya menyentuh lekukan leher dan bahu. Jika dia terus begini Win benar-benar akan mulai mengemis.

.

Lidahnya keluar dan membelai cepat pada kulit lembut di leher Win saat Bright menjejaki ciuman di sepanjang rahang sampai mulutnya melayang di atas mulutnya. Win mulai memohon lagi tapi Bright malah menekan satu ciuman lembut ke bibir dan itu menghentikan Win telak. Bright menariknya kembali tetapi hanya satu inci. Napasnya yang hangat masih terasa dibibir Win yang terbuka.

.

"Metawin, aku bukan pria romantis. Aku tidak mencium dan berpelukan. Ini semua tentang seks bagiku. Kau pantas mendapatkan seseorang yang mencium dan memeluk. Bukan aku. Aku hanya melakukan seks, baby. Kau tidak ditakdirkan untuk orang sepertiku. Aku tidak pernah menyangkal diriku untuk sesuatu yang kuinginkan. Tapi kau terlalu manis. Kali ini aku harus mengatakan tidak pada diri sendiri. "

.

Saat kata-kata Bright masuk dalam lempeng telinganya. Win merintih akan suara erotis dari kata-kata nakal yang Bright lontar dari lidahnya. Itu tidak sampai Bright berdiri dan meraih gagang pintu. Seketika Win menyadari bahwa Bright akan pergi darinya. Lagi. Meninggalkannya seperti ini.

.

"Aku tak bisa bicara lagi. Tidak malam ini. Tidak sendirian di sini bersamamu." Kesedihan dalam suaranya membuat hati Win terluka sedikit. Lalu tanpa kembali menatap wajah menyedihkan Win dia pergi dan menutup pintu.

.

Win bersandar di kepala ranjang dan mengerang frustrasi. Mengapa Win membiarkan Bright di sini? Permainan konflik emosi yang Bright mainkan ini bukan levelnya. Win sampai bertanya-tanya ke mana Bright akan pergi sekarang. Ada banyak wanita dan pemuda menarik di luar sana yang akan dia cium.

.

Satu gadis yang tidak masalah ia cium jika mereka memohon. Hentakan orang-orang yang naik tangga berderak di atas kepala membuat Win semakin gusar. Dia tidak bisa tidur untuk sementara waktu. Dia tidak ingin tinggal di sini dan Joss masih menunggu. Tidak ada alasan untuk membatalkan pertemuan dengannya. Win sedang tidak mood untuk berbicara dengannya tapi dia setidaknya bisa mengatakan pada Joss bahwa dia tidak bisa mengobrol di pantai.

.

Win berjalan ke dapur. Punggung Frank menghadapnya dan dia tengah menekan seorang gadis di meja dapur. Tangannya terbelit di rambut liar coklat Frank. Mereka tampak sangat sibuk. Win diam-diam keluar pintu belakang berharap dia tidak berjalan melewati setiap sesi bercumbu lainnya.

.

"Aku tidak berpikir kau akan muncul," suara Joss muncul dari kegelapan.

.

Win berbalik untuk melihat dia bersandar di pagar mengawasi. Win merasa bersalah karena tidak datang ke sini dulu dan membiarkan dia tahu jika Win tidak akan bertemu dengannya. Win tidak bisa mengatur untuk membuat keputusan yang bijaksana di mana Bright terlibat.

.

"Maafkan aku. Aku teralihkan." Win tidak ingin menjelaskan.

.

"Aku melihat Bright keluar dari pojokan kecil yang ia punya untukmu di belakang sana," jawabnya. Win diam-diam menggigit bibir dan mengangguk. Dia ketahuan. Mungkin juga

mengakui kesalahan.

.

"Dia tidak tinggal lama. Apakah itu kunjungan ramah tamah atau dia mengusirmu?"

.

Itu...itu adalah kunjungan yang menyenangkan. Menurut Win, mereka melakukan pembicaraan. Sampai Win memintanya untuk menciumnya itu sudah menyenangkan. Win menikmati saat bersamanya. "Hanya mengobrol," Win menjelaskan.

.

Joss tertawa keras dan menggeleng. "Mengapa aku tidak percaya itu?"

.

Karena dia pintar dan Win hanya mengangkat bahu.

.

"Kita masih jadi jalan-jalan ke pantai?"

.

Win menggeleng menjawab pertanyaannya. "Tidak. Aku lelah. Aku datang ke sini untuk menghirup udara segar dan berharap menemukanmu untuk menjelaskan. "

.

Joss memberinya senyum kecewa dan menjauh dari pagar. "Well, baiklah. Aku tidak akan mengemis."

.

"Aku tidak akan mengharapkanmu begitu, " jawab Win jujur. Joss berjalan kembali menuju pintu dan Win menunggu sampai dia kembali ke dalam sebelum bernapas lega. Itu tidak begitu buruk. Mungkin sekarang Joss akan agak mundur. Sampai Win tahu apa yang harus dilakukan dengan ketertarikan yang dia miliki ini untuk Bright, Win tidak butuh orang lain yang membuatnya lebih bingung.

.

Win memberikannya beberapa menit lalu berbalik dan masuk ke dalam. Frank tidak lagi di bar dengan gadis itu. Mereka pergi ke tempat yang lebih terpencil rupanya. Win sendiri mulai menuju ke pintu dapur ketika Bright masuk ke dapur diikuti oleh gadis berambut coklat yang cekikikan. Dia menggantung di lengan Bright dan bertindak seperti dia tidak bisa terus berjalan. Entah itu dari alcohol atau hak sepatu enam inci yang ia pakai.

.

"Tapi kau bilang," dia meracau dan mencium lengan dimana ia menempel. Yep ia mabuk. Mata Bright bertemu dengan milik Win. Dia akan menciumnya malam ini. Dia bahkan tidak harus mengemis. Dia juga akan terasa seperti bir. Apakah itu sebuah rangsangan untuknya?

.

"Aku akan melepas celanaku di sini jika kau mau," katanya, bahkan tidak memperhatikan bahwa mereka tidak sendirian.

.

"Aku sudah bilang tidak. Aku tidak tertarik," jawab Bright tanpa berpaling dari Win. Bright menolaknya. Dan dia ingin Win tahu.

.

"Itu akan nakal," katanya keras kemudian tiba-tiba meledak tawa yang lain.

.

"Tidak, itu menyebalkan. Kau mabuk dan cekikikanmu membuatku sakit kepala, " jawabnya. Matanya masih belum meninggalkan Win.

.

Perlahan Win menjatuhkan matanya dan mulai ke pintu dapur ketika gadis itu akhirnya melihat. "Hei, bocah itu akan mencuri makananmu," bisiknya keras.

.

Wajah Win memerah. Sial. Mengapa hal itu mempermalukannya? Win merasa konyol. Dia mabuk berat. Siapa yang peduli apa yang dipikirkannya?

.

"Dia tinggal di sini; dia bisa memiliki apa pun yang dia inginkan," jawab Bright.

.

Kepala Win tersentak dan mata Bright tetap tidak meninggalkannya.

.

"Dia tinggal di sini?" Tanya gadis itu.

.

Bright tidak mengatakan apa-apa lagi. Win mengerutkan kening padanya dan memutuskan satu saksi jika mereka tidak akan mengingat ini di pagi hari. "Jangan biarkan dia berbohong padamu. Aku tamu tak diharapkan yang tinggal di bawah tangganya. Aku menginginkan beberapa hal dan dia terus mengatakan tidak padaku."

.

Win sama sekali tidak menunggu jawaban Bright. Dia hanya ingin pergi, jadi dengan segera dia membuka pintu dan melangkah masuk.

.

1-0 untuknya.

.

.

.

.

.

*Habitat For Humanity adalah suatu lembaga internasional nonpemerintah dan non-profit yang didirikan tahun 1976, yang dikhususkan untuk membangun perumahan yang 'sederhana, layak dan terjangkau', menggambarkan pelayanan Gereja dan telah menangani masalah perumahan miskin di seluruh dunia. Organisasi ini bermarkas di Americus, Georgia dengan markas administratifnya

berada di Atlanta.

.

.

.

.

[w/n : sampai jumpa di bab selanjutnya! Sekian, terimakasih! Salam Sayang! BadutBightwin]

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top