BAB X - I


.

.

.

Godji tidak senang Win pindah ke ruang makan. Dia ingin Win tetap berada di lapangan. Dia juga ingin Win mengawasi Gigie. Menurut pengakuan Gigie, dia tidak bersama Jirayu lagi. Dia bertemu dengan Jirayu untuk minum kopi karena Jirayu menelponnya dua puluh kali sore itu. Dia bilang padanya jika dia hanya menjadi rahasia kecil maka itu sudah berakhir. Jirayu meminta dan memohon, tapi menolak untuk mengakui Gigie ke lingkaran pertemanannya maka Gigie mencampakkannya.

.

Win merasa begitu bangga akan hal itu. Kabar baiknya lagi. Besok adalah hari liburnya dan Gigie sudah datang mencarinya untuk memastikan mereka jadi ke honky-tonk─bar murahan yang berisik.

.

Tentu saja jadi. Win butuh seorang pria, pria mana saja untuk mengeluarkan Bright dari pikirannya.

.

Win mengikuti Arm sepanjang hari. Dia adalah orang yang bersedia melatih Win. Dia menarik, tinggi, karismatik dan sangat gay. Para anggota klub tidak tahu ini sama sekali. Dia main mata dengan wanita tanpa malu-malu. Mereka benar-benar menikmatinya. Dia akan melihat kembali pada Win dan mengedipkan mata ketika seseorang akan berbisik hal-hal nakal di telinganya. Pria itu seorang playboy dan ahli dalam hal itu.

.

Setelah jam tugasnya selesai keduanya kembali ke ruang istirahat staf dan menggantung celemek hitam panjang yang harus di pakai di atas seragam. "Kau akan jadi brilian, Win. Para pria menyukaimu dan para wanita terkesan olehmu. Tidak bermaksud menyinggungmu manis, tapi pemuda dengan wajah seperti milikmu biasanya tidak bisa berjalan lurus tanpa memainkan mata dengan para gadis."

.

Win tersenyum padanya. "Begitukah? Aku tersinggung dengan komentar itu."

.

Arm memutar matanya dan mengulurkan tangan untuk menjitak kepala Win. "Tidak, kau tidak tersinggung. Kau tahu kau adalah bocah nakal yang mengejutkan."

.

"Mulai mendekati pelayan baru, Arm?" Suara Joss yang familiar bertanya. Arm memberinya senyum sombong.

.

"Kau tahu lebih baik dari itu. Aku punya rasa tertentu," ia membiarkan suaranya memelan menjadi bisikan seksi saat matanya menelusuri ke tubuh bawah Joss. Win melirik Joss yang cemberut dengan tidak nyaman dan dia jelas sekali tidak bisa menahan tawa. Arm bergabung dengan Win. "Senang membuat pria seksi menggeliat," ia berbisik di telinga Win, lalu memukul pantatnya dan berjalan keluar pintu.

.

Joss memutar matanya dan berjalan masuk ke dalam ruangan setelah Arm pergi. Rupanya, ia menyadari pilihan seksual Arm.

.

"Apakah kau menikmati harimu?" Tanyanya sopan.

.

Hm, ya. Win menikmati harinya. Sangat. Itu pekerjaan yang jauh lebih mudah daripada berpanas-panasan di luar berurusan dengan para pria tua yang suka mengintai sepanjang hari. "Ya. Menyenangkan. Terima kasih untuk memungkinkanku bekerja di sini."

.

Joss mengangguk. "Terima kasih kembali. Sekarang, bagaimana kalau kita pergi merayakan promosimu dengan makanan Meksiko terbaik di pantai?"

.

Joss mengajaknya keluar lagi. Oh, Win harus pergi. Joss hanya akan menjadi pengalih perhatian. Dia bukan tipe kelas pekerja yang Win cari tapi siapa bilang Win akan menikah dengannya dan melahirkan bayinya?

.

Tch, sialnya sebuah gambaran dari Bright berkelebat dalam pikiran Win dan ekspresi tersiksanya tadi malam. Win tidak bisa membiarkan dirinya sendiri untuk berkencan dengan seseorang yang Bright kenal. Jika Bright benar-benar sungguh-sungguh pada apa yang dia katakan kemudian Win memang harus menjaga jarak aman dengannya. Well, Win memang tidak termasuk di dalam dunia itu.

.

"Mungkin lain kali saja? Aku tidak bisa tidur nyenyak tadi malam dan aku lelah."

.

Wajah Joss agak kecewa tapi Win tahu dia tidak akan punya masalah menemukan seseorang untuk menggantikan tempatnya.

.

"Ada pesta malam ini di rumah Bright, tapi aku rasa kau tahu itu," kata Joss, menyaksikan dengan cermat pada reaksi Win. Hm, ya dia sebenarnya tidak tahu tentang pesta tapi kemudian Bright tidak pernah memperingatkannya tentang itu.

.

"Aku bisa tidur melaluinya. Aku sudah terbiasa dengan itu." Itu bohong. Win tidak akan tidur sampai orang terakhir berhenti berderap menaiki tangga.

.

"Bagaimana jika aku datang? Bisakah kau menghabiskan sedikit waktu denganku sebelum kau tidur? "

.

Joss bersikeras. Oke, Win akan mengizinkannya. Dia mulai berkata tidak ketika sadar bahwa Bright akan meniduri beberapa gadis malam ini. Bright akan membawa mereka ke tempat tidur dan membuat mereka merasakan hal-hal yang tidak akan mungkin untuk Win rasakan. Win memang butuh pengalih perhatian. Bright mungkin akan sudah memiliki wanita itu di pangkuannya begitu Win tiba di rumah.

.

"Kau dan Bright tampaknya tidak begitu dekat. Mungkin kita bisa jalan-jalan sedikit di luar ke tepi pantai? Aku tidak tahu apakah itu ide yang baik bagimu untuk berada di rumah di mana ia bisa melihatmu."

.

Joss mengangguk. "Oke. Aku tidak masalah dengan itu. Tapi aku punya satu pertanyaan, Win, " katanya sembari mengamati Win lekat-lekat. Sedang Win menunggu.

.

"Mengapa begitu? Sampai malam itu di rumahnya, Bright dan aku berteman. Kami tumbuh bersama-sama. Dalam lingkungan yang sama. Tidak pernah punya masalah sedikitpun. Apa yang

memicunya? Apakah ada sesuatu yang terjadi di antara kalian berdua?"

.

Bagaimana Win bisa menjawab itu? Tidak, karena dia tidak akan membiarkan hal itu dan lebih aman untuk hatinya jika kita tetap hanya berteman?

.

"Kami berteman. Dia protektif."

.

Joss mengangguk pelan tapi Win tahu dia tidak percaya.

.

"Aku tidak keberatan bersaing. Aku hanya ingin tahu apa yang aku hadapi."

.

Joss tidak menghadapi apa-apa karena Bright dan Win hanya akan berteman. "Aku tidak dan tidak akan pernah menjadi bagian dari kelompokmu. Aku tidak berniat untuk berkencan serius dengan siapa pun yang merupakan bagian dari lingkaran elitmu."

.

Win tidak menunggunya untuk mendebat. Sebaliknya, Win berjalan memutari Joss dan keluar pintu. Dia harus pulang sebelum pesta jadi terlalu liar sebab tidak ingin melihat Bright diselimuti oleh beberapa gadis.

.

Lalu, sesampainya dirumah yang dia hadapi bukan kekacauan yang liar. Itu hanya sekitar dua puluh orang. Win berjalan melewati beberapa dari mereka dalam perjalanan ke dapur. Beberapa dari mereka sedang menyiapkan minuman dan Win tersenyum pada mereka sebelum melangkah ke dapur dan kemudian ke kamar belakang.

.

Jika teman-temannya tidak tahu Win tidur di bawah tangga, mereka tahu sekarang. Memilih mengabaikan hal itu. Win mengganti seragam dan mengeluarkan sebuah kemeja biru satin untuk di pakai. Kakinya sakit karena berjalan sepanjang hari jadi dia akan bertelanjang kaki. Mendorong koper kembali ke bawah tangga dan melangkah ke dapur untuk bertatap muka dengan Bright. Dia bersandar pada pintu yang menuju ke dapur dengan lengan disilangkan di atas dada dan kerutan di wajahnya.

.

"Bright? Ada apa?" Win bertanya ketika dia tidak mengatakan apa-apa.

.

"Joss di sini," jawabnya.

.

"Terakhir kali aku periksa dia adalah temanmu."

.

Bright menggelengkan kepala dan matanya mengamati tubuh Win dengan cepat. "Tidak. Dia tidak kesini untukku. Dia datang untuk orang lain."

.

Win menyilangkan tangan di bawah dada dan mengambil pose defensif yang sama. "Mungkin. Apakah kau memiliki masalah dengan teman-temanmu yang tertarik padaku?"

.

"Dia tidak cukup baik. Dia brengsek. Dia seharusnya tidak bisa menyentuhmu," kata Bright dengan nada marah yang keras.

.

Mungkin dia memang seperti itu. Win meragukannya tapi itu mungkin. Itu tidak penting. Lagipula Win tidak akan membiarkan Joss menyentuhnya. Kedekatannya dengan Joss tidak membuat perutnya bergejolak dan rasa sakit di antara kakinya mulai terasa.

.

"Aku tidak tertarik pada Joss seperti itu. Dia adalah bosku dan mungkin teman. Itu saja."

.

Bright melarikan tangannya di atas kepalanya dan cincin perak polos di jempolnya tertangkap mata Win. Win belum pernah melihat Bright memakainya sebelumnya. Siapa yang telah memberikan itu kepadanya?

.

"Aku tidak bisa tidur sementara orang-orang akan naik dan turun tangga. Itu membuatku terjaga. Daripada duduk di kamar sendirian bertanya-tanya siapa yang kau tiduri di atas sana malam ini, kupikir aku akan mengobrol dengan Joss di pantai. Memiliki percakapan dengan seseorang. Aku butuh teman."

.

Bright tersentak seolah Win memukulnya. "Aku tidak ingin kau mengobrol di luar dengan Joss."

.

Ini konyol. "Well, mungkin aku tidak ingin kau meniduri seorang gadis tapi kau akan melakukannya."

.

Bright menarik diri dari pintu dan menuju ke arah Win mendorongnya ke kamar kecil yang Win tempati sampai keduanya di dalam. Satu inci lagi dan Win akan jatuh ke belakang ke tempat tidur. "Aku tidak ingin meniduri siapa pun malam ini," ia berhenti kemudian menyeringai, "Itu tidak sepenuhnya benar. Biar aku perjelas, aku tidak ingin meniduri siapa pun di luar ruangan ini. Tinggallah di sini dan bicaralah denganku. Aku akan bicara. Aku bilang kita bisa menjadi teman. Kau tidak perlu Joss sebagai teman."

.

Win meletakkan kedua tangannya di dada Bright untuk mendorong dia ke belakang tapi Win tidak bisa membuat dirinya melakukannya setelah menaruh tangan pada dada bidang Bright. "Kau tidak pernah berbicara denganku. Aku mengajukan pertanyaan yang salah dan kau menjauh."

.

Bright menggeleng. "Tidak sekarang. Kita berteman. Aku akan bicara dan aku tidak akan pergi. Hanya tolong, tinggal di sini bersamaku."

.

Win melihat ke sekeliling persegi panjang mungil yang nyaris tidak punya ruang untuk tempat tidur. "Tidak ada banyak ruang di sini," katanya sambil melirik ke arah Bright dan memaksa tangannya untuk tetap menapak di dada Bright berusaha tidak meraup kemeja nyamannya yang pas ke dalam tangan dan menariknya lebih dekat.

.

"Kita bisa duduk di tempat tidur. Kita tidak bersentuhan. Hanya bicara. Seperti teman," Bright coba meyakinkan Win.

.

Pada akhirnya Win menghela napas dan mengangguk. Dia tidak akan bisa menolaknya. Selain itu, ada begitu banyak yang ingin Win tahu tentang Bright. Duduk di tempat tidur pada kepala tempat tidur dan bersandar. Win menyilangkan kaki di bawahnya.

.

"Kalau begitu kita akan bicara." Kata Win sambil tersenyum.

.

Bright duduk ke tempat tidur dan bersandar ke dinding. Sebuah tawa yang dalam datang dari dadanya, baru kali ini Win menyaksikan senyum yang nyata muncul di wajahnya. "Aku tidak percaya aku baru saja memohon pada seorang hanya untuk duduk dan berbicara denganku."

.

Sejujurnya, Win juga tidak percaya.

.

"Apa yang akan kita bicarakan?" Win bertanya, ingin Bright yang memulainya lebih karena tidak ingin Bright merasa seolah-olah ini adalah interogasi. Sebab Win punya begitu banyak pertanyaan berputar di kepala yang dia tahu bisa menghujaninya dengan rasa ingin

Tahu yang terlalu berlebih.

.

"Bagaimana kalau tentang bagaimana kau masih belum berhubungan seks pada usia sembilan belas?" Katanya, membalik cincin peraknya ke arah Win.

.

Win tidak pernah mengatakan kepada Bright bahwa dia masih belum pernah mencoba seks.yang Win ingat Bright menyebutnya polos malam itu. Apakah sejelas itu? "Siapa bilang aku belum pernah melakukannya?" Tanya Win dengan nada yang paling kesal yang bisa dia kerahkan.

.

Bright menyeringai, "Aku tahu hal itu ketika aku menciummu."

.

Win bahkan tidak ingin berdebat tentang hal ini. Ini hanya akan membuat kenyataan bahwa Win memang sama sekali belum pernah merasakan seks dalam hidupnya yang menyedihkan lebih jelas lagi.

.

"Aku pernah jatuh cinta. Namanya Luke. Dia adalah pacar pertamaku, ciuman pertamaku, sesi bercumbu pertamaku, betapa lemahnya itu mungkin terjadi. Dia bilang dia mencintaiku dan mengklaim aku adalah satu-satunya untuk dia. Kemudian ibuku jatuh sakit. Aku tidak lagi punya waktu untuk kencan dan menghabiskan waktu dengan Luke pada akhir pekan. Dia butuh keluar. Dia membutuhkan kebebasan untuk mendapatkan semacam hubungan dari orang lain. Jadi, aku membiarkan dia pergi. Setelah Luke, aku tidak punya waktu untuk kencan dengan orang lain."

.

Bright mengerutkan kening. "Dia tidak menemanimu ketika ibumu sakit?"

.

Win tidak suka pembicaraan ini. Jika orang lain menunjukkan apa yang sudah dia ketahui itu akan sulit untuk tidak memiliki perasaan marah pada Luke. Namun, Win sudah lama memaafkannya. Dia sudah menerimanya. Win tidak butuh kepahitan terhadapnya menyelinap masuk sekarang. Apa gunanya?

.

"Kami masih muda dulu. Dia tidak mencintaiku. Dia hanya berpikir dia mencintaiku. Sesederhana itu."

.

Bright mendesah, "Kau memang masih muda."

.

Win sama sekali tidak yakin dia menyukai nada dalam suaranya ketika Bright mengatakan itu. "Aku sembilan belas, Bright. Aku sudah mengurus ibuku selama tiga tahun dan menguburkannya tanpa bantuan dari ayahku. Percayalah, aku merasa berumur empat puluh hampir setiap hari."

.

Bright tiba-tiba mengulurkan tangannya di atas tempat tidur dan menutupi tangan Win dengan tangannya. "Kau seharusnya tidak melakukan itu sendiri."

.

.

.

.

.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top